Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Partai Golkar menepis adanya dugaan yang menyebutkan kekalahan Airin Rachmi Diany-Ade Sumardi di pilkada Banten disebabkan tak maksimalnya kerja mesin politik partai dalam membantu pemenangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Wihaji mengatakan seluruh kader partainya terlah bekerja keras selama perhelatan Pilkada 2024 ini, termasuk di Pilkada Banten yang menjadi provinsi Airin berkontestasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apalagi Golkar yang punya calon gubernurnya, jadi ya pasti sudah maksimal," kata Wihaji kepada Tempo, Sabtu, 30 November 2024.
Wihaji menjelaskan, pada prinsipnya Golkar telah menempatkan para kader terbaiknya untuk diplot maju menjadi calon kepala daerah atau wakilnya di pilkada ini.
Dengan demikian, kata dia, pelik rasanya jika partai berlambang pohon beringin tersebut malah tak bekerja maksimal membantu pemenangan para kadernya yang berlaga. "Jadi saya rasa sudah maksimal, kan kami juga yang punya gawe politiknya," ujar Wihaji.
Berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count yang dilakukan lembaga survei Charta Politika, duet Airin-Ade Sumardi di pilkada Banten memperoleh suara 42,48 persen atau lebih rendah dari duet Andra Soni-Dimyati Natakusumah yang memperoleh 57,52 persen suara.
Padahal sebelumnya, sigi yang dirilis Lembaga Survei Indonesia pada Agustus lalu, menempatkan Airin di urutan pertama calon Gubernur Banten dengan tingkat elektabilitas paling tinggi, yaitu mencapai 77,3 persen dalam skema head to head dengan pesaingnya, Andra Soni yang menorehkan elektabilitas 10 persen.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP Ahmad Basarah menyoroti kekalahan Airin-Ade di pilkada Banten. Ia menilai kekalahan pasangan yang diusung PDIP dan Golkar itu sebagai anomali.
Menurut dia, Airin yang merupakan mantan Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Gibran di Banten berhasil memberikan suara rakyat Banten bagi pasangan tersebut di pemilihan presiden lalu. Akan tetapi, pada pilkada Banten, duet Airin-Ade malah menelan kekalahan. "Ini di luar nalar kami," kata Basarah.
Basarah menengarai adanya keterlibatan unsur non-partai politik yang menjadi penyebab kalahnya Airin-Ade di pilkada Banten. Sehingga, PDIP akan segera mengambil langkah lanjutan atas anomali yang ditemui di pilkada Banten.
Ia menyebut akan meneruskan anomali yang ditemukan ke Mahkamah Konstitusi untuk dibuktikan. "Kami akan melakukan legal action," ujar dia.
Seorang politikus di lingkaran Koalisi Indonesia Maju (KIM) bercerita, sejak awal Golkar memang tak memiliki niat untuk mengusung Airin di pilkada Banten. Hal ini dibuktikan dengan sikap mula Golkar yang mengusung Andra-Dimyati bersama KIM.
Menurut politikus ini, sikap Golkar yang kemudian berubah haluan dalam sekejap mengusung Airin, juga semata-mata tak dilakukan penuh atas keinginan DPP. Pengusungan tersebut dilakukan karena Airin diusung oleh PDIP, yang notabene partai pesaing Golkar.
Seorang politikus PDIP menguatkan cerita tersebut. Ia mengatakan, Golkar seperti tak sepenuh hati memberikan logistik dan memaksimalkan kerja mesin partai untuk memenangkan Airin di Banten.
Politikus ini menduga, Golkar ditekan oleh koalisi untuk tidak jor-joran memenangkan Airin di Banten, mengingat lawannya adalah calon yang diusung oleh koalisi Golkar.
Wihaji menepis cerita tersebut. Ia menegaskan bahwa Airin didapuk untuk maju sebagai calon Gubernur Banten oleh Golkar karena keputusan DPP Partai, mengingat rekam jejak dan elektabilitasnya yang baik.
"Pada prinsipnya, Ibu Airin adalah kader terbaik kami di Banten. Makanya tidak mungkin kalau tidak diberikan dukungan," ucap Wihaji.