DASAR minyak Minas tampaknya bakal menyempit sesudah pekan lalu, Nippon Oil mengancam akan menurunkan pembelian minyak itu dari 115.000 menjadi 70.000 barel sehari. Perusahaan pengilangan itu, demikian koran The Asian Wall Street Journal belum lama ini, menganggap harga Minas yang US$ 28,70-28,80 terlalu mahal dibandingkan jenis Arabian Light Crude (ALC) yang kini bisa diperoleh hanya sekitar US$ 27,80 per barel. Minas, yang setara jenisnya dengan ALC, diekspor dari sini sekitar 740.000 barel sehari. Nippon Oil, pembeli Minas terbesar, kabarnya, harus membeli minyak itu lebih mahal rata-rata US$ 0,40-0,50 per barel dibandingkan dengan pembeli lain. Penurunan harga Minas, seperti dituntut Nippon Oil, sulit dilakukan, karena hal itu akan mempengaruhi struktur harga patokan OPEC. Karena itu, tampaknya, menurut Menteri Pertambangan dan Energi Soebroto, Indonesia belum perlu mengubah harga ekspor dan tingkat produksi mmyaknya. Pelbagai kalangan minyak di Jakarta percaya bahwa Pertamina masih menjual Minas (Sumatran Light Crude) itu dengan harga ekspor US$ 29,53 pel barel - termasuk biaya administrasi. Akhir tahun lalu, pernah muncul desas-desus bahwa Indonesia menurunkan harga ekspor Minas tadi, tapi kemudian dibantah. Yang pasti, impor Minas oleh Jepang Mei lalu tinggal 8,45 juta, turun jauh dibandingkan dengan posisi Maret, yang mencapai 9,77 juta barel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini