Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Penambahan kuota impor bibit ayam yang meresahkan peternak.
Lobi Japfa mengalir lewat anak menteri hingga politikus Senayan.
Permohonan terkabul setelah presentasi virtual.
BELUM lagi menjadi Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah sudah sibuk menghampiri para peternak ayam broiler. Pada Senin, 27 Juli lalu, misalnya, Nasrullah menemui peternak di Bogor, Jawa Barat, berusaha meredam niat Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) yang hendak mendemo Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo keesokan harinya. “Kebetulan Dirjen sakit, jadi saya sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal yang turun,” kata Nasrullah kepada Tempo, Jumat, 14 Agustus lalu.
Ketika bertandang ke Bogor, Nasrullah sebenarnya dalam tahap penilaian akhir untuk menjadi calon Direktur Jenderal Peternakan. Kabar rencana pergantian eselon I Kementerian Pertanian ini sudah merebak sepekan sebelumnya.
Misi Nasrullah berhasil. Peternak batal berdemonstrasi, agenda diubah menjadi pertemuan dengan Menteri Syahrul di Balai Besar Pelatihan Peternakan di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat, 14 Agustus lalu. Pada persamuhan pekan lalu, Nasrullah mengemban jabatan baru setelah dilantik menjadi Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Ia menggantikan Ketut Diarmita, Kamis, 6 Agustus lalu. “Kami cuma bersilaturahmi dengan perwakilan peternak dan asosiasi sambil ngobrol santai,” ujar Nasrullah.
Ancaman PPRN adalah puncak dari gejolak anjloknya harga ayam broiler di tingkat peternak. Sejak awal tahun ini, harga daging ayam broiler terus merosot, menjauh dari batas bawah Rp 19 ribu per kilogram yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2020 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen.
Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) mencatat harga ayam sempat terjungkal menjadi Rp 10 ribu per kilogram. Angka ini jauh di bawah rata-rata biaya produksi yang mencapai Rp 18 ribu per kilogram. Permintaan yang turun dan berlebihnya pasokan menjadi biang kejatuhan harga ayam di tingkat peternak kendati harga di tingkat konsumen tidak berubah banyak.
Kementerian Pertanian sebetulnya sudah berupaya menstabilkan harga itu dengan menggandeng 22 perusahaan besar untuk membeli ayam dari peternak kecil. Harganya paling murah Rp 15 ribu per kilogram. Korporasi tersebut, termasuk integrator yang menjalankan bisnis unggas dari hulu hingga hilir, berjanji membeli 4,11 juta ekor ayam dari peternak. Namun, bagi peternak, angka penyerapan itu tentu tidak cukup karena potensi kelebihan pasokan ayam pada 2020, berdasarkan hitungan Kementerian Pertanian, mencapai 462,9 juta ekor.
Di tengah harga ayam yang hancur-lebur akibat kelebihan pasokan itulah mencuat kabar meresahkan. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), salah satu integrator terbesar, meminta tambahan kuota impor bibit ayam (day old chicken/DOC) kategori induk alias grandparent stock (GPS). Bibit ini mampu beranak-pinak, menghasilkan ayam siap potong alias final stock sebagai bahan baku industri unggas. “Kami tahu Japfa meminta tambahan impor GPS sejak Februari lalu,” ucap Ketua Umum Pinsar, Singgih Januratmoko, di Jakarta, Rabu, 5 Agustus lalu.
Di lingkungan peternak, kabar ini memantik keresahan. Terlebih rumor sampingannya tak kalah kencang berembus. Japfa dikabarkan meminta bantuan anak Menteri Pertanian dan politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan agar permohonannya dikabulkan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo