NAMA Letjen. (Pur.) Wahono, 67 tahun, melaju tanpa saingan di bursa Ketua DPR/MPR yang dilantik pekan ini. Sebagai Ketua Umum Golkar, organisasi politik pemenang pemilihan umum yang lalu, rasanya wajar saja jika ia dipilih untuk memimpin lembaga tinggi negara itu. Bekas Pangdam Brawijaya dan Panglima Kostrad kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, ini memang dekat dengan Presiden Soeharto. Bukan lantaran kini ia juga berkantor di Bina Graha sebagai Irjen Pembangunan. Pada masa awal Orde Baru, Mayor Wahono menjadi Asisten Operasi ketika Pak Harto menjadi Pangkostrad. Pencalonan Wahono, menurut Ketua Golkar Jakob Tobing, akan diusulkan dalam satu paket. Paket yang dimaksud adalah calon wakil ketua. Golkar akan menugaskan Prof. Dr. John Ario Katili sebagai calon Wakil Ketua DPR/MPR. Munculnya guru besar geologi ini cukup mengagetkan kalangan Golkar, yang selama ini taat dengan jenjang kadernya. Soalnya, Katili bukan termasuk politikus yang aktif di Golkar pusat atau daerah. Sedangkan dari Fraksi ABRI, nama yang muncul untuk Wakil Ketua DPR/MPR adalah Mayjen. Soetedjo, yang pernah menjabat Pangdam XIV Hasanuddin dan Inspektur Jenderal TNI-AD. Sebelumya, sempat beredar nama Sekjen Departemen Dalam Negeri, Mayjen. Nugroho, sebagai calon (TEMPO, 26 September 1992). Namun ternyata Nugroho tak masuk anggota DPR/MPR yang diumumkan pekan lalu. Yang hampir pasti akan duduk mendampingi Wahono di kursi pimpinan DPR/MPR adalah Soerjadi dari PDI dan Ismail Hasan Metareum dari PPP. Namun, yang disebut terakhir itu konon mendapat "saingan dari dalam". Sekjen PPP Matori Abdul Djalil dari NU, yang juga berkeinginan kuat ke sana. Pimpinan lainnya adalah Wakil Ketua MPR. Nama yang santer disebut-sebut adalah Prof. Dr. Ahmad Amiruddin. Ia akan menggantikan R. Soeprapto. Kebetulan masa jabatan kedua sebagai gubernur Sul-Sel akan berakhir pertengahan tahun depan. Anggota Fraksi Utusan Daerah ini juga disebut-sebut akan menjadi Ketua Badan Pekerja MPR. Ketika ditemui di Hotel Indonesia Jakarta akhir pekan lalu, bekas rektor Universitas Hasanuddin dan Ketua HMI Bandung itu mengaku belum mendengarnya. Tapi ia mengaku siap bila memang terpilih. Yang justru menarik adalah bursa pimpinan di tingkat fraksi. Daftar pimpinan fraksi DPR dan MPR dari Golkar sudah beredar secara diam-diam di tengah acara orientasi pekan lalu di Hotel Indonesia. Menteri Perhubungan Azwar Anas disiapkan menjadi Ketua Fraksi Karya untuk MPR. Azwar akan didampingi wakil ketua seperti Menteri Negara Urusan Peranan Wanita S. Moerpratomo, Suhardiman, Awaludin Djamin, Abdul Gafur, dan Usman Hasan. Adapun Menteri Akbar Tanjung akan menjadi sekretaris Azwar di MPR. Di DPR, Fraksi Karya akan menampilkan Usman Hasan sebagai ketua fraksinya. Namun, ketika ditanyai soal daftar pimpinan Fraksi Karya yang beredar, politikus asal Lhokseumawe dan bekas pimpinan HMI Sumatera Utara ini masih menghindar. "Saya tak tahu soal itu," katanya. Usman akan didampingi Novian Kaman sebagai sekretaris fraksi. Dari 12 pimpinan fraksi di DPR, 14 orang di fraksi MPR, dan 19 anggota dan pimpinan Badan Pekerja MPR, menurut sumber TEMPO di Golkar, sebagian besar adalah orangyang dekat dengan Menteri Habibie dan Wakil Presiden Sudharmono. Demikian pula untuk anggota dari utusan golongan-golongan dan perimbangan. Mereka tampaknya akan memuluskan jalan menuju pemilihan presiden dan wakil presiden nanti. Yang tampak tenang adalah PDI. "Kami belum memutuskan siapa yang akan duduk sebagai pimpinan fraksi. Saya kira tak berubah," kata Ketua Umum PDI, Soerjadi. Kalau Soerjadi benar, Fatimah Achmad mungkin tetap sebagai Ketua Fraksi PDI di DPR dan Nico Daryanto akan memimpin fraksi di MPR. Ketua Umum PDI itu menyebut demikian karena DPP baru akan mengadakan rapat Senin malam pekan ini. Suatu pergolakan memperebutkan pimpinan fraksi memang tak begitu mencuat ke permukaan, tapi gesekan di dalam tampaknya sempat memanas. Misalnya saja PPP. Untuk menentukan ketua fraksi di DPR, PPP telah menunjuk Hamzah Haz dari NU. Sedangkan untuk fraksinya di MPR, setelah melalui perdebatan panjang, Darussamin dari Muslimin Indonesia (MI) konon terpilih sebagai ketuanya. Tapi kesepakatan itu ternyata tak mulus. Sebelumnya, Sekjen PPP Matori Abdul Djalil dari NU pun ingin merebut kursi pimpinan fraksi MPR itu. Menurut sumber TEMPO, sejak semula Ketua Umum PPP Ismail Hasan Metareum kurang berkenan bila Matori tampil sebagai Ketua Fraksi PPP di MPR. Kecuali NU sudah mendapat jatah untuk ketua fraksi di DPR, tampaknya Ismail Hasan Metareum ingin benar-benar mengamankan pencalonan presiden dan wakil presiden nanti. Sebab, sebelumnya Matori pernah bersuara lain dari Ismail, yakni mencalonkan Jenderal Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Itu sebabnya Ketua Umum PPP ini lebih cocok dengan Darussamin, bekas tangan kanan J. Naro ketika memimpin partai itu. Yang mungkin tanpa gejolak adalah penetapan calon ketua fraksi dari ABRI. Bekas Pangdam Sriwijaya, Mayjen. Siswadi, ditugasi menjadi Ketua Fraksi ABRI di DPR. Sedangkan untuk pimpinan fraksi di MPR, ABRI akan menunjuk salah satu dari 50 perwira tinggi yang ada di daftar Utusan Golongan Karya ABRI untuk MPR, bukan dari 100 orang yang diangkat sebagai anggota DPR. Liston P. Siregar, Sri Pudyastuti, dan Siti Nurbaiti (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini