Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Misi expresso mengincar kapal expresso

Pelayaran kapal lusitania expresso ke dili. langkah-langkah pengamanan oleh pihak indonesia. perja lanan dari portugal. keadaan kapal tersebut. kapal pemrotes tiananmen. dengan misi perdamaian, kapal portugal lusitania expresso akan berlayar ke dili. namun bagi indonesia, misi itu dianggap hanya dalih. aparat keamanan mengamankan dili ekstra-ketat.

14 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIMOR Timur kembali minta perhatian. Ini garagara kapal Portugal Lusitania Expresso yang berlayar menuju Dili Senin petang lalu. Tujuannya, menurut panitia "misi perdamaian" itu, adalah mau menabur bunga di pemakaman Santa Cruz, tempat terjadinya insiden Dili 12 November tahun lalu. Namun, bagi Indonesia, "misi perdamaian" sekelompok aktivis hak asasi itu dianggap hanya dalih. Yang utama ialah berusaha menarik perhatian dunia ke daerah bekas jajahan Portugal itu. Dan Indonesia kebetulan menilai kunjungan 73 aktivis dari 21 negara itu sebagai provokasi politik. Keinginan mereka untuk bisa berlabuh di Dili dan mengadakan prosesi ke makam Santa Cruz untuk tabur bunga tampaknya tinggal impian. Aparat keamanan telah mengamankan Dili dengan ekstraketat. Pagar betis dipasang mulai dari RT sampai perairan di seputar Timor Timur. Di darat, pengamanan tampak di berbagai sudut kota. Hansip, polisi, dan tentara kelihatan siaga penuh. Satuan tugas khusus dibentuk untuk berjaga-jaga menghadapi segala kemungkinan yang paling jelek. Bahkan ada yang sedikit berlebihan. Misalnya, orang berduyun-duyun ke pantai Dili untuk menikmati pemandangan laut yang indah pun seyogyanya ditangguhkan dulu. Di laut, pengamanan meningkat luar biasa. Setidaknya ada enam kapal perang yang disiagakan untuk memantau perairan sekeliling wilayah itu. Kapal-kapal Angkatan Laut itu bukannya bergerak sendiri. Mereka juga ditopang beberapa pesawat terbang dan helikopter yang mengawasi dari atas. Pengamanan "pagar betis" ini tentunya bukan mengadaada. Indonesia mau menunjukkan bahwa orang lain harus menghormati kedaulatan suatu negara. Sikap Indonesia yakni tak menghendaki ada pihak lain memasuki wilayah ini tanpa izin. Apalagi kalau maksudnya sekadar untuk ajang provokasi dan menyudutkan Indonesia. Namun, benarkah para aktivis yang tergabung dalam Missao Paz em Timor yang diorganisir pihak Portugal itu memang tulus mau menabur bunga? Atau sekadar mau menarik perhatian dunia? Untuk yang pertama, sejak bertolak dari Darwin, mereka sudah tahu bahwa itu tak mungkin. Namun, untuk yang kedua, kiranya kini menjadi sasaran yang utama. Dengan membawa 59 wartawan dari berbagai media internasional, mereka akan membuat "pentas" dunia. Mereka mau menarik perhatian dunia ke Timor Timur. Apa pun yang terjadi dengan "pentas" mereka, peran kapal Lusitania Expresso tak bisa dipisahkan. Feri tua yang sehari-harinya mengangkut mobil dari Portugal ke Maroko itu kini menjadi salah satu unsur penting permainannya. Lusitania akan menentukan apakah proyek menarik perhatian internasional dengan biaya Rp 3 milyar itu berhasil atau tidak. Sebab, kapten kapal yang memegang kemudi. Demi keselamatan penumpang dan kapal, kapten bisa memilih jalur lain yang mungkin tak sesuai dengan sasaran yang dikehendaki misi itu. Itu bila permainan terjadi di tengah laut. Tinggal bagaimana aparat keamanan Indonesia mengimbanginya. Sebagai arena provokasi tentunya akan dipilih jalan yang paling jitu untuk mengempiskannya. Karena, salah langkah, mungkin saja bisa berakibat fatal. Pengalaman negara lain menghadapi provokasi semacam itu memang berbeda. Cina menghadapi "Dewi Demokrasi" yang memprotes pembantaian Tiananmen berbeda dengan Jepang melayani "Peace Boat" yang memprotes kekejamannya selama Perang Pasifik. Indonesia mungkin juga punya jurus tersendiri. Dari berbagai skenario, tampaknya, jurus yang paling dekat adalah mendasarkan pada hukum yang berlaku di sini. Bila kapal itu hanya berlayar di perairan internasional, mungkin dibiarkan saja. Tapi kalau sampai masuk perairan Indonesia, mereka akan diperlakukan telah melanggar masuk wilayah Indonesia tanpa izin. Bisa diusir seperti kapal pencuri ikan, atau dipandu ke pelabuhan terdekat selain Dili yang mempunyai fasilitas berlabuh yang memadai, seperti Ambon atau Ujungpandang. A. Margana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus