Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Adios aquino !

Benigno s. aquino politisi sejak th 1960, berpredikat tokoh masa lalu. tidak mau diidentifikasikan dengan oposisi pimpinan laurel. dirinya mati ditembak, tumbal mempercepat proses pembaruan politik filipina.

3 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMBUNUHAN politik merupakan "tradisi" yang dikenal dalam sejarah Filipina. Calon walikota, calon anggota dewan, ditembak. Kampanye dibom. Kumpul-kumpul politik digranat. Pawai pemilihan umum tawuran, merupakan hiasan berita koran sekitar dan menjelang pemilihan umum masa lalu. Keadaan itu tentu menjengkelkan mereka yang peduli terhadap masa depan kehidupan dan tatanan politik di republik sampaguita ini. Mendengarkan rekaan tatanan kenegaraan seperti yang diimpikan generasi politik baru di Filipina, orang bisa terkesima. Ngobrol atau mendengarkan omongan orang-orang seperti Alyandro Melchor, Salvador Lopez, atau bahkan Joel Rocamora, Nur Misuari, dan Jose Maria Sison orang bisa terperanjat akan ketajaman visinya. Mereka bercita-cita elok dan luhur bagi Filipina. Tetapi sekaligus juga menyatakan patah arang terhadap sistem demokrasi coca-cola yang berdarah itu. Mereka mencoba mencari jalan baru. Demokrasi baru, republik baru Dan berkembanglah pikiran alternatif ke arah kelahiran kembali Fllipina. Dalam mewujudkan impiannya, patriot-patriot itu mengelompokkan diri ke dalam dua kubu utama. Pertama, kubu yang mengupayakan perubahan dari dalam, dengan turut menjadi pemain dalam kancah politik dan pemerintahan yang ada. Kedua, kubu yang mengupayakan perubahan secara nonkooperatif -- dari luar mereka mengorganisasi kekuatan pendobrak, menuju perubahan yang mereka cita-citakan. Kubu yang kooperatif itu mendapat tempat dalam pemerintahan Marcos. Gery Sicat, Cesar Virata, Ong Pin, dan lain-lain ialah tukang-tukang yang berhasil dihimpun oleh mandor perubahan politik dari kubu pertama itu. Walaupun amat sering mereka itu dikecewakan, karena jalannya pemerintahan dan politik yang dikendalikan Marcos jauh meleset dari arah yang mereka impikan, secara umum kubu kooperatif sampai saat kemarin masih nyaman berdampingan dengan Marcos dan keluarganya. Alkisah, di luar kedua kubu itu, masih terdapat front oposisi yang mengandalkan nama besar masa lalu tokoh-tokohnya. Bekas presiden, bekas senator, bekas anggota kongres, tokoh partai atau apa saja, pokoknya gedean. Diosdado Macapagal, Salvador Laurel, Gery Roxas, Eva Kalaw, dan lain-lain merupakan tokoh-tokoh masa lalu, yang mimpi kembalinya demokrasi di Filipina seperti dulu-dulu. Di mana Aquino berdiri? Benigno S. Aquino Jr. unik dalam menjelajah karier politiknya di Filipina. Sebagai politisi yang sudah "jadi" sejak tahun 1960-an, ia tak bisa mengelak berpredikat tokoh masa lalu. Sebagai bekas wartawan Manila Times yang dulu dianggap simbol dominasi tangan-tangan kepentingan usaha atas suara media massa, ia punya merk kolaburator dengan pengaruh bisnis dalam politik. Sebagai simpatisan PRRI dan Permesta, ia tahu diri sikap apa yang pernah diambil dalam urusan campur tangan asing pada urusan dalam negeri, sebuah negara tetangga yang merdeka. Karena itu semua, ia cukup kesatria untuk tidak mencuci tangan begitu saja jejak masa lalunya. Apalagi ia pernah ditokohkan sebagai gadangan Presiden dalam sistem politik Filipina masa lalu. Pengamatan saya, ia kurang diterima sepenuh hati oleh kubu pembaharu politik Filipina, baik yang kooperatif maupun yang nonkooperatif. Aquino Juga digolongkan sebagai phenomena masa lalu. Sebaliknya dengan teguh, bertahun-tahun Aquino tidak mau mengidentifikasikan diri dengan front oposisi pimpinan Laurel itu. Ia lain, bisiknya. Bahkan ia mengadakan kontak dan berdialog dan tukar pikiran dengan kubu pembaharu nonkooperatif. Tindakannya memberi kesan ia kepingin mengidentifikasikan diri dengan Filipina masa depan. Ia memilih berkeliaran di kampus-kampus Amerika, daripada mengutip uang pesangon atau sumbangan dari pelarian politik yang kaya seperti Villegas yang ada di Kalifornia. Ia tidak tampak mencari dukungan politik dari dunia bisnis di Amerika Serikat dan tidak juga menjual janji-janji kepada mereka. Menilik sejarah kehidupan politik dan cita-citanya, memang tepat pilihan Aquino untuk memancing kakinya beranjak di dua ujung sejarah. Ia ingin dikenal sebagai tokoh masa lalu maupun masa depan Filipina. Rupanya itulah refleksi pandangan diri dan pilihan arah langkah politik yang akan ia lakukan manakala ia kembali ke Filipina. Ia menetapkan platorm kerukunan nasional, rekonsiliasi dan ia kibarkan bendera itu waktu ia menjejakkan kembali kakinya di Filipina. Tampaknya ia yakin, resepnya akan ampuh untuk mempertemukan kekuatan nasional dalam suatu koalisi yang ia nyaman berada di dalamnya. Visi politiknya lumayan masuk akal. Jejak kerukunannya bernada mulia. Tekadnya utuh dan bulat. Mungkin di luar perhitungannya, pengorbanan dirinya akan menjadi tumbal untuk makin cepatnya proses pembaharuan politik di Filipina. Apakah oleh kubu kooperatif atau kubu nonkooperatif, bahkan mungkin kekuatan gabungan dari perjuangan keduanya. Mabuhay Pilipinas! Adios Aquino!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus