Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

KPU Sebut 60 persen Pemilih Indonesia di Pemilu 2024 Didominasi Kelompok Muda

KPU menyatakan pemilik suara pada Pemilu 2024 akan didominasi Gen Z dan Milenial.

17 Februari 2023 | 22.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI August Mellaz mengatakan komposisi pemilih dalam Pemilu 2024 akan didominasi oleh kelompok usia muda. Jumlah kelompok ini disebut mencapai 60 persen dari total pemilik suara sah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Berdasarkan data DP4 (Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu) dari pemerintah proporsi pemilih 2024 yang 14 februari nanti mencapai usia 17-39 tahun itu 55 sampai 60 persen,"ucapnya saat menjadi narasumber acara KPU “Sumbang Suara Kaum Muda dalam Peran Menciptakan Pemilu 2024 Damai yang Bermartabat dan Deklarasi “Zillenial Dukung Pemilu Damai, Indonesia Bangkit Berdaya”, Jumat, 17 Februari 2023. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

August menyampaikan data pemilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) di atas secara teoretis berasal dari Gen Z dan Milenial. Melihat komposisi pemilih yang ada saat ini, kata August, KPU sebagai penyelenggara pemilu harus menangkap momentum ini dengan baik.

Pasalnya, kelompok pemilih yang tumbuh dan hidup di Indonesia ini secara genetika berbeda. Bahkan, juga kata August, partai politik juga perlu melihat  paradigma pemilih ini.

"Mereka ramah dengan pemanfaatan teknologi informasi, mereka termasuk individu-individu bukan hanya ramah, tapi sumber informasi yang bisa didapatkan dengan cepat," ucapnya.  

Anak muda dinilai lebih kebal terhadap politik identitas

August menilai KPU tak terlalu khawatir para anak muda tersebut akan terjangkit politik identitas. Pasalnya, menurut dia anak muda memiliki mekanisme sendiri untuk menangkal hal itu.

"Karena pada dasarnya justru anak muda yang ada di Indonesia itu sudah dalam kehidupannya bersosial, berkomunitas, itu biasanya memang berinteraksi dengan punya preferensi yg berbeda-beda," katanya 

Yang membuat August khawatir adalah penyebaran hoaks politik identitas melalui media sosial dan pemanfaatan teknologi lainnya.  

"Kita punya kekhawatiran mungkin harus antisipasi politik identitas efek dari pemanfaatan teknologi, hoaks segala macem ya. Itu satu hal kita harus antisipasi," ucapnya.

Para pemilih dianjurkan memiliki cara memilah dan memfilter informasi 

Dia menilai, para pemilih muda harus memiliki cara untuk memilah dan memfilter informasi yang beredar.  Menurut August, lembaga survei yang kredibel menyebutkan anak muda punya cara sendiri untuk memilih informasi,  setidaknya ada tiga untuk memilah dan memilih kata August. 

"Pertama apakah informasi itu sah atau tidak kalau diproduksi oleh lembaga yg otoritatif misalnya KPU, resmi,"  kata dia.

Tak  hanya itu, para anak muda juga dinilai akan mengonfirmasi dengan selektif  media apa yang menyebarkan informasi itu. 

"Apakah informasi tersebut dikonsumsi oleh media mainstream. Tetap mereka punya komunitas-komunitas  kecil misalnya di sekolah atau melalui medsos mereka itu layak nggak dikonsumsi," ucapnya

Yang terakhir, kata August Mellaz, filtrasi informasi itu bisa dilakukan dari lapisan terkecil yakni keluarga, orang tua dengan berdiskusi saat makan malam bersama. 

"Itu yang selain apakah informasi itu sah karena dari lembaga resmi, dan menjadi tren karena dikonsumsi media resmi," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus