Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Julius, Stella Dan Tetangganya

Kunjungan pm. png julius chan di jakarta dalam rangka membina persahabatan dengan indonesia, julius chan disertai istrinya stella chan.

20 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKILAS tampangnya mirip Pele. Hanya saja tubuh Sir Julius Chan, Perdana Menteri PNG (Papua Niugini yang pekan lalu berkunjung ke sini tidaklah setinggi dan setegap bintang sepakbola Brazilia tersebut. Kunjungannya pekan lalu bukan yang pertama kali. Beberapa kali antara 1974 dan 1979 ia berkunjung ke Indonesia. Maret lalu Julius Chan menjadi PM PNG menggantikan Michael Somare yang juga pernah berkunjung ke sini. Dalam kabinet Somare, Julius Chan pernah menjabat Menteri Keuangan dan Wakil Perdana Menteri sampai November 1978, tatkala partainya People's Progress Party keluar dari koalisi dengan Partai Pangu yang dipimpin Somare. Berlainan dengan pendahulunya yang dalam acara resmi memakai pakaian resmi PNG--jas dengan semacam rok bawah, Julius biasa mengenakan pakaian Barat. Dia ekonom lulusan Inggris dan dianggap sebagai pengusaha yang berhasil. Dilahirkan 1938 di Tanga, Kepulauan Irlandia Baru yang terletak di timur laut PNG, Julius berdarah campuran Cina-Papua dan beragama Katolik. Istrinya, Lady Stella Chan, adalah seorang akuntan. Mendampingi suaminya di Jakarta, ibu dari 4 orang anak ini selalu tampak sederhana, baik dalam pakaian atau sikapnya. Sikap PM Julius Chan terbuka dan bicaranya jelas. "Saya datang ke sini dengan pikiran terbuka. Dengan keyakinan, kerjasama adalah dasar dari segalanya dan bukannya konfrontasi. Tidak perlu ada kecurigaan. Pada dasarnya kita semua adalah manusia. Masalah-masalah timbul karena kita dan kartnanya kita juga yang harus memecahkannya," ujar Julius dalam konperensi pers di Jakarta Sabtu lalu. Singa Ada dasarnya PM PNG ngomong seperti itu. Buat PNG, negara amat muda (merdeka pada September 1975), dengan penduduk hanya 3 juta, hubungan baik dengan Indonesia tampaknya dipandang sangat penting. Hingga tiap bibit yang bisa menimbulkan kecurigaan perlu dihilangkan. Di PNG sendiri, pernah ada kekhaatiran, Indonesia mempunyai napsu ekspansionis dan suatu saat bisa mencaplok PNG. Ini timbul terutama setelah penyatuan kembali Timor Timur pada 1976. Banyak pihak di PNG yang menganggap Indonesia sebagai "singa" atau "raksasa yang sedang tidur". Di lain pihak, Indonesia pun pernah menduga PNG melindungi pelarian OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang lari dari Irian Jaya. Jumlah pelarian dari Ir-Ja di PNG pernah mencapai lebih 3000 orang, namun sampai 1978 hanya 217 orang yang diterima menjadi warg negara PNG. Pada 1977, sewaktu mengunjungi Indonesia PM Somare mengakui ada sekitar 500 anggota OPM yang tinggal di PNG. Namun kemudian sikap pemerintah PNG mengeras: penjagaan di perbatasan diperketat untuk mencegah perembesan. Gembong OPM Jacob Prai dan Otto Ondowame pada akhir 1978 tertangkap oleh pasukan PNG. Tahun lalu mereka dikirim ke Swedia yang memberi mereka suaka. Hubungan baik antara RI-PNG kemudian disemai kembali setelah kunjungan Menlu Mochur Kusumaatmadja ke PNG pada Desember 1978. Sebelumnya Menhankam Jenderal Jusuf telah mengumumkan kebijaksanaan baru: INI tidak akan mengejar anggota OPM melintasi perbatasan. Kekhawatiran dan kecurigaan itu tampaknya kini mulai melenyap. "Tidak ada lagi masalah perbatasan antara PNG dan Indonesia," tegas Julius Chan. Dikatakannya, tidak perlu ada kekhawatiran atau keraguan terhadap kemungkinan Indonesia memperluas wilayahnya sampai PNG "karena Indonesia mempunyai falsafah Pancasila". Sedang Mensesneg Sudharmono seusai pembicaraan resmi Presiden Soeharto dan PM Julius Chan juga mengatakan, tidak ada masalah khusus antara kedua negara. Menurut Sudharmono, kedua kepala pemerintahan menganggap perlu untuk saling memberitahu jika ada kegiatan pembangunan di masing-masing wilayahnya dekat perbatasan. "Strategi pembangunan daerah perbatasan yang terkoordinasikan memang perlu, agar tidak terjadi perbedaan yang menyolok dalam pembangunan wilayah tersebut," ujar Julius. Hubungan antara PNG --yang menjadi anggota Forum Pasifik Selatan, dengan ASEAN beberapa tahun terakhir ini bertambah erat. PNG selalu diundang sebagai peninjau dalam berbagai pertemuan ASEAN. Kunjungan muhibah Julius Chan ke Jakarta pekan lalu, yang diakuinya berhasil, tampaknya dilakukan dalam kerangka membina persahabatan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus