SELAIN gaji naik, mulai April ini, anggota ABRI punya pangkat baru. Penggantian tanda pangkat yang lama ini diumumkan oleh kepala Staf Umum ABRI Marsekal Madya Oetomo, dalam apei mingguan di halaman Mabes ABRI, Senin pekan ini. Kesederhanaan dan profesionalisme, agaknya, merupakan alasan penggantian tanda pangkat ini. Paling tidak, itulah yang tersirat dalam amanat tertulis Pangab Benny Moerdani yang dibacakan Oetomo. "Beberapa peralatan teknologi tinggi ABRI peka terhadap logam," kata seorang pejabat tinggi Hankam memberi alasan hilangnya tanda pangkat logam dalam sistem yang baru. Kini, dalam seragam sehari-hari dan tempur, tanda pangkat yang digunakan hanya terbuat dari kain yang dibordir. Penggunaannya pun lebih tersembunyi dibanding dengan sebelumnya. "Tentara 'kan punya sifat rahasia, jadi tak boleh terlalu terbuka," ucap seorang jenderal. Bahkan, jika mengenakan seragam tempur yang baru, tanda pangkat disembunyikan di balik lipatan "lubang" kancing bagian dada. Tanpa tanda kesatuan semakin tinggi pangkat seseorang, semakm besar risiko yang dihadapinya dimedan tempur. Itu kalau musuhnya tahu. Bentuk pangkatnya sendiri tak berubah banyak. Perwira tinggi tetap menggunakan bintang, perwira menengah bunga melati, perwira pertama balok. Hanya saja lencana TNI di kerah baju kini ditiadakan. Sebagai gantinya, tulisan TNI itu, dalam bentuk bordir terpampang di bawah tanda pangkat. Yaitu berupa epolet selobokan di pundak kiri dan kanan untuk perwira dan bintara tinggi atau dijahit di lengan kanan untuk tamtama dan blntara. Warna selobok berbeda untuk setiap matra. Hijau untuk angkatan darat, kelabu untuk laut, biru untuk udara, dan cokelat untuk polri. Jadi, sama seperti warna seragam celana masing-maslng. Sebetulnya, seperti diutarakan Jenderal Benny kepada TEMPO beberapa waktu lalu, pimpinan ABRI merencanakan juga menyamakan seragam seluruh matra. "Ada perkiraan ini bisa menghemat Rp 15-24 milyar setahun," katanya waktu itu. Hanya saja, .stok bahan baku tiap angkatan waktu itu ternyata sudah banyak dibeli. Jadi, ditunggu habls dahulu. Perubahan tanda pangkat yang dilakukan sekarang pun merupakan bentuk penghematan. "Dulu diperkirakan perlengkapantanda pangkat bernilai Rp 15 ribu, sekarang Rp 2 ribu saja," kata seorang perwira tinggi berbintang satu. Bila diperklrakan terdapat hampir setengah juta orang anggota ABRI, besar penghematan ini lumayan juga. Toh tak berarti gemerlap logam pangkat militer akan jadi kenangan masa lalu. Perubahan tanda pangkat ini hanya dikenakan untuk tanda pangkat harian (TPH) dan tanda pangkat lapangan (TPL). Khusus untuk tanda pangkat upacara (TPU) tidak ada perubahan. Karena itu, para istri prajurit tak perlu membuang brasso simpanan mereka untuk membersihkan pangkat yang terbuat dari logam. Yang juga sibuk membuang tanda pangkat lama adalah pedagang: Para penjual tanda pangkat militer. "Dari pangkat lama kita rugi 2-3 juta rupiah," kata Ilyas, bagian pemasaran Toko Palapa di Senen. Masih untung tali komando, yang dulu digunakan anggota ABRI, yang juga akan ditanggalkan, mungkin masih bisa dipakai resimen mahasiswa. Sebagai gantinya, tanda jabatan komando itu ditampilkan lewat pita merah di bingkai selobokan tanda pangkat yang disandang di bahu kiri dan kanan. Tapi, para pedagang perlengkapan militer ini tak sepenuhnya sial. Begitu ada perubahan tanda pangkat, toko mereka diserbu tentara yang ingin membeli tanda pangkat baru. Hanya saja, banyak yang terpaksa gigit jari. "Kami baru bisa menyediakan pangkat minggu depan. Soalnya, pembuatannya tidak mudah," kata Ilyas, Senin pekan ini. Para calon pembeli umumnya mengaku baru mendapat pembagian satu set dari instansinya. "Karena itu, kami perlu untuk serep," kata seorang kopral yang sedang berdesakdesak di toko itu. Keringat tampak membasahi kemeja seragamnya, termasuk dibagian pangkatnya yang baru itu. Perubahan tanda pangkat ini bukan yang pertama kali. Dalam sejarah ABRI, ini merupakan perubahan yang ketiga kalinya. Dan sekali ini tampaknya akan membuat penampilan ABRI lebih sederhana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini