SEKILAS tampangnya mirip Pele. Hanya saja tubuh Sir Julius
Chan, Perdana Menteri PNG (Papua Niugini yang pekan lalu
berkunjung ke sini tidaklah setinggi dan setegap bintang
sepakbola Brazilia tersebut.
Kunjungannya pekan lalu bukan yang pertama kali. Beberapa
kali antara 1974 dan 1979 ia berkunjung ke Indonesia. Maret lalu
Julius Chan menjadi PM PNG menggantikan Michael Somare yang juga
pernah berkunjung ke sini.
Dalam kabinet Somare, Julius Chan pernah menjabat Menteri
Keuangan dan Wakil Perdana Menteri sampai November 1978, tatkala
partainya People's Progress Party keluar dari koalisi dengan
Partai Pangu yang dipimpin Somare.
Berlainan dengan pendahulunya yang dalam acara resmi
memakai pakaian resmi PNG--jas dengan semacam rok bawah, Julius
biasa mengenakan pakaian Barat. Dia ekonom lulusan Inggris dan
dianggap sebagai pengusaha yang berhasil. Dilahirkan 1938 di
Tanga, Kepulauan Irlandia Baru yang terletak di timur laut PNG,
Julius berdarah campuran Cina-Papua dan beragama Katolik.
Istrinya, Lady Stella Chan, adalah seorang akuntan. Mendampingi
suaminya di Jakarta, ibu dari 4 orang anak ini selalu tampak
sederhana, baik dalam pakaian atau sikapnya.
Sikap PM Julius Chan terbuka dan bicaranya jelas. "Saya
datang ke sini dengan pikiran terbuka. Dengan keyakinan,
kerjasama adalah dasar dari segalanya dan bukannya konfrontasi.
Tidak perlu ada kecurigaan. Pada dasarnya kita semua adalah
manusia. Masalah-masalah timbul karena kita dan kartnanya kita
juga yang harus memecahkannya," ujar Julius dalam konperensi
pers di Jakarta Sabtu lalu.
Singa
Ada dasarnya PM PNG ngomong seperti itu. Buat PNG, negara
amat muda (merdeka pada September 1975), dengan penduduk hanya 3
juta, hubungan baik dengan Indonesia tampaknya dipandang sangat
penting. Hingga tiap bibit yang bisa menimbulkan kecurigaan
perlu dihilangkan. Di PNG sendiri, pernah ada kekhaatiran,
Indonesia mempunyai napsu ekspansionis dan suatu saat bisa
mencaplok PNG. Ini timbul terutama setelah penyatuan kembali
Timor Timur pada 1976. Banyak pihak di PNG yang menganggap
Indonesia sebagai "singa" atau "raksasa yang sedang tidur".
Di lain pihak, Indonesia pun pernah menduga PNG melindungi
pelarian OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang lari dari Irian
Jaya. Jumlah pelarian dari Ir-Ja di PNG pernah mencapai lebih
3000 orang, namun sampai 1978 hanya 217 orang yang diterima
menjadi warg negara PNG. Pada 1977, sewaktu mengunjungi
Indonesia PM Somare mengakui ada sekitar 500 anggota OPM yang
tinggal di PNG. Namun kemudian sikap pemerintah PNG mengeras:
penjagaan di perbatasan diperketat untuk mencegah perembesan.
Gembong OPM Jacob Prai dan Otto Ondowame pada akhir 1978
tertangkap oleh pasukan PNG. Tahun lalu mereka dikirim ke Swedia
yang memberi mereka suaka.
Hubungan baik antara RI-PNG kemudian disemai kembali
setelah kunjungan Menlu Mochur Kusumaatmadja ke PNG pada
Desember 1978. Sebelumnya Menhankam Jenderal Jusuf telah
mengumumkan kebijaksanaan baru:
INI tidak akan mengejar anggota OPM melintasi perbatasan.
Kekhawatiran dan kecurigaan itu tampaknya kini mulai
melenyap. "Tidak ada lagi masalah perbatasan antara PNG dan
Indonesia," tegas Julius Chan. Dikatakannya, tidak perlu ada
kekhawatiran atau keraguan terhadap kemungkinan Indonesia
memperluas wilayahnya sampai PNG "karena Indonesia mempunyai
falsafah Pancasila".
Sedang Mensesneg Sudharmono seusai pembicaraan resmi
Presiden Soeharto dan PM Julius Chan juga mengatakan, tidak ada
masalah khusus antara kedua negara. Menurut Sudharmono, kedua
kepala pemerintahan menganggap perlu untuk saling memberitahu
jika ada kegiatan pembangunan di masing-masing wilayahnya dekat
perbatasan. "Strategi pembangunan daerah perbatasan yang
terkoordinasikan memang perlu, agar tidak terjadi perbedaan yang
menyolok dalam pembangunan wilayah tersebut," ujar Julius.
Hubungan antara PNG --yang menjadi anggota Forum Pasifik
Selatan, dengan ASEAN beberapa tahun terakhir ini bertambah
erat. PNG selalu diundang sebagai peninjau dalam berbagai
pertemuan ASEAN. Kunjungan muhibah Julius Chan ke Jakarta pekan
lalu, yang diakuinya berhasil, tampaknya dilakukan dalam
kerangka membina persahabatan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini