Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi memamerkan capaian penanganan kebakaran hutan di Indonesia dalam forum internasional, 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction 2022. Ia menyebut kebakaran hutan terbesar dialami Indonesia pada 1997-1998 yang menghanguskan 10 juta hektare (ha) lahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Indonesia berhasil menurunkan kebakaran hutan dari 2,6 juta hektare, hanya menjadi 358 ribu hektare di 2021," kata Jokowi dalam acara di Bali, Rabu, 25 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Adapun 2,6 juta hektare merupakan angka luas hutan dan lahan yang terkabar pada 2015. Menurut Jokowi, sejumlah upaya telah dilakukan untuk menekan angka kebakaran hutan di Tanah Air.
Hingga 2021, kata dia, Indonesia telah merestorasi lahan gambut seluas 3,4 juta hektare. Selain itu, Jokowi menyebut Indonesia juga menjaga dan merevitalisasi hutan mangrove di Indonesia, yang luasnya 20 persen dari mangrove dunia yaitu seluas 3,3 juta hektare.
Global Platform for Disaster Risk Reduction merupakan forum internasional untuk mempercepat pelaksanaan Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030. Kerja kerjasama global untuk mengatasi bencana ini disepakati di Sendai, Jepang, pada 18 Maret 2015.
Jokowi kemudian juga menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara rawan bencana. Per 23 Mei 2022 saja, kata dia, sudah ada 1.613 bencana di Indonesia. Lalu dalam sebulan, rata-rata terjadi 500 gempa skala kecil dan besar.
Terakhir, kata Jokowi, gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di Palu, Sulawesi Barat pada 2018. Dalam kejadian ini, sebanyak 2.113 orang meninggal.
Selanjutnya, Indonesia juga memiliki 139 gunung aktif. Letusan gunung api pun menjadi ancaman bagi masyarakat Indonesia. Sepanjang 2015 hingga 2021, kata Jokowi, sudah terjadi 121 letusan gunung api di Indonesia.
Dengan kondisi tersebut, Jokowi mengingatkan kalau sikap siaga bencana sangat menentukan angka kerugian di kemudian hari. Untuk itu, eks Gubernur DKI Jakarta ini pun menawarkan konsep resiliensi berkelanjutan kepada forum ini, untuk menghadapi bencana.
Jokowi juga menyampaikan Indonesia terbuka untuk berbagi cara memitigasi bencana ke dunia, karena punya akumulasi pengetahuan sebagai negara yang rawan bencana "Tapi, Indonesia juga sangat ingin belajar dari pengalaman internasional," ujarnya.