Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menduga-duga calon wapres

Ali Moertopo, menteri penerangan, disebut-sebut calon wakil presiden. (nas)

5 Februari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BISA dipastikan Soeharto akan terpilih kembali sebagai presiden RI dalam sidang umum MPR bulan depan. Dukungan pun sudah banyak mengalir. Bahkan sejak tahun 1981. Di meja pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sampai awal pekan ini sudah terkumpul sebanyak 2.857 pernyataan yang mencalonkan kembali Jenderal (Purn.) Soeharto, 61 tahun, sebagai presiden RI untuk masa jabatan 1983-1988. Tapi yang sekali ini belum bisa dipastikan adalah jabatan wakil presiden. Maka di "luaran", isu siapa yang bakal terpilih sebagai wapres pun cukup ramai. Apalagi sidang umum MPR tinggal beberapa pekan lagi. Alkisah, sebagian masyarakat tetap menjagokan Adam Malik. "Pak Harto tak begitu suka untuk mengubah tim. Apalagi selama lima tahun ini kerja sama beliau dengan Bung Adam sudah cukup terjalin," kata sebuah sumber. Ada benarnya. Adam Malik, 65 tahun selain masih tampak fit, juga dianggap berhasil sebagai juru bicara yang lincah. "Dan ia pandai untuk menimbulkan citra sebagai pendamping presiden yang dekat dengan rakyat," kata sebuah sumber yang lain. Dari Adam Malik sendiri belum terdengar suara ataupun pertanda bahwa ia tak berkeinginan untuk dipilih kembali. Itu agaknya merupakan isyarat juga ia merasa masih mampu. Namun begitu, berbeda dengan lima tahun lalu, kali ini ia tak sendirian. Ada beberapa nama lain yang santer juga disebut-sebut sebagai calon pendamping paling dekat presiden. Antara lain Widjojo Nitisastro, Jenderal M. Jusuf, Ali Moertopo, Amirmachmud, dan Ny. Tien Soeharto sendiri. Beberapa nama tersebut telah masuk di Sekretariat DPR sebagai calon-calon yang pernah dikemukakan secara 'lepas' oleh perorangan atau kelompok kecil dalam masyarakat. Widjojo Nitisastro misalnya, kini Menko Ekuin, dicalonkan oleh Forum Studi dan Komunikasi (Fosko), suatu organisasi yang beranggotakan sejumlah bekas aktivis Angkatan 1966, ia serta merta membantahnya waktu itu. "Saya merasa tidak memiliki kemampuan untuk jabatan wakil presiden," katanya (TEMPO, 14 November 1981). Fosko juga ketika itu punya calon lain: Letjen (Purn.) Ali Moertopo, kini 58 tahun. Tokoh Orde Baru yang dikenal dekat dengan Presiden itu antara lain dikenal sebagai pencetus gagasan pemberian gelar Bapak Pembangunan untuk Presiden Soeharto. Ada spekulasi ia bakal mendapat jabatan lain setelah SU MPR nanti. Apakah itu sebagai wapres wallahualam. Menpen Ali sendiri, sampai sekarang belum terdengar berkomentar. Barangkali itu karena suara-suara yang mendukung pencalonannya sebagai wapres itu, seperti kata Ketua DPR/MPR Amirmachmud, tak bisa dianggap sah. Karena sampai pekan lalu, menurut Amirmachmud, pimpinan DPR/MPR sama sekali belum menerima nama-nama calon wapres. "Jadi kalaupun ada, itu baru jalanan," katanya. Nama-nama yang diungkapkan pers pekan lalu, yang kabarnya berasal dari Sekretariat DPR, menurut Amirmachmud, "uk masuk akal". Bekas Menteri Dalam Negeri itu juga disebut-sebut sebagai salah seorang calon wapres. Menjawab paunyaan pers tentang "peluang" yang terbuka baginya, Amirmachmud, yang pada 21 Februari akan genap 60 tahun, mengangkat kedua ungannya, pertanda ia tidak tahu. "Bagaimana saya bisa menjawab kalau fraksinya sendiri belum mengusulkan," katanya. Lalu tambahnya, "tapi kalau fraksi sudah menentukan, dan sudah clear dan Pak Harto menyatakan ya .... " Ia tak meneruskan ucapannya. Tatkala beberapa wartawan menyambung, "baru saya terima . . . ", Amirmachmud, agak tersipu-sipu, dan cepat melangkah masuk ke mobilnya. Alkisah, nama Ny. Tien Soeharto pun ikut dicantumkan sebagai calon wapres. Itu bermula ketika seorang bernama Siti Aisyah, yang mengaku anggota PITI (Pembina Iman Tauhid Islam), lewat suratnya pada pimpinan DPR/MPR 10 Oktober 1981, datang dengan usul untuk mengangkat Ny. Tien, 59 tahun, sebagai wapres dan Ibu Pembangunan. Alasan Aisyah: Pengawasan dalam segala hal akan lebih berhasil. "Itu dimungkinkan karena adanya kerja sama yang baik antara Ibu Tien dan Pak Harto," katanya. Dan, "koordinasi dapat dilakukan setiap saat, baik formal maupun informal." Nama-nama lain sebagai calon wapres bisa jadi masih akan memenuhi laci pimpinan MPR dalam waktu dekat ini. Tapi yang agaknya pasti, jadwal pengajuan yang resmi baru akan terjadi setelah sidang MPR dibuka, antara 1 - 11 Maret 1983. Itu pun setelah ada "isyarat" dari atas. Siapa kira-kira calon yang paling mungkin, "mohon kesabaran," kata seorang anggota MPR.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus