Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tak kurang dari 322 kepala keluarga di 36 desa yang tersebar di 10 kecamatan di Bojonegoro terdampak banjir luapan Sungai Bengawan Solo, Senin, 11 Maret 2024. Dua kecamatan di Lampongan pun terdampak banjir Bengawan Solo, pada Selasa, 12 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Luapan Sungai Bengawan Solo, sebuah ikon dalam lansekap geografis dan budaya Indonesia, telah memberikan berbagai cerita yang mendalam sepanjang sejarahnya. Melalui gemanya yang megah dan riwayatnya yang kaya, sungai ini telah menjadi subjek inspiratif bagi seniman, penyair, dan komponis, termasuk Gesang yang mengabadikannya dalam lagu yang legendaris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan, hujan yang terus menerus mengguyur di pulau Jawa membuat aliran air di Bengawan Solo meluap. Tentu ini bukan kali pertama sungai ini meluap, masyarakat sekitar sungai mungkin juga telah berkawan akrab dengan bencana banjir yang selalu mengintai mereka setiap kali tiba musim penghujan. Meskipun demikian, Bengawan Solo tetaplah menjadi ikon yang mempesona dengan kisah masa lalunya yang luar biasa kaya.
Profil Bengawan Solo
Sungai Bengawan Solo telah lama menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat di daerah Jawa Tengah. Sungai ini berasal dari dua sumber utama, yakni Kali Muning dan Kali Tenggar, yang berada di Desa Jeblongan, Kecamatan Karang Tengah, Wonogiri. Meskipun belum banyak dikaji secara mendalam, terdapat bukti keberadaan manusia pada masa prasejarah di sekitar Sungai Bengawan Solo, terutama di daerah Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yang merupakan tempat tinggal manusia purba pada masa berburu dan meramu.
Dilansir dalam artikel jurnal berjudul “Sungai Bengawan Solo: Tinjauan Sejarah Maritim dan Perdagangan di Laut Jawa”, disebutkan bahwa menurut M Dwi Cahyono dalam ekspedisi Bengawan Solo, bukti kehidupan pada masa prasejarah juga ditemukan di daerah hilir Sungai Bengawan Solo seperti Sragen, Karanganyar, Blora, dan Ngawi. Selain itu, pada masa kerajaan, terutama masa Kerajaan Majapahit, Sungai Bengawan Solo dimanfaatkan sebagai jalur transportasi dan perdagangan yang penting.
Komponis Gesang telah mengabadikan Sungai Bengawan Solo dalam lagunya yang legendaris dan tetap populer hingga kini. Selain itu, berbagai sumber sejarah seperti Serat Negarakertagama, Prasasti Canggu, serta budaya tutur juga mencatat peranan penting Sungai Bengawan Solo dalam budaya dan sejarah masyarakat.
Sebagai sungai terpanjang di Pulau Jawa, Sungai Bengawan Solo memiliki sejarah geomorfologi yang menarik. Sungai ini mengalir dari Kabupaten Wonogiri hingga ke Samudra Hindia. Akan tetapi, aliran Sungai Bengawan Solo purba terhenti karena peristiwa geologis, yaitu pengangkatan tanah akibat tumbukan dua lempeng utama, yaitu Lempeng Asia dan Lempeng Australia.
Bengawan solo adalah sungai terpanjang di daratan Pulau Jawa yang membentang sepanjang 540 kilometer. Sungai ini bahkan melintasi dua provinsi sekaligus. Mata airnya terletak di Wonogiri dan bermuara di Laut Jawa, di kota Gresik.
Sejumlah wilayah yang dilewati oleh Bengawan Solo di Provinsi Jawa Tengah, termasuk diantaranya Wonogiri, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Boyolali, Sragen, Blora, Rembang, dan Surakarta. Di sisi lain, sungai ini juga melintasi wilayah Provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Magetan, Ponorogo, Madiun, Pacitan, Bojonegoro, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.
Sungai Bengawan Solo memiliki tiga zona utama yaitu zona hulu, zona tengah, dan zona hilir. Zona hulu sungai ini terletak di bagian atas Waduk Gajah Mungkur, Kabupaten Wonogiri. Sementara itu, zona tengah berada di sebelah hilir Waduk Gajah Mungkur dan melintasi kabupaten Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Sragen, dan Ngawi. Sedangkan zona hilir sendiri terletak di sepanjang Kali Madiun, Blora, Bojonegoro, Lamongan, Tuban, hingga Gresik, tepatnya di Desa Ujungpangkah.
SHARISYA KUSUMA RAHMANDA I RACHEL FARAHDIBA R
Pilihan Editor: 4 Fakta Terkini Banjir Solo, Gibran Rakabuming Dikritik Warganet