Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mengambang diantara mayor dan minor

Ketua jurusan pendidikan geologi IKIP Bandung, 51, meraih gelar doktor dengan disertasi berjudul "geografi sebagai nilai eksistensi untuk menunjang perwujudan kesatuan bangsa dan negara". (pdk)

5 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEOGRAFI atau Ilmu Bumi ternyata tidak jelas posisinya dalam, Kurikulum 1975. Di Jurusan IPA, Ilmu Bumi digolongkan sebagai pelajaran minor dan digabung dengan Astronomi. Di Jurusan IPS pelajaran itu dijadikan pelajaran mayor, dan di jadikan satu dengan Sejarah. Dan di Jurusan Bahasa, pelajaran itu digabungkan dengan Antropologi, hal itu disebut-sebut Nursid Sumaatmadja, 51, ketua Jurusan Pendidikan Geologi di IKlP Bandung, yang 22 Oktober lalu meraih doktor. Disertasinya, yang mendapat predikat sangat memuaskan di IKIP Yoyakarta berjudul "Geografi sebagai Nilai Eksistensi untuk Menunjang Perwujudan Kesatuan Bangsa dan Negara". Dengan mengambil responden 52 guru Geografi dan 1.004 siswa SMA dari 29 SMA di Jawa Barat, Nursid ingin mengungkapkan yang diperoleh siswa dari pelajaran ini. Sebab, menurut bapak empat anak ini, Geografi penting. Pelajaran ini merupakan jembatan antara ilmu pengetahuan alam dan ilmu sosial-budaya."Yang belajar Ilmu Bumi seharusnya memahami keberadaan dirinya di tengah alam dan lingkungan," katanya. Selain itu, Ilmu Bumi pun mengandung aspek edukatif, "dapat meningkatkan daya pikir dan keterampilan siswa." Tapi, seperti sudah bisa diduga, dari penelitian lapangan selama dua bulan, Februari dan Maret 1981, Nursid menarik kesimpulan bahwa pelajaran ini tak mencapai sasarannya. "llmu Bumi di dalam kelas ternyata hanya bicara soal peta dan atmosfer," kata orang yang pernah 24 tahun menjadi guru Ilmu Bumi di sekolah menengah ini. "Jadinya, tidak menarik anak-anak." Kelemahan pelajaran Ilmu Bumi terutama terletak pada guru, yang kurang menggali contoh-contoh nyata dalam kehedupan sehari-hari. "Mereka cuma terpaku pada buku," tutur Nursid. Padahal, menurut Nursid, llmu Bumi bisa dikembangkan, misalnya disinggungkan ke masalah pengangguran, banjir, kelaparan, dan kerusakan lingkungan. Tapi memang, menurut catatan Nursid, sekitar 50% guru Geografi di sekolah menengah di Jawa Barat tidak mempunyai latar belakang pendidikan Geografi. Disimpulkan oleh Nursid dalam disertasinya setebal 463 halaman itu, dibanding dengan kurikulum sebelumnya, Ilmu Bumi dalam Kurikulum 1975 mundur. "Keseimbangan luas materi dengan waktu yang disediakan pincang," katanya. Itu menjadi kelemahan kedua bagi Geografi dalam Kurikulum 1975. Menarik, perbandingan nilai rata-rata yang dicapai siswa SMA sewaktu Kurikulum 1950, 1964, 1968 dan 1975. Ternyata yang dihasilkan Kurikuium 1975 paling rendah. Ketiga kurikulum pertama menghasilkan masing-masing angka rata-rata 6,86, lantas 7,43, dan 7,71. Kurikulum 1975 cuma mencapai 6,71. Angka-angka itu bisa mencerminkan pengetahuan dan keterampilan guru mengajar. Juga bisa menggambarkan kegairahan siswa mengikuti pelajaran. Dan bila kelemahan pelajaran Geografi dalam Kurikulum 1975 bukan merupakan kelemahan Ilmu Bumi saja - kelemahan yang menyangkut soal guru dan materi yang terlalu luas - agaknya pelajaran yang lain pun dalam kurikulum yang segera akan diganti itu, selama ini, sama-sama tidak mencapai sasarannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus