HALO, telepon Anda ternyata tidak aman. Jaringan kabel mulai
dari yang di luar rumah sampai ke Sentral Telepon Otomat (STO)
bisa dimanfaatkan orang lain atas biaya Anda. Seseorang bisa
saja memasang sambungan pada jaringan kabel telepon, dan
menghubungkannya ke sebuah pesawat telepon. Lantas, dengan
santai dan aman, orang itu bisa menelepon ke mana pun ia mau --
berkat sistem sambungan langsung jarak jauh -- tanpa harus
membayar sesen pun. Sialnya, pencatat pulsa di STO untuk nomor
Anda, karena itu, terus bertambah.
Itu bukan sepotong cerita detektif murahan. Kemungkinan
pencurian seperti itu diceritakan oleh seorang insinyur elektro
arus lemah yang pernah bekerja di Perumtel. Sayang, bapak yang
kini telah pindah dari Perumtel itu tak mau disebut namanya.
"Kecurangan itu dimungkinkan," katanya, "karena pengawasan pihak
Perumtel terbatas."
Insinyur itu lantas bercerita bagaimana bekerjanya sistem
jaringan telepon otomat kita. Ketika nomor panggilan diputar
dari sebuah pesawat, sinyal-sinyal panggilan akan diteruskan ke
titik pembagi, yang biasanya terpasang di tiang telepon tak jauh
dari situ. Titik pembagi merupakan terminal terkecil,
mengorganisasi sekitar 10 nomor telepon yang berada dalam radius
tak lebih dari 250 m dari tiang telepon.
Dari titik pembagi, sinyal diteruskan ke terminal yang lebih
besar, ke rumah kabel. Terminal kedua ini mengatur lalu lintas
pembicaraan telepon dari sejumlah titik pembagi. Dari rumah
kabel, sinyal diteruskan ke kerangka pembagi utama (main
distribtion frame), baru kemudian masuk ke STO. Dari STO, sinyal
menuju ke pesawat yang dipanggil lewat jalur-jalur yang telah
disebutkan, dengan urutan terbalik: ke kerangka pembagi utama
dulu, lantas ke rumah kabel, kemudian masuk ke titik pembagi,
baru ke pesawat telepon yang dituju. Dan, kriing pun terdengar.
Di sekitar titik pembagi dan rumah kabel itulah daerah rawan.
Telepon-telepon gelap, baik yang sementara maupun permanen,
disambungkan di daerah itu atas nama nomor resmi yang telah ada.
Maka, muncullah telepon kembar, yang satu resmi, yang lain
gelap. Titik pembagi yang berupa kotak kecil itu, dan rumah
kabel yang berbentuk kotak besar, memang mudah sekali dibuka.
Dan bagi yang paham jaringan kabel di dalam kedua kotak
tersebut, mudah sekali memasang jaringan baru yang menumpang di
nomor orang lain. Ini tentunya sangat mungkin dilakukan oknum
Perumtel. Sementara itu, hanya di kerangka pembagi utama dan di
STO pengawasan dilakukan ketat. Hanya orang tertentu yang boleh
masuk, dan dalam waktu tertentu pula.
Susahnya, untuk menemukan kecurangan itu tak semudah mencari
pencurian arus listrik. Telepon gelap sementara, yang begitu
selesai pembicaraan lantas dilepas lagi, misalnya, bila tak
ketangkap basah siapa yang tahu. Telepon gelap permanen, yang
disambungkan dalam titik pembagi atau di rumah kabel, hanya
dengan alat tertentu baru bisa diketahui adanya. Celakanya lagi,
Perumtel hanya punya beberapa mobil yang berisi alat-alat
elektronik untuk mendeteksi adanya kecurangan. Untuk Wilayah
Telepon IV DKI Jakarta, yang kini memiliki sekitar 185 ribu
pelanggan, cuma tersedia sebuah mobil pendeteksi.
Tapi benarkah itu semua terjadi, dan bukan sekadar teori? Pihak
Perumtel tak memberikan tanggapan apapun. Cuma, Musyafri
Effendy, kepala Hubungan Masyarakat Perumtel, kepada TEMPO
mengakui adanya "kesalahan teknis bertumpuknya kabel-kabel
telepon hingga mengakibatkan semacam kortsluiting." Bila gesekan
kabel itu tipis," katanya, "hanya akan terjadi induksi ringan,
dan ini tak akan mempengaruhi apa-apa." Maksudnya, pulsa nomor
telepon yang kabelnya tergesek itu tetap saja tak bekerja bila
pesawat memang tak digunakan.
Cuma, kalau gesekan itu berat, hingga dua kabel, misalnya, rapat
bergandeng, ini gawat. Itu menyebabkan pulsa atas nama nomor
telepon yang ada pada saluran kabel tersebut akan bekerja ganda.
Misalkan ada empat pesawat telepon yang terpengaruh kabel
gandeng itu. Maka, tak peduli telepon yang mana dari keempatnya
yang digunakan, pencatat pulsa keempat telepon itu akan bekerja.
"Inilah penyebab pulsa meter naik, tidak mencatat yang
sebenarnya," kata Musyafri. "Kalau sudah begini harus cepat
lapor." Tapi apa tanda ada kerusakan itu? Bila pesawat telepon
diangkat dan, lho, terdengar suara pembicaraan, dan ketika nomor
panggilan diputar pesawat itu tak jalan, yakinlah bahwa ada
kabel gandeng. Tak usah Anda mengira yang bukan-bukan, misalnya,
ada setan ikut bicara dalam pesawat Anda.
Masalahnya kini ialah tak ada kepastian kabel tergandeng karena
memang sudah aus, atau ada kesengajaan. Sementara itu, Musyafri
mengakui, bila terjadi kerusakan teknis seperti itu, mencari
sumber bencananya sulit. Pelacakan, katanya, bisa makan waktu
sebulan sampai dua bulan. Jadi, bila Anda ingin pasang telepon
gelap untuk jangka waktu sebulan, misalnya, ditanggung aman. Tak
peduli telepon gelap itu di jalur sentral elektro mekanik
(untuk pesawat model putar) atau di storred programme control
(untuk model tekan).
Susahnya lagi, belum ada alat yang bisa cepat mendeteksi
ketidakberesan jaringan telepon. Kini memang ada CAMA
(centralized automatic message account), yang bisa dipasang di
STO, untuk merekan pembicaraan telepon. Yang direkam: nomor
telepon yang dituju, waktu bicara, dan pembicaraan itu sendiri.
Cuma alat ini masih terbatas, dan baru dipasang bila ada
tuntutan pelanggan.
Memang ada alat, yang antara lain dibuat Siemens, yang bisa
dipasang di pesawat telepon untuk mencatat pulsa. Pencatat ini
dapat mencatat dengan akurat setiap pembicaraan yang dilakukan
telepon tadi -- semacam pencatat jarak pada kendaraan bermotor.
"Tapi kami tak memasarkan alat itu di Indonesia," kata Lukman,
dari Bagian Telekomunikasi Siemens Indonesia. "Soalnya, bila
Perumtel tak mau bekerja sama, alat itu memang tak bisa
bekerja."
Benar. Pencatat pulsa pada pesawat telepon baru mau bekerja bila
dihubungkan dengan pencatat pulsa di STO. Dan ada perbedaan cara
kerja. Pencatat yang di pesawat telepon baru bekerja bila
pesawat itu digunakan. Yang di STO akan terus mencatat, meski
yang berbicara pesawat lain. Pokoknya asal lewat jalur pesawat
yang dipasangi pencatat pulsa tadi.
Walhasil, bisa saja catatan di STO dan di pesawat telepon beda
angkanya. Ini yang oleh sementara orang diragukan manfaatnya.
Sebab, bila pemasangan pencatat pulsa itu telah disetujui,
Perumtel hanya akan menghitung angka pulsa di STO, bukan yang di
rumah pelanggan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini