Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Numpang bicara di kabel tetangga

17 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HALO, telepon Anda ternyata tidak aman. Jaringan kabel mulai dari yang di luar rumah sampai ke Sentral Telepon Otomat (STO) bisa dimanfaatkan orang lain atas biaya Anda. Seseorang bisa saja memasang sambungan pada jaringan kabel telepon, dan menghubungkannya ke sebuah pesawat telepon. Lantas, dengan santai dan aman, orang itu bisa menelepon ke mana pun ia mau -- berkat sistem sambungan langsung jarak jauh -- tanpa harus membayar sesen pun. Sialnya, pencatat pulsa di STO untuk nomor Anda, karena itu, terus bertambah. Itu bukan sepotong cerita detektif murahan. Kemungkinan pencurian seperti itu diceritakan oleh seorang insinyur elektro arus lemah yang pernah bekerja di Perumtel. Sayang, bapak yang kini telah pindah dari Perumtel itu tak mau disebut namanya. "Kecurangan itu dimungkinkan," katanya, "karena pengawasan pihak Perumtel terbatas." Insinyur itu lantas bercerita bagaimana bekerjanya sistem jaringan telepon otomat kita. Ketika nomor panggilan diputar dari sebuah pesawat, sinyal-sinyal panggilan akan diteruskan ke titik pembagi, yang biasanya terpasang di tiang telepon tak jauh dari situ. Titik pembagi merupakan terminal terkecil, mengorganisasi sekitar 10 nomor telepon yang berada dalam radius tak lebih dari 250 m dari tiang telepon. Dari titik pembagi, sinyal diteruskan ke terminal yang lebih besar, ke rumah kabel. Terminal kedua ini mengatur lalu lintas pembicaraan telepon dari sejumlah titik pembagi. Dari rumah kabel, sinyal diteruskan ke kerangka pembagi utama (main distribtion frame), baru kemudian masuk ke STO. Dari STO, sinyal menuju ke pesawat yang dipanggil lewat jalur-jalur yang telah disebutkan, dengan urutan terbalik: ke kerangka pembagi utama dulu, lantas ke rumah kabel, kemudian masuk ke titik pembagi, baru ke pesawat telepon yang dituju. Dan, kriing pun terdengar. Di sekitar titik pembagi dan rumah kabel itulah daerah rawan. Telepon-telepon gelap, baik yang sementara maupun permanen, disambungkan di daerah itu atas nama nomor resmi yang telah ada. Maka, muncullah telepon kembar, yang satu resmi, yang lain gelap. Titik pembagi yang berupa kotak kecil itu, dan rumah kabel yang berbentuk kotak besar, memang mudah sekali dibuka. Dan bagi yang paham jaringan kabel di dalam kedua kotak tersebut, mudah sekali memasang jaringan baru yang menumpang di nomor orang lain. Ini tentunya sangat mungkin dilakukan oknum Perumtel. Sementara itu, hanya di kerangka pembagi utama dan di STO pengawasan dilakukan ketat. Hanya orang tertentu yang boleh masuk, dan dalam waktu tertentu pula. Susahnya, untuk menemukan kecurangan itu tak semudah mencari pencurian arus listrik. Telepon gelap sementara, yang begitu selesai pembicaraan lantas dilepas lagi, misalnya, bila tak ketangkap basah siapa yang tahu. Telepon gelap permanen, yang disambungkan dalam titik pembagi atau di rumah kabel, hanya dengan alat tertentu baru bisa diketahui adanya. Celakanya lagi, Perumtel hanya punya beberapa mobil yang berisi alat-alat elektronik untuk mendeteksi adanya kecurangan. Untuk Wilayah Telepon IV DKI Jakarta, yang kini memiliki sekitar 185 ribu pelanggan, cuma tersedia sebuah mobil pendeteksi. Tapi benarkah itu semua terjadi, dan bukan sekadar teori? Pihak Perumtel tak memberikan tanggapan apapun. Cuma, Musyafri Effendy, kepala Hubungan Masyarakat Perumtel, kepada TEMPO mengakui adanya "kesalahan teknis bertumpuknya kabel-kabel telepon hingga mengakibatkan semacam kortsluiting." Bila gesekan kabel itu tipis," katanya, "hanya akan terjadi induksi ringan, dan ini tak akan mempengaruhi apa-apa." Maksudnya, pulsa nomor telepon yang kabelnya tergesek itu tetap saja tak bekerja bila pesawat memang tak digunakan. Cuma, kalau gesekan itu berat, hingga dua kabel, misalnya, rapat bergandeng, ini gawat. Itu menyebabkan pulsa atas nama nomor telepon yang ada pada saluran kabel tersebut akan bekerja ganda. Misalkan ada empat pesawat telepon yang terpengaruh kabel gandeng itu. Maka, tak peduli telepon yang mana dari keempatnya yang digunakan, pencatat pulsa keempat telepon itu akan bekerja. "Inilah penyebab pulsa meter naik, tidak mencatat yang sebenarnya," kata Musyafri. "Kalau sudah begini harus cepat lapor." Tapi apa tanda ada kerusakan itu? Bila pesawat telepon diangkat dan, lho, terdengar suara pembicaraan, dan ketika nomor panggilan diputar pesawat itu tak jalan, yakinlah bahwa ada kabel gandeng. Tak usah Anda mengira yang bukan-bukan, misalnya, ada setan ikut bicara dalam pesawat Anda. Masalahnya kini ialah tak ada kepastian kabel tergandeng karena memang sudah aus, atau ada kesengajaan. Sementara itu, Musyafri mengakui, bila terjadi kerusakan teknis seperti itu, mencari sumber bencananya sulit. Pelacakan, katanya, bisa makan waktu sebulan sampai dua bulan. Jadi, bila Anda ingin pasang telepon gelap untuk jangka waktu sebulan, misalnya, ditanggung aman. Tak peduli telepon gelap itu di jalur sentral elektro mekanik (untuk pesawat model putar) atau di storred programme control (untuk model tekan). Susahnya lagi, belum ada alat yang bisa cepat mendeteksi ketidakberesan jaringan telepon. Kini memang ada CAMA (centralized automatic message account), yang bisa dipasang di STO, untuk merekan pembicaraan telepon. Yang direkam: nomor telepon yang dituju, waktu bicara, dan pembicaraan itu sendiri. Cuma alat ini masih terbatas, dan baru dipasang bila ada tuntutan pelanggan. Memang ada alat, yang antara lain dibuat Siemens, yang bisa dipasang di pesawat telepon untuk mencatat pulsa. Pencatat ini dapat mencatat dengan akurat setiap pembicaraan yang dilakukan telepon tadi -- semacam pencatat jarak pada kendaraan bermotor. "Tapi kami tak memasarkan alat itu di Indonesia," kata Lukman, dari Bagian Telekomunikasi Siemens Indonesia. "Soalnya, bila Perumtel tak mau bekerja sama, alat itu memang tak bisa bekerja." Benar. Pencatat pulsa pada pesawat telepon baru mau bekerja bila dihubungkan dengan pencatat pulsa di STO. Dan ada perbedaan cara kerja. Pencatat yang di pesawat telepon baru bekerja bila pesawat itu digunakan. Yang di STO akan terus mencatat, meski yang berbicara pesawat lain. Pokoknya asal lewat jalur pesawat yang dipasangi pencatat pulsa tadi. Walhasil, bisa saja catatan di STO dan di pesawat telepon beda angkanya. Ini yang oleh sementara orang diragukan manfaatnya. Sebab, bila pemasangan pencatat pulsa itu telah disetujui, Perumtel hanya akan menghitung angka pulsa di STO, bukan yang di rumah pelanggan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus