Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPP Partai NasDem, Taufik Basari, menegaskan soal sikap partainya yang tak menempatkan kader di dalam kabinet Prabowo. Dia menyebut, sikap tersebut bukan bentuk kekecewaan karena ketidaksesuaian dalam hal jatah menteri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Keliru jika ada yang menyatakan sikap ini akibat adanya kekecewaan terkait jatah menteri, karena faktanya NasDem tidak pernah meminta jatah menteri," kata Taufik melalui aplikasi perpesanan, Jumat, 18 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menyatakan, sikap partainya tidak ikut mencalonkan menteri dalam kabinet adalah sikap yang sudah berulangkali disampaikan oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh.
Sikap ini, kata dia, sudah disampaikan Surya Paloh saat menyambangi kediaman Prabowo pada 15 Agustus 2024. Sikap tersebut kembali disampaikan pada beberapa kesempatan pertemuan dengan Prabowo.
"Pada 16 Agutus 2024, Prabowo juga pernah menyampaikan ada partai yang tidak meminta jatah menteri. Meskipun tidak menyebut nama, tapi yang dimaksud sebenarnya adalah NasDem," tutur Taufik.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Saan Mustopa, telah mengutarakan alasan mengapa partainya memilih untuk tak menempatkan kader di dalam kabinet Prabowo. Dia menyebut, pilihan ini didorong oleh rasa tahu diri, karena bukan merupakan anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukung Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024.
"Nah, karena itu secara etika tentu NasDem istilahnya tahu diri ya, memberikan kesempatan bagi partai-partai koalisi pendukung Pak Prabowo-Pak Gibran untuk mengisi komposisi di kabinet," ujar Saan saat ditemui di kompleks parlemen Senayan, Jakarta Pusat pada Senin, 14 Oktober 2024.
Dia menyebut, NasDem mendahulukan pos-pos kementerian bagi partai politik yang mendukung Prabowo sejak awal. Meskipun, NasDem akhirnya mendukung Prabowo-Gibran usai dinyatakan memenangi Pilpres.
"Jadi, sekali lagi ini lebih kepada soal etika dan kepantasan aja, karena memang NasDem bukan partai pendukung," ujar Saan.
Andi Adam Faturahman berkontribusi dalam penulisan artikel ini.