Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kiamat di ciharupat

Akibat hujan terus menerus, punggung gunung Aul longsor, menimpa Desa Ciharupat, Gintung, dan Cimuncang, Garut. 23 rumah hancur dan 37 jiwa tewas tertimbun tanah. (nas)

6 April 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AMAT tak bisa lagi menangis. Petani kacang berusia 55 tahun itu tak punya apa-apa lagi, selain pakaian kumal yang menempel di tubuhnya. Rumah dan seluruh hartanya ludes, sementara empat dari sepuluh anaknya, juga dua cucunya, hilang tertimbun tanah. Amat sendiri terseret air bah bercampur lumpur sekitar 150 meter - melewati lima rumah dan empat kolam. Rumah Amat di Kampung Ciharupat-sekitar 30 km di selatan Garut - diapit oleh gunung Aul dan Harupat, pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Sabtu petang pekan lalu, kampung yang dihuni sekitar 150 jiwa itu hancur karena punggung Gunung Aul longsor. "Dari 63 rumah, 23 hancur sama sekali," tutur Komarudin, kepala desa Mekarjaya. Bersama korban lainnya, Amat dibawa ke puskesmas Boyongbong, sekitar 13 km dari Ciharupat. Tak pernah ada kendaraan di sana. Itu sebabnya para korban digendong dengan sarung, dalam perjalanan lima jam jalan kaki. Puskesmas yang hanya memiliki dua tempat tidur itu, sampai hari Minggu, harus menampung 24 korban, sementara yang parah, 17 orang, dikirim rumah sakit di Garut. Dalam waktu singkat memang berdatangan bantuan baju bekas dan makanan dari penduduk ke puskesmas, sementara obat-obatan mencukupi. Tapi tampaknya cukup sulit membawa para korban dari tempat-tempat musibah. Istri Amat, misalnya, masih tertinggal di kampung. "Ia tak bisa jalan. Dan belum ada tenaga yang sempat membawanya kemari," kata Amat pilu. Menurut cerita penduduk, seumur-umur baru pertama kali itu musibah longsor menimpa Desa Mekarjaya. Sebuah sungai yang membelah desa selama ini juga tenang-tenang saja. Tapi ketika Kamis dan Jumat pekan lalu air bagaikan dituang dari langit setelah seminggu hujan terus-menerus - dan pinggang Gunung Aul mulai longsor, musibah pun menimpa tiga desa: Ciharupat, Gintung, dan Cimuncang. Dari jarak sekitar 300 meter, lima buah bekas longsoran dapat dilihat dengan jelas, berderet dari arah timur ke barat. Sampai Senin malam, pekan ini, jumlah kerugian belum bisa dihitung. Tapl, menurut catatan camat Cisurupan, Udin Sahidin, dari 37 jiwa yang hilang, baru 13 yang jenazahnya ditemukan sementara 23 rumah hancur, 19 kolam tertimbun tanah, 84 kambing mati dan 15 ha tegalan tak bisa ditanami. "Sampai pagi kami mencari para korban di bawah timbunan tanah dan menolong penduduk yang masih selamat, yang kebanyakan terhimpit puing-puing rumah atau tergencet batu dan pepohonan besar," tutur Komarudin, kepala desa Mekariaya. Cerita para korban bermacam-macam. Suhandi, 35, misalnya, penduduk Kampung Tanjungluhur, I km dari lokasi longsor. Ketika itu, ia sedang menuju ke rumah kepala desa. Tiba di sebuah jalan kampung, mendadak rumah yang ia lewati longsor. Dan ia terbawa arus, masuk ke dalam sungai. Untunglah, ia tersangkut pada sebuah batu. Menjelang musibah, menyusul adiknya yang membeli lauk-pauk. Tapi ketika ia pulang, rumahnya sudah tertimbun rumpun bambu, sementara dua rumah lainnya tertumpuk di atasnya. Dengan gugup ia mengals-ngals tanah, dan menemukan istrinya. "Ia terbungkus lumpur, sudah tidak seperti orang lagi," tuturnya sedih. "Ia masih dengan kukuh memeluk dua anak saya. Yang bungsu di dada, yang sulung di dekat kakinya," katanya lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus