Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Reformasi 1998: Amien Rais Terima Telepon dari Mabes TNI Sebelum Batalkan Aksi Mahasiswa di Monas Desak Soeharto Mundur

Kisah awal reformasi pada 20 Mei 1998, tiba-tiba Amien Rais membatalkan aksi desak Soeharto mundur di Monas. Apa alasannya membatalkan kegiatan ini?

20 Mei 2024 | 18.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa Mei 1998 dan yang melingkupinya, mendorong segera lahirnya era reformasi mewujudkan cita-cita kebebasan demokrasi yang lebih dari tiga dekade dikungkung rezim Orde Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu rangkaian peristiwa Mei 1998 adalah ketika kala Amien Rais membatalkan aksi unjuk rasa di Monas untuk mendesak Presiden Soeharto mundur yang sedianya dilangsungkan pada 20 Mei 1998. Kala itu Amien Rais mengkoordinasi ribuan mahasiswa melakukan aksi bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Tapi rencana long march di jalanan Monumen Nasional itu gagal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Apa alasannya?

Krisis moneter sejak 1997 dan sikap pemerintah yang dinilai otoriter telah membuat rakyat gerah. Puncak dari segala kepengapan yang kian memanas itu meledak. Mahasiswa turun ke jalan untuk unjuk rasa. Aksi-aksi itu diladeni secara represif oleh aparat. Korban jiwa berjatuhan, di antaranya Tragedi Trisakti pada 12 Mei dengan korban empat mahasiswa.

Kerusuhan menjadi rasial. Muncul desus bahwa krisis ekonomi disebabkan etnis Tionghoa. Anarkis terhadap orang-orang Cina pun tak dielakkan. Sentimen anti-Tionghoa itu diwujudkan dalam bentuk oenjarahan, pembakaran toko dan rumah, serta pelecehan seksual. Kejadian terjadi di berbagai kota antara 13-15 Mei.

Sementara itu, Soeharto yang baru pulang dari Mesir tak kuasa berbuat banyak. Meski begitu, walau desakan mundur santer disuarakan, sang Jenderal Tersenyum itu masih enggan untuk lengser. Bahkan ketika Harmoko, Ketua DPR/MPR periode 1997-1999, meminta Soeharto mundur secara arif dan bijaksana dalam pidato pada 18 Mei, melalui menterinya Menhankam/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto, Soeharto menyebut ungkapan Harmoko tidak mewakili DPR.

Pada 19 Mei, Soeharto bertemu dengan sejumlah tokoh Islam, termasuk Nurcholis Madjid dan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Dalam pertemuan itu, para tokoh menyampaikan situasi terkini dan mendesak Soeharto untuk mundur. Soeharto menolak permintaan itu, namun ia menawarkan pembentukan Komite Reformasi. Pernyataan itu membuat sejumlah tokoh yang aktif menyuarakan reformasi tersulut. Salah satunya Amien Rais, yang kala itu merupakan Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Demonstrasi terus berlangsung, dan massa semakin banyak yang berkumpul di gedung MPR/DPR. Di tengah situasi genting ini, Amien Rais mengajak massa untuk berkumpul di Monas untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei. Namun, di hari H, akses menuju Monas diblokir oleh aparat menggunakan kawat berduri. Hal ini dilakukan untuk mencegah massa memasuki kompleks Monas.

Amien Rais kemudian meminta massa untuk membatalkan agenda. Pada Peringatan 20 Tahun Reformasi, 21 Mei 2018, lalu, Amien Rais mengungkapkan alasannya. Rupanya kala itu dirinya mendapat telepon dari seorang petinggi TNI di hari sebelum agenda bakal digelar. Petinggi TNI tersebut meminta Amien Rais membatalkan agenda jika tidak ingin terjadi banyak korban jiwa berjatuhan.

"Saya ditelepon dari Cilangkap (Mabes TNI). Saya betul-betul lupa namanya. 'Pak Amien Rais, saya Mayjen ini, jadi Pak Amien, tolong 20 Mei yang akan dijadikan syukuran reformasi di Monas, itu tolong dibatalkan'," kata Amien Rais menirukan ucapan petinggi TNI tersebut.

Usai menerima telepon, Amien Rais segera menyampaikan kepada para mahasiswa yang menguasai gedung DPR/MPR tentang pembatalan aksi di Monas. Amien Rais tak ingin terjadi pertumpahan darah. Untuk memastikan lingkungan Monas benar-benar dijaga, dini hari 20 Mei, Amien Rais memeriksa lokasi tersebut. Benar saja, sesampainya di sana ia melihat kawat berduri, para tentara, dan panser sudah berjejer memagari Monas. 

Melihat kondisi tersebut, menjelang subuh, Amien Rais dan sejumlah tokoh reformasi lainnya segera mengadakan konferensi pers. Mereka kemudian memindahkan lokasi peringatan Hari Kebangkitan Nasional ke gedung DPR/MPR, yang memang sudah dikuasai mahasiswa sejak 18 Mei 1998. Amien Rais saat itu jadi bintang dan menjadi tokoh nasional yang diizinkan mahasiswa masuk dari gerbang utama DPR.

Belakangan terungkap bahwa sosok penelepon Amien Rais adalah Panglima ABRI (saat ini disebut Panglima TNI), Jenderal Wiranto, seperti dinukil dari buku Hari-Hari Terpanjang Menjelang Mundurnya Presiden Soeharto oleh James Luluhima. Imbauan agar tak berkumpul di Monas itu sebenarnya sudah disampaikan sejak 18 Mei. Wiranto meminta masyarakat mengingat kerusuhan yang membumihanguskan Jakarta.

"Jangan sampai karena terprovokasi sekelompok orang, peristiwa itu terjadi kembali," katanya.

Menurutnya, banyaknya massa yang berkumpul di satu titik sangat potensial memicu kerusuhan dan jatuh korban jiwa. Kerumunan hanya akan mengeruhkan suasana, kata dia, dan mendorong timbulnya provokasi antara masyarakat dengan aparat. Karena itu, TNI kemudian menutup seluruh akses jalan menuju Monas. Tentara bersenjata lengkap, panser dan pagar berduri juga disiagakan di mana-mana sejak dini hari 20 Mei.

"Dengan tidak terpengaruh dan terhasut untuk melakukan berbagai tindakan yang nyata-nyata hanya akan mengeruhkan suasana bahkan tergiring untuk berhadapan dengan aparat keamanan," kata Jenderal Wiranto.

Akhirnya, pada Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya dari kursi kepresidenan di Istana Merdeka pukul 09.05, dan digantikan oleh BJ. Habibie. Momen runtuhnya era Orde Baru setelah 32 tahun berkuasa dirayakan oleh jutaan masyarakat Indonesia dan disiarkan di berbagai media. Reformasi ini juga dipicu oleh Tragedi Trisakti yang menjadi salah satu pendorong utama perubahan yang diinginkan rakyat Indonesia.

HENDRIK KHOIRUL MUHID  | SUKMA KANTHI NURANI | MUHAMMAD RAFI AZHARI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus