Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK menilai pernyataan calon presiden Joko Widodo atau Jokowi mengenai politikus sontoloyo dan genderuwo merupakan kampanye negatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Itu yang saling itu kampanye negatif namanya. You salah kita ungkap kesalahan. Karena itu jangan berbuat salah. Salah bicara, salah tindak, salah apa macam-macam," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 13 November 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JK menuturkan kampanye negatif sudah biasa terjadi dalam setiap pemilihan umum. Menurut dia, pernyataan Jokowi tersebut tidak menimbulkan konflik dan masih kondusif.
Kendati begitu, JK tak menampik bahwa pola kampanye masing-masing calon presiden belum masuk substansial ke program kerja. Menurut dia, pemaparan visi calon presiden biasanya baru akan dilakukan pada 2-3 bulan menjelang hari pemilihan. "Yang berdebat di tv itu masih timses, belum calonnya sendiri. Calonnya nanti kan 2-3 bulan sebelumnya baru. Nah itu baru bicara program di situ," kata JK.
Setelah polemik politikus sontoloyo, Jokowi menyindir aksi para politikus yang gemar menyebar propaganda menakutkan. Jokowi menyebut cara politikus tersebut sebagai politik genderuwo. "Coba kita lihat politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, kekhawatiran. Setelah takut yang kedua membuat sebuah ketidakpastian. Itu sering saya sampaikan itu namanya politik genderuwa," ujar Jokowi.
Selain Jokowi, calon presiden Prabowo Subianto melontarkan ucapan kontroversial. Beberapa waktu lalu, Prabowo menyebut soal tampang Boyolali. Kontroversi yang muncul dari pidato wajah Boyolali ini pun dianggap menggambarkan atmosfer pilpres 2019 tak memiliki muatan yang substansial.
Dalam pandangan Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Sunyoto Usman, pada pilpres kali ini, masyarakat jor-joran disuguhi oleh isu-isu dengan kualitas rendah. Temuan-temuan para capres untuk melawan kubu lawan pun ia nilai tidak relevan dengan kontestasi.