Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lima mahasiswa dari Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat ciptakan alat bernama Melanospy untuk mendeteksi kanker kulit melanoma maligna. Dilansir dari Langgam.id mitra Teras.id, proses pembuatan itu didanai dari dari Program Kreativitas Mahasiswa dengan skema Karsa Cipta (PKM – KC) tahun 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
M Qolbi Al-Zikri (Teknik Elektro 2020), Muhammad Rizieq Rizaldi (Teknik Elektro 2020), Ilham Hanafi (Pendidikan Dokter 2021), Defri Ananda (Teknik Industri 2020), dan Elandra Maulana (Teknik Komputer 2020) merupakan lima mahasiswa yang menciptakan alat tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Antara, M. Qolbi Al-Zikri sebagai ketua Tim PKM Melanospy menyebutkan bahwa sistem ini terdiri dari alat dan aplikasi yang saling terintegrasi. Itu digunakan untuk menjawab permasalahan pendeteksian kanker kulit melanoma maligna.
“Alat ini kami harap dapat membantu pendeteksian dini melanoma. Bahkan bisa digunakan di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar),” kata Zikri.
Zikri menambahkan bahwa hasil deteksi menggunakan alat tersebut dapat dengan langsung ditampilkan pada alat monitor Melanospy dan aplikasi seluler yang telah terintegrasi. "Sistem ini memiliki potensi untuk dikembangkan untuk mendeteksi jenis penyakit kulit lainnya, selain melanoma," katanya.
Sistem ini merupakan terobosan baru yang merupakan pengembangan dari sistem sebelumnya. Prototipe ini memiliki beberapa fitur, termasuk penggunaan algoritma baru untuk memprediksi kedalaman kanker kulit berdasarkan gambar menggunakan multi spectral imaging.
Selain itu, alat ini telah dilengkapi kamera beresolusi 64 MP dan sensor jarak, serta dilengkapi dengan layar sentuh LCD 7 inci untuk memudahkan penggunaannya.
Zikri mengatakan bahwa karya ini adalah sebuah prototipe yang siap untuk diuji coba dan masih dalam tahap pengembangan. Mereka berharap hasil rancangan ini dapat diwujudkan untuk bermanfaat bagi banyak orang dan mendorong inovasi di kalangan mahasiswa Indonesia.
Zikri menambahkan, hasil pendeteksian menggunakan alat dapat dilihat secara realtime di monitor melanospy dan mobile apps yang sudah terintegrasi. “Sistem ini dapat dikembangkan untuk jenis penyakit kulit lainnya (penyakit kulit selain melanoma),” ujarnya.
Tentang Kanker Kulit Melanoma Maligna
Selain Zikri, mahasiswa Pendidikan Dokter Ilham Hanafi menambahkan bahwa Melanoma Maligna merupakan jenis kanker kulit yang paling ganas di antara jenis kanker kulit lainnya. Jika tidak segera ditangani, melanoma dapat menyebar ke jaringan tubuh lainnya.
"Pendeteksian dini melanoma maligna sangat penting untuk mengurangi tingkat keparahan akibat kanker kulit ini," kata dia.
Dia menjelaskan bahwa diagnosis melanoma biasanya dilakukan dengan pemeriksaan fisik untuk menganalisis apakah lesi kulit tersebut melanoma atau tidak. Dilansir dari Unand.ac.id, pemeriksaan fisik melibatkan pengamatan terhadap ciri-ciri seperti asimetri, tepi yang tidak beraturan, variasi warna, diameter lebih dari 6 mm, dan perubahan ukuran (berevolusi).
"Pemeriksaan fisik oleh dokter sangat bergantung pada kemampuan dan pengalaman dokter, sehingga bisa menyebabkan kesalahan diagnosis atau diagnosis yang tidak tepat," ujarnya.
Ia menyebutkan pula bahwa pendeteksian melanoma maligna sebelumnya biasanya dilakukan dengan metode biopsi, yang berpotensi menimbulkan risiko infeksi dan perdarahan lokal. Dengan adanya alat ini, diharapkan dapat mengurangi jumlah biopsi yang diperlukan dan dampak negatif yang mungkin timbul.