Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kogoya, mempertanyakan penyangkalan status kepala sukunya oleh Gubernur Papua Lukas Enembe. Padahal, kata Lenis, Lukas mengetahui pengangkatan resmi dirinya sebagai kepala suku.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau dia menyangkal saya, kenapa dari dulu dia di Papua tidak menyangkal saya? Dia bisa menyangkal di Jakarta. Berarti ini kan penipuan. Saya ini kepala suku, saya diangkat resmi, dan dia tahu di Papua. Dan dia pura-pura tidak tahu," kata Lenis di kantornya, Jakarta, Jumat, 30 Agustus 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lenis menjelaskan bahwa ia keturunan dari panglima perang. Status kepala suku didapatnya bermula dari hasil musyawarah di Wamena. Dari hasil tersebut kemudian dibahas lagi di tingkat provinsi dan akhirnya diumumkan secara resmi sebagai kepala suku seumur hidup di hadapan Kapolda Papua, Panglima, dan Gubernur Papua.
Selama menjadi kepala suku, Lenis mengaku sudah membantu mengatasi berbagai konflik, seperti perang suku di Timika, Ilaga, dan Tolikara. Ia juga mengaku pernah membantu membebaskan anak-anak Komite Nasional Papua Barat yang ditahan polisi.
Bahkan, baru-baru ini ia juga menjadi penjamin Sekretaris Daerah Papua yang tersandung kasus pemukulan terhadap petugas KPK. "Saya datang sebagai kepala suku, saya keluarkan, jaminannya kepala suku," kata dia.
Lenis pun heran statusnya sebagai kepala suku disangkal oleh Lukas Enembe. "Selama ini saya membantu dia untuk keamanan di Papua, selama saya selamatkan dia keluar dari tersangka, kenapa dia pada saat itu tidak menyatakan siapa kepala sukunya. Saya ini kepala suku yang diakui 2 provinsi," ujarnya.
Lukas Enembe sebelumnya mempertanyakan kapasitas Lenis yang bicara kasus Papua. Menurut Lukas, pernyataan Lenis terkait Papua tidak bisa mengatasnamakan sebagai tokoh Papua, tetapi hanya sebagai staf khusus Presiden.