DOLAR Amerika makin menguat terhadap sejumlah mata uang Eropa dan yen. Kata sejumlah pengamat, karena sejumlah faktor: naiknya suku bunga dari 12,5% jadi 13%, pertumbuhan ekonomi AS makin stabil, juga karena Washington kini sedang menyedot dana masyarakat untuk membiayai defisit anggaran belanjanya Bagi negara-negara yang kini sedang mengharapkan bisa memperoleh devisa banyak, situasi itu jelas cukup menguntungkan. Negara-negara Eropa, Taiwan, Korea Selatan, Hong Kong, dan Singapura dalam beberapa bulan terakhir ini dengan cepat bisa meningkatkan volume ekspornya ke AS. Tak heran jika neraca perdagangan AS defisit - pada bulan April dan Mei saja meliputi US$ 21 milyar, dan sampai akhir tahun ini besar kemungkinan akan mencapai US$ 130 milyar. Menguatnya dolar itu, menurut sejumlah pengamat, akan terus berlangsung sepanjang 1984. "Tak ada tanda-tanda situasi itu akan berubah dalam waktu dekat ini," kata Rimmer de Vries, senior vice president Morgan Guaranty Trust. Kendati begitu, komoditi ekspor Indonesia yang penting, seperti kayu lapis dan pakaian jadi, rupanya sulit menangkap angin baik itu. Kayu lapis dari sini, misalnya, kualitasnya dianggap kurang halus dan sering berbeda ukurannya. Tapi - yang dikhawatirkan kalangan perbankan - melemahnva rupiah, yang tecermin dalam ars bank notes yang pekan lalu sudah mencapai Rp 1.024 untuk setiap dolar, akan menyebabkan rush pembelian dolar ke pelbagai tempat penukaran uang. Rush, yang sifatnya spekulatif, tentu, tidak membahayakan. Jika cadangan devisa pemerintah cukup kuat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini