BILA ada pertanyaan: Apa yang paling dibutuhkan guna mengembangan perusahaan? Jawabnya barangkah: manajer. Itu sebabnya peresmian Program MBA (Master in Business Administration) Institut Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (IPPM) diJakarta, Rabu pekan lalu, jadi penting. Setidaknya, sekolah yang didirikan oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen (LPPM) itu bisa membantu mencetak manajer yang bisa diandalkan. Kebutuhan akan manajer memang terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Pada 1971, Indonesia punya sekitar 173.000 manajer. Tahun lalu Menteri Perdagangan Rachmat Saleh menyebut jumlah 450.000 manajer. Dengan pertumbuhan ekonomi 5% per tahun, setidaknya Indonesia butuh 7.500 manajer baru setiap tahun, kata Menteri. Dengan bekal 11 tenaga pengajar bergelar doktor dan 10 bergelar M.B.A., Program MBA IPPM menyusun kurikulum yang idenya diambil dari Harvard Business School Amerika. Tak mengambil secara mentah-mentah, tentu. Pengalaman LPPM sendiri dalam bidang ini cukup panjang. Pada waktu berdiri, 1967, lembaga ini langsung membuka Perguruan Tinggi Manajemen Indonesia, dengan lama sekolah dua tahun. Tapi cuma berlangsung dua angkatan, perguruan tinggi itu kemudian ditutup. Kemudian pada 1977 LPPM membuka pendidikan manajemen 10 bulan. Ternyata, program yang lebih praktis ini yang mendapat pasaran. Hingga tahun ini sudah 13 angkatan dengan 287 siswa yang mengikutinya. Program ini oleh J. Sadiman, direktur IPPM, dianggap sebagai uji coba Program MBA. Baru pada 1981 dibentuk sebuah panitia guna merintis program pendidikan setingkat master. Antara lain dengan mengirimkan tenaga pengajar ke berbagai lembaga pendidikan manajemen di luar negeri. Dari pengalaman sekitar 17 tahun itulah kurikulum Program MBA disusun. Lama pendidikan ditentukan 18 bulan secara intensif. Selain pendalaman bahasa Inggris dan proyek kerja, disiapkan delapan modul. Antara lain, modul proses manajemen, alat-alat analisa, manajemen sumber daya, lingkungan bisnis, dan bisnis internasional. "Kami akan banyak memberikan contoh-contoh kasus perusahaan di Indonesia," kata B. N. Marbun dari Hubungan Masyarakat LPPM. Yang hendak dicetak adalah manajer yang memahami hubungan antarfungsi di semua bagian perusahaan. Cukupkah waktu 18 bulan untuk itu? "Siswa akan kami paksa bekerja keras dalam waktu terbatas," kata J. Sadiman, direktur itu. "Agar mereka terbiasa bekerja di bawah tekanan waktu. "Adapun syarat untuk calon siswa, sarjana berpengalaman manajemen sedikitnya satu tahun, atau sarjana muda berpengalaman empat tahun. Dari 700 pelamar, setelah melewati tes bahasa Inggris, tes psikologi, dan tes prestasi kuantitatif, hanya diterima 34 orang. "Sekitar 85% siswa dikirim oleh perusahaan," kata Sadiman pula. Antara lain dari PT Pembangunan Jaya, PT Astra Motor, PT Sinar Kasih, dan PT Gramedia. Biaya pendidikan di sini memang lumayan, Rp 10 Juta untuk menyelesaikan semua program. Program MBA IPPM bukan yang pertama. Tiga tahun lalu sudah ada Institut Manajemen Prasetiya Mulya (IMPM), dan tahun lalu berdiri pula Institut Pendidikan Manajemen Indonesia. Semuanya di Jakarta. Berbeda dengan IPPM, IMPM melaksanakan pendidikan terminal. Dengan hanya enam modul, dan tiap modul hanya membutuhkan waktu kuliah 8-12 minggu, untuk menyelesaikan MBA di IMPM bisa memakan waktu sekitar tiga tahun. Biaya di IMPM tak jauh berbeda dengan di IPPM. Untuk tiap modul, mahasiswa dipungut Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per orang. Jumlah yang lebih murah dibandingkan dengan biaya kuliah di Amerika yang US$ 16.000 - belum termasuk ongkos hidup. Dan, tentu, contoh-contoh kasus di sana bukanlah problema Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini