Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMA Muhammad Jusuf Kalla kini jadi pembicaraan nelayan Aceh. Ini terkait dengan nasib 118 kapal bantuan Kuwait untuk Aceh yang tak bisa dipakai. Maklum, spesifikasi kapal tersebut tak cocok dengan kondisi laut Aceh yang bergelombang.
Muncul selentingan, kapal seharga US$ 2.500 per buah yang dibuat di Makassar itu dikerjakan kontraktor yang masih kerabat sang Wakil Presiden. "Saya dengar dibuat oleh kerabat Jusuf Kalla," kata Humam Hamid, penasihat Panglima Laut Aceh.
Untuk mengetahui duduk masalahnya, wartawan Tempo Wenseslaus Manggut, pekan lalu, mewawancarai Wakil Presiden Jusuf Kalla lewat telepon selulernya. Berikut kutipannya.
Benarkah kerabat Anda terlibat pembuatan 300 kapal nelayan bantuan Kuwait untuk Aceh?
Saya memang mendengar kabar soal kapal bantuan Kuwait itu. Soal dibuat oleh kerabat saya, saya tidak tahu-menahu. Setahu saya yang membuat adalah nelayan-nelayan biasa. Memang semua proses pembuatannya dilakukan di Makassar. Mereka memang sudah terbiasa membuat perahu motor. Para nelayan itu sudah ahli di bidang pembuatan kapal.
Benarkah pabrik di Makassar itu milik kerabat Anda?
Itu cuma isu. Masa, wakil presiden ngurusin perahu seperti itu. Perahu motor itu adalah sumbangan pemerintah Kuwait. Orang Kuwait sendiri yang datang meminta bantuan untuk urusan teknis pembuatannya. Mereka pergi ke Makassar. Di sana ada beberapa nelayan yang sudah turun-temurun membuat perahu yang bagus yang biasa dipakai nelayan Makassar. Masalahnya, perahu pesanan Kuwait itu kemudian dibuat dengan model Makassar, bukan model Aceh.
Apakah pembuatan kapal itu berdasarkan tender atau penunjukan langsung?
Itu urusan pemerintah Kuwait. Proses tender dan pembuatannya bukan urusan saya. Yang saya tahu, jumlah perahu bantuan Kuwait 300 buah. Sebanyak 150 buah sudah dibikin dengan tipe yang sesuai dengan nelayan Aceh.
Betulkah perahu motor sumbangan pemerintah Kuwait tidak layak pakai?
Bukan tidak layak pakai. Cuma bentuknya yang tidak sama dengan yang dipakai oleh nelayan di Aceh. Menurut mereka, bentuknya terlalu tipis dan tidak cocok untuk mereka. Itu saja masalahnya. Perahunya sendiri masih bisa dipakai. Memang, para nelayan Aceh ingin perahu motor yang badannya lebih lebar. Menurut mereka, perahu sumbangan itu kurang lebar dan cepat oleng. Kurang cocok untuk melaut.
Faktanya, perahu bantuan itu kini cuma teronggok. Bagaimana?
Mestinya tetap bisa dipergunakan. Pemerintah Kuwait mengirim sejumlah instruktur untuk melatih nelayan Aceh menggunakan perahu motor tipe Makassar itu. Karena sudah dilatih, mereka sudah bisa menggunakannya. Kabar terakhir yang saya dengar, perahu motor itu semuanya sudah digunakan oleh nelayan Aceh. Jadi sudah tak ada masalah lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo