Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Istilah psikolog dan psikiater banyak bermunculan di media sosial setelah isu kesehatan mental yang tengah berkembang. Tak jarang pula, kedua profesi tersebut harus berurusan dengan berbagai peristiwa, seperti pandemi Covid-19 hingga kasus kriminal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keduanya berperan penting dalam penanganan masalah yang berkaitan dengan kesehatan jiwa, baik pada pelaku maupun korban kejahatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Managing Director Good Doctor Technology Indonesia.Danu Wicaksana mengatakan jumlah konsultasi ke psikolog melalui telemedis meningkat tujuh kali lipat dibandingkan April 2020 atau awal pandemi.
Sementara itu, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI) melakukan survei swa periksa psikologis terhadap 4.010 responden dari seluruh Indonesia. Hasilnya, 65 persen responden mengaku mengalami kecemasan, 80 persen menunjukkan gejala trauma psikologis.dan 62 persen menderita depresi.
Peningkatan jumlah konsultasi ke psikolog menjadi salah satu indikasi tumbuhnya kesadaran kesehatan mental pada masyarakat Indonesia. Namun, tidak sedikit yang belum memahami langkah-langkah untuk menangani penyakit mental, termasuk memilih lembaga konsultasi yang tepat, baik itu psikolog maupun psikiater. Lantas, apa saja perbedaan psikolog dan psikiater?
Perbedaan Psikolog dan Psikiater
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut deretan perbedaaan antara psikolog dengan psikiater yang perlu diketahui.
1. Latar belakang pendidikan
- Psikolog: menyelesaikan kuliah S1 Psikologi, kemudian melanjutkan program profesi Magister Psikologi Klinis
- Psikiater: menamatkan pendidikan dokter hingga meraih gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked), lalu mengikuti program profesi dan mendapatkan gelar dokter di depan nama. Kemudian melanjutkan studi spesialisasi kedokteran jiwa atau psikiatri hingga menyandang gelar dokter spesialis kedokteran jiwa.
2. Gelar akademik
- Psikolog: gelar psikolog klinis (M.Psi).
- Psikiater: dokter spesialis kedokteran jiwa (dr. Sp.KJ).
3. Pendekatan
- Psikolog: melihat perilaku pasien dari dekat, seperti melacak pola tidur, pola makan dan pikiran buruk yang mungkin berkontribusi terhadap keluhan
- Psikiater: memiliki insting biologi dan neurokimia lebih kuat, sehingga sebelum mendiagnosis, psikiater akan memastikan pasien tidak kekurangan asupan nutrisi tertentu atau menderita penyakit seperti tiroid
4. Ruang lingkup praktik
- Psikolog: biasanya berpraktik dalam ruang lingkup kecil, seperti klinik swasta. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa psikolog bisa berdinas di rumah sakit
- Psikiater: dengan latar belakang pendidikan kedokteran, umumnya psikiater bekerja di rumah sakit atau klinik besar. Hal itu berhubungan dengan tugas untuk mengobati pasien dengan gangguan mental yang memerlukan perawatan medis intensif. Psikiater juga bisa bekerja sama dengan dokter spesialis lain, tergantung kondisi pasien
5. Diagnosis
- Psikolog: mengamati kepribadian, cara berbicara, pola perilaku, dan mendengarkan cerita yang disampaikan pasien
- Psikiater: menggunakan riwayat kesehatan pasien (anamnesis) dan wawancara untuk mengevaluasi pasien dari segi mental, fisik, dan spiritual. Psikiater akan melihat gangguan sistem saraf dan pengaruh kerja otak terhadap masalah yang dihadapi pasien. Selain itu, dokter spesialis kedokteran jiwa juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti MRI scan, tes urine, dan CT scan
6. Perawatan dan pemberian obat
- Psikolog: psikolog tidak berwenang meresepkan obat, tetapi hanya berfokus pada konsultasi dan terapi psikologis
- Psikiater: selain memberikan jasa konsultasi, psikoterapi, psikiater juga dapat memberikan resep obat-obatan sesuai diagnosis
7. Kasus yang ditangani
- Psikolog: menangani masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti karir, percintaan, maupun hubungan dengan keluarga
- Psikiater: menangani keluhan gangguan kesehatan lebih rumit, misalnya depresi mayor, bipolar, dan skizofrenia
MELYNDA DWI PUSPITA