Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Sebelum resmi menggunakan nama DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta, daerah tersebut berulang kali berganti namanya, termasuk Batavia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mulai dari Sunda Kelapa hingga Jayakarta. Namun, Jakarta memiliki nama yang cukup familiar, Batavia. Nama itu diberikan oleh Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Jenderal VOC pada 1619.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gubernur yang dijuluki Mur Jangkung karena perawakannya yang kurus dan tinggi itu mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia karena ingin menjadikan kota tersebut sebagai pusat pemerintahan VOC di Nusantara.
Nama Batavia diambil dari nama suku Batavier, nenek moyang bangsa Belanda. suku tersebut berasal dari Suku Jermanik yang pernah mendiami permukiman di tepi Sungai Rhein. Bangsa Belanda sangat mengagungkan nenek moyangnya sehingga nama tersebut diabadikan di tanah jajahannya, Indonesia.
Nama Batavia juga digunakan Belanda untuk kapal dagang miliknya. Kapal tersebut dibuat pada 29 Oktober 1628 dan dinahkodai oleh Kapten Adriaan Jacobsz. Lebih lanjut, Kota Batavia dilambangkan dengan sebilah pedang dan perisai.
Sebelum resmi menggunakan nama Batavia, Jan Pieterszoon Coen acap kali melewati jalan terjal dengan melawan para pesaingnya. Pesaing VOC yang cukup lantang menolak kedatangannya, yaitu Inggris dan Kesultanan Banten.
Hal yang melatarbelakangi Coen ditolak di Jayakarta ketika ia menuruni harga Lada 50 persen dari harga di pasaran. Hal tersebut membuat Kesultanan Banten merasa terancam. Sementara Inggris murka dan memotong seluruh jalur komunikasi VOC.
Hal ini pula yang menjadi penyebab pecahnya perang antara VOC melawan
Kesultanan Banten dan Inggris. Coen yang tak gentar dengan hal tersebut memimpin 7 kapal armada perang Belanda dan menghadapi pertempuran selama 3 jam.
Dalam perang tersebut VOC kalah dan membuat Coen mangkir dari Jayakarta ke Maluku.
Coen mengumpulkan seribu armada perang. Saat ia mengumpulkan armada perang, pihak Kesultanan Banten dan Inggris menghadapi dengan perpecahan dalam kepemilikan Jayakarta.
Coen yang mendengar kabar tersebut kembali ke Jayakarta dan memerintahkan serdadu perangnya untuk menguasai bergerak cepat menyerang lagi.
Kali ini pasukannya sukses merebut tangsi-tangsi militer Inggris dan Kesultanan Banten. Pada 30 Mei 1619 ia resmi menguasai jayakarta.
Diatas puing-puing perang tersebut pula Coen membangun kota jayakarta dan menggantinya menjadi Batavia.
RAHMAT AMIN SIREGAR
Baca : Benda Cagar Budaya, Batu Penggiling Tebu di Makam Pangeran Jayakarta
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.