Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Kemenag Akan Gelar Sidang Isbat Penetapan 1 Syawal 1446 Hijriah pada 29 Maret

Sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 Hijriah pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib.

19 Maret 2025 | 11.00 WIB

Sidang isbat penentuan 1 Ramadan 1446 Hijriah di kantor Kementerian Agama, Jakarta, 28 Februari 2025. Tempo/Ilham Balindra
Perbesar
Sidang isbat penentuan 1 Ramadan 1446 Hijriah di kantor Kementerian Agama, Jakarta, 28 Februari 2025. Tempo/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Agama akan menggelar sidang penetapan atau sidang isbat awal Syawal 1446 Hijriah atau penetapan Hari Raya Idul Fitri pada 29 Ramadan yang bertepatan 29 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Syakban untuk menetapkan awal Ramadan, 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal, dan 29 Zulkaidah untuk menetapkan awal Zulhijjah," kata Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Abu Rokhmad di Jakarta, dikutip dari keterangan resminya, Rabu, 19 Maret 2025.

Abu Rokhmad mengatakan penggunaan metode hisab dan rukyat dalam penentuan awal Syawal merupakan pelaksanaan dari ajaran Islam. Menurut dia, langkah tersebut sejalan dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah.

Fatwa itu menyebutkan bahwa penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijah dilakukan berdasarkan metode hisab dan rukyah oleh Kementerian Agama dan berlaku secara nasional.

Secara hisab atau perhitungan astronomi, kata Abu Rokhmad, ijtima atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 pukul 17.57.58 WIB. Sehingga berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

"Data-data astronomi ini kemudian kami verifikasi melalui mekanisme rukyat," ujar Abu Rokhmad.

Abu Rokhmad menjelaskan setidaknya ada dua dimensi dari proses pelaksanaan rukyatul hilal. Pertama, dimensi ta'abbudi. Ia menyebut rukyat sejalan sunah Nabi Muhammad yang sudah dilakukan sejak dulu untuk mengawali atau mengakhiri puasa.

"Sunah ini dipertegas oleh Fatwa MUI bahwa penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah berdasarkan metode hisab dan rukyat. Ini juga bagian dari Syiar Islam. Ini penting," katanya.

Kedua, dimensi pengetahuan. Abu Rokhmad mengatakan bahwa rukyat merupakan proses konfirmasi atas data-data hisab dan antronomis. "Apa yang telah dihitung secara astronomi, kami konfirmasi di lapangan melalui rukyat," kata Abu Rokhmad. "Sebagaimana awal Ramadan, kita akan gunakan alat yang canggih dalam proses rukyat.”

Rukyatul hilal rencananya dilakukan di 33 titik. Abu Rokhmad mengatakan ada satu titik rukyatul hilal di setiap provinsi, kecuali Bali karena dalam suasana Nyepi. "Sehingga rukyatul hilal tidak kami gelar di sana. Kita saling menghormati," katanya.

Abu Rokhmad menuturkan proses sidang isbat akan diawali dengan Seminar Posisi Hilal Awal Syawal 1446 Hijriah pada pukul 16.30 WIB sampai menjelang magrib. Kementerian Agama akan mengundang perwakilan duta besar negara sahabat, ahli falak, dan perwakilan ormas Islam. Selain itu, Kemenag juga melibatkan perwakilan dari LAPAN, BMKG, BRIN, Planetarium Bosscha, dan instansi terkait lainnya.

“Sidang isbat akan digelar sekitar pukul 18.45 WIB yang berlangsung secara tertutup. Hasil sidang isbat akan diumumkan melalui konferensi pers oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar,” katanya.

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus