Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Analisis Data & Democracy Research Hub melakukan perbandingan terhadap sejumlah tagar pada platform X ketika masyarakat mengkritik kebijakan pemerintahan Prabowo Subianto. Tagar ini antaranya Kabur Aja Dulu, Indonesia Gelap, Pergi Migran Pulang Juragan, serta Indonesia Terang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Co-Director Data & Democracy Research Hub, Ika Idris, mengatakan aksi protes di media sosial merupakan upaya publik dalam menyampaikan pendapat. Selain itu, kata dia, aksi itu juga sebagai penilaian dari implementasi kebijakan yang dibuat Presiden Prabowo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Berbagai ekspresi kritik dan protes disampaikan di media sosial X. Tagar #KaburAjaDulu dan #IndonesiaGelap memenuhi percakapan daring. Kemudian muncul narasi tandingan dalam tagar #PergiMigranPulangJuragan dan #IndonesiaTerang," kata Ika dalam keterangan tertulisnya pada Ahad, 23 Februari 2025.
Berdasarkan pemantauan Research Hub, percakapan dengan tagar Indonesia Terang tidak signifikan hanya sekitar 2.209 cuitan atau atau 0,0007 persen. Bila dibandingkan dengan tagar Indonesia Gelap mencapai 3 juta cuitan pada platform X.
Adapun jumlah pengguna atau unique authors yang terlibat dalam percakapan tagar Indonesia Terang sebanyak 1.978 akun. Sementara Indonesia Gelap melibatkan sekitar 104.000 akun. Meski begitu, Ika mengatakan narasi Indonesia Terang seolah besar karena disampaikan langsung oleh pemengaruh opini seperti pejabat publik dan politisi.
Ika mengatakan terdapat pejabat pemerintah yang mempengaruhi tagar Indonesia Terang yaitu Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni dalam postingannya di platform X. Ika mengatakan Raja Juli menulis sebanyak dua kali dengan tagar tersebut pada 21 Februari 2025.
“Terlalu banyak alasan yang bisa dibuat-buat untuk memantik pesimisme. Cukup satu alasan saja untuk memicu optimisme Indonesia akan semakin baik. #GenerasiOptimis #IndonesiaTerang @psi_id @Gerindra” tulis postingan Raja Juli pada platform X @rajajuliantoni.
Ika mengatakan jika postingan Raja Juli itu sebenarnya hanya dibagikan oleh 106 orang, namun menjangkau sekitar 274 ribu pengguna. Namun, Ika mengatakan jika saat itu Raja Juli kembali memosting gambar halaman depan sebuah media pemberitaan tentang pernyataan Presiden Prabowo bahwa kepala daerah adalah pelayan rakyat.
Ika menjelaskan dalam postingan Raja Juli itu, dia menuliskan “Kepala daerah kalian pelayan rakyat atau pelayan partai? #IndonesiaTerang #GenerasiOptimis”. Cuitan ini dibagikan kembali sekitar seribu kali dan dilihat oleh 1,6 juta pengguna.
Sementara itu, Ika menyebutkan terdapat upaya mengecilkan opini publik pada percakapan dengan tagar Kabur Aja Dulu. Padahal, kata Ika, tagar tersebut merupakan ungkapan kekecewaan atas memburuknya kualitas kehidupan yang dirasakan saat ini.
Tagar Kabur Aja Dulu mendapatkan respons dari pejabat publik dengan tanggapan sinis dari keresahan masyarakat. Salah satu pejabat pemerintah yang merespons adalah Utusan Khusus Presiden Bidang Generasi Muda dan Pekerja Seni Raffi Ahmad, yang mengusulkan untuk mengganti tagar itu dengan Pergi Migran Pulang Juragan.
Pilihan Editor:4 Catatan P2G soal Dugaan Pemecatan Guru Vokalis Sukatani