Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Menolak Lupa Tragedi Trisakti 1998, Mereka Tewas Ditembak di Dalam Kampus

Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 merupakan peristiwa berdarah menjelang reformasi. Empat mahasiswa Trisakti tewas ditembak di dalam kampus.

15 Mei 2024 | 05.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 dikenang sebagai salah satu momen paling tragis dalam sejarah Indonesia. Pada hari itu, aksi demonstrasi damai mahasiswa yang menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya berujung pada peristiwa yang mengguncangkan seluruh bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tragedi Trisakti, begitu peristiwa tersebut dikenal, mengakibatkan tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta serta puluhan lainnya luka-luka. Peristiwa ini merupakan puncak dari ketegangan yang memuncak akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia, yang dimulai sejak awal 1998.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Demonstrasi Damai

Krisis ekonomi yang memuncak pada awal 1998 mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi yang meluas di seluruh negeri. Para mahasiswa, bersama dengan berbagai elemen masyarakat lainnya, merasa terpanggil untuk menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan Soeharto.

Dikutip dari situs Humas Trisakti, dijelaskan kronologi kejadian reformasi tersebut. Pada 12 Mei 1998, mahasiswa dari Universitas Trisakti bergabung dalam aksi demonstrasi damai menuju Gedung Nusantara, sebagai bagian dari serangkaian protes di seluruh negeri.

Akan tetapi, dalam perjalanan mereka menuju Gedung Nusantara, para mahasiswa dihadang oleh blokade dari aparat keamanan, yang termasuk anggota Polri dan militer.

Meskipun beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak keamanan, situasi semakin memanas ketika aparat mulai menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah mereka.

Peristiwa Tragedi Trisakti

Akibat tekanan dari aparat keamanan, para mahasiswa terpaksa mundur ke kampus mereka, Universitas Trisakti. Namun situasi semakin memburuk ketika aparat keamanan terus melakukan penembakan, bahkan di dalam area kampus.

Keempat mahasiswa yang menjadi korban tewas dalam peristiwa tragis ini adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas ditembak di dalam kampus, mengenai bagian-bagian vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.

Kejadian Tragedi Trisakti 12 Mei 1998 ini tidak bisa sekadar dianggap sebagai peristiwa berdarah, tetapi juga menjadi pemicu bagi perubahan besar dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini seharusnya dapat memperkuat tekad rakyat untuk menuntut reformasi dan menjadikan momentum penting dalam jatuhnya rezim otoriter yang telah berkuasa selama puluhan tahun.

Selain itu, Tragedi Trisakti juga menjadi pengingat akan pentingnya penegakan demokrasi, hak asasi manusia, dan kebebasan berpendapat dalam pembangunan bangsa. Dengan peristiwa ini, masyarakat diingatkan akan harga yang harus dibayar dalam perjuangan mencapai keadilan dan kemerdekaan sejati.

Peristiwa ini tidak boleh dilupakan dan bisa dijadikan sebagai bahan refleksi agar tidak terulang kembali di masa depan. Tragedi Trisakti adalah sebuah pengingat bahwa kekuatan sejati bangsa Indonesia terletak pada persatuan, keadilan, dan semangat perubahan untuk masa depan yang lebih baik. Hingga kini, tuntutan terhadap peristiwa ini masih terus disuarakan antara lain pada kegiatan Kamisan di depan Istana untuk menuntut diusutnya pelanggaran HAM berat di negeri ini.

PUTRI SAFIRA PITALOKA | NI MADE SUKMASARI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus