Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Pos Pemantauan Banjir Sungai Bengawan Solo Stasiun Jurug tampak lengang pada Sabtu siang, 15 Februari 2025. Petugas pos yang biasanya berjaga untuk memantau ketinggian air sungai tak terlihat di tempat mereka berjaga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pilihan editor: Politikus Gerindra Bilang Perlawanan soal Pemangkasan Anggaran Berasal dari Birokrat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Padahal petugas pos hidrologi itu biasanya selalu berjaga. Apalagi cuaca di Kota Solo dan sekitarnya hampir saban hari diguyur hujan. "Ya awal bulan ini memang ada pemberitahuan resmi bahwa petugas pos pengamat diberhentikan dulu. Katanya karena baru menunggu kepastian untuk keuangannya," kata petugas pos hidrologi yang tak mau disebutkan namanya saat dihubungi Tempo melalui sambaungan telepon pada Sabtu, 15 Februari 2025.
Menurut dia, pemberitahuan penghentian petugas pos hidrologi tersebut terbilang mendadak. Dia termasuk yang diberhentikan dan tak tahu kapan ditugaskan kembali menjadi juru pantau debit air oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.
"Ya kami hanya bisa menunggu kemungkinan untuk bertugas lagi," ujarnya. "Tentunya saya berharap semoga bisa secepatnya kembali bertugas."
Ia bersyukur bisa bekerja menjadi petugas pemantau debit air Sungai Bengawan Solo, meski gajinya tidak besar. Menurut dia, honor tersebut bisa membantu untuk menghidupi keluarganya. "Honor dari tugas memantau banjir ini alhamdulillah bisa untuk tambahan penghasilan buat keluarga," tuturnya.
Dihubungi terpisah, Petugas Pos Duga Peren Kali Samin, Madiyono, juga mendapatkan pemberitahuan dari pihak BBWSBS mengenai pemberhentian petugas pos hidrologi tersebut.
"Kalau saya terakhir bertugas bulan Januari kemarin. Kemudian baru ada pemberitahuan karena ada sesuatu, masalah keuangan begitu untuk membayar honor," ujarnya. "Dari pemberitahuan itu bahwa petugas pengamat dan penjaga pos hidrologi sementara berhenti dulu."
Madiyono tak menampik keberadaan petugas pos hidrologi penting. Ia sendiri telah menjalani tugas sebagai petugas pos hidrologi itu puluhan tahun. "Kalau saya sudah lama ya, mulai sekitar tahun 1983. Bahkan dulunya dari keluarga saya juga. Tugas utamanya ya mencatat tinggi muka air untuk jam pagi, siang, dan sore," ucap dia.
Madiyono masih berharap bisa bekerja kembali bersama teman-temannya yang juga diberhentikan. "Kalau masih dibutuhkan saya siap menjalankan tugas sebaik-baiknya. Kalau pun nanti tidak direkrut lagi saya juga siap menerima keputusannya," kata dia.
Sebelumnya, puluhan petugas pos hidrologi BBWSBS yang berstatus pegawai kontrak terpaksa diberhentikan imbas pemangkasan anggaran. Hal itu diakui oleh Kepala BBWSBS Maryadi Utama saat dimintai konfirmasi wartawan.
Maryadi mengemukakan jumlah total petugas pos hidrologi kontrak Bengawan Solo dari hulu sampai hilir sebanyak 99 orang. Jika sesuai kontrak, ia menjelaskan seharusnya pada Januari 2025 lalu mereka memperbarui kontrak untuk penugasan sampai dengan Maret mendatang.
"Jadi sebetulnya para petugas ini merupakan petugas kontrak per tiga bulan. Terakhir mereka selesainya bulan Desember 2024," ungkap Maryadi ketika ditemui di kantornya, Jumat, 14 Februari 2025.
Ia mengatakan pengadaan kembali pegawai honorer khususnya petugas pos hidrologi tergantung daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA). Saat ini anggaran itu masih dalam pembahasan di DPR.