Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menyebut pihaknya sedang mengincar pasar non-tradisional Asia Selatan. Hal itu dilakukan untuk mensisati perlambatan ekonomi dunia akibat krisis yang tengah melanda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Kita cari pasar non-tradisional, oleh karena itu kita musti masuk ke Asia Selatan, India itu besar, Bangladesh punya daya beli tinggi sekarang, Pakistan. Kemudian Afrika itu 1 miliar lebih orangnya, makannya banyak, pakaian baju mau, sepatu segala macam oke," ujar Zulkifli di Tangerang, Rabu, 19 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Zulkifli mencontohkan, Nigeria yang memiliki penduduk 200 juta jiwa menaikan pasar yang potensial untuk produk baju, sepatu, kerudung, dan makanan dari Tanah Air.
"Kita harus masuk pasar non tradisional, karena di sini melambat, kita tambah (pasar baru), sehingga surplus masih bisa kita tingkatkan dari sebelumnya," ujar Zulkifli.
Zulkifli menyebut bakal berkunjung ke India, Bangladesh, Mesir, hingga Nigeria untuk mewujudkan tujuan tersebut. Politikus PAN menyebut safarinya itu membawa misi dagang dengan melibatkan pelaku UMKM hingga Kamar Dagang Indonesia atau KADIN.
Selain mengincar wilayah Asia Selatan, pria yang akrab disapa Zulhas itu juga bakal mengunjungi Timur Tengah, Eropa, Amerika Latin, Vietnam, hingga Thailand untuk membawa misi yang sama.
Neraca perdagangan surplus
Dalam laporannya ke Jokowi, Zulhas menyebut neraca dagang Indonesia surplus hingga 39,8 miliar USD selama 29 bulan ke belakang. Mendengar kabar itu Jokowi mengaku senang karena Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonomi di tengah ancaman krisis global.
Atas prestasi tersebut, Jokowi mengklaim Indonesia mendapat pujian dari Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva. Jokowi menyebut Indonesia disebut sebagai titik terang di tengah-tengah kesuraman ekonomi dunia.
"Titik terang di antara kesuraman ekonomi dunia, kan bagus kalau banyak yang menyampaikan seperti itu. Sehingga trust kepercayaan global terhadap kita akan semakin baik," ujar Jokowi.
Jokowi menjelaskan, saat ini sudah ada 16 negara yang menjadi "pasien# IMF dan 28 negara lainnya mengantre untuk mendapatkan bantuan pendanaan dari IMF. Dengan kondisi tersebut, Jokowi mengklaim pertumbuhan ekonomi Indonesia justru tumbuh 5,44 persen.
"Sekali lagi, kita wajib bersyukur karena pertumbuhan ekonomi kita masih di angka 5,44 persen. Dan saya masih meyakini di kuartal ketiga ini kita juga masih tumbuh di atas 5 atau di atas 5,4," ujar Jokowi.
M JULNIS FIRMANSYAH
Baca: Impor Turun Nyaris 11 Persen, Mendag: Tekanan Nilai Tukar dan Konsumsi Domestik