Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengatakan pihaknya akan mengubah doktrin peperangan di tubuh TNI ke arah lebih modern. Beberapa contoh doktrin perang moderen yang akan diterapkan TNI di antaranya penggunaan drone berbasis artificial intelligence (AI).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Misalnya, kalau dulu kan perang itu masih tradisional, sekarang kan menggunakan drone (pesawat nirawak, red) yang kami Kamikaze pakai AI, membunuh orang itu tinggal pakai saja drone untuk mengejar seseorang,” ujar Agus Subiyanto, dikutip dari Antara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan itu disampaikan dalam jumpa pers usai menggelar rapat pimpinan di Markas Besar atau Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, pada Jumat, 31 Januari 2024. Hal ini, kata dia, harus dilakukan agar taktik peperangan dan seluruh perangkat SDM serta teknologi yang dimiliki TNI mengikuti perkembangan zaman.
Sebelumnya, saat memberikan pengarahan di Rapim TNI, jenderal bintang empat itu mengatakan pihaknya mengapresiasi langkah jajarannya yang melakukan evaluasi dan relokasi terhadap sejumlah taktik tempur. Dia berujar bahwa evaluasi itu punya pengaruh untuk menangani serangan dari kelompok kriminal bersenjata di Papua.
“OPM kalau menyerang kami, mikir-mikir. Kami diserang, pasti dia yang hancur,” kata Agus.
Meski demikian, dia menyayangkan masih ada sejumlah doktrin yang diterapkan dengan produk lama. Menurut dia, doktrin di militer perlu diperbarui. Panglima TNI sejak November 2023 itu bercerita bahwa tentara di Australia rutin mengubah doktrinnya setiap tiga sampai lima tahun sekali.
Dengan kondisi itu, dia menilai bahwa instansinya memang membutuhkan perubahan. Bekas Kepala Staf TNI Angkatan Darat ini mengimbau kepada seluruh jajarannya untuk turut terlibat menjadi agen perubahan. Ia menyarankan agar prajurit militer Indonesia berlomba-lomba mencari dan memikirkan ide-ide terbaik untuk kemajuan instansi.
“Jangan alergi kalau ada perubahan. Orang kita itu kalau ada perubahan, belum apa-apa sudah ngomel,” katanya.
Menurut Agus Subiyanto, doktrin perang lebih modern itu juga akan diterapkan di matra Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU) dengan cara meningkatkan teknologi alat utama sistem senjata. Selain itu, kata dia, reformasi doktrin juga dilakukan dengan cara merekrut masyarakat sipil yang ahli di bidang siber untuk masuk dalam satuan siber TNI.
“Penguatan satuan siber ini perlu dilakukan guna memperkuat pertahanan negara dari serangan siber negara asing. Dengan doktrin perang yang lebih maju itu, saya yakin pertahanan TNI akan semakin kuat dalam mengantisipasi ancaman serangan yang lebih moderen,” katanya.
Ihwal Drone AI
Dewasa ini istilah drone dan AI lumrah dijumpai. Drone merupakan pesawat tanpa awak yang difungsikan dalam berbagai keperluan mulai dari hiburan hingga bidang pertahanan. Sementara AI merupakan teknologi kecerdasan buatan yang juga diterapkan dalam berbagai bidang.
Lantas apa itu Drone AI?
Disadur dari publikasi Artificial Intelligence (AI) Drone Dalam Pertahanan: Problem dan Kemajuan, teknologi Drone AI merupakan bidang teknologi militer yang relatif baru. Insinyur militer melakukan pengembangan untuk menggabungkan drone dengan kecerdasan buatan guna menciptakan produk yang dalam beberapa kasus mungkin sebanding dengan kinerja tim pengintai manusia.
Dilansir dari Army.mil, bagi militer, drone, yang lebih umum disebut sebagai unmanned aerial vehicle atau UAV — kendaraan udara tak berawak, terbang secara strategis di atas medan perang dan sekitarnya untuk digunakan dalam pengawasan dan pengintaian, dukungan tempur, perlindungan pasukan, peperangan elektronik, serangan presisi, pelatihan dan pengujian.
Dalam perjalanannya, UAV berevolusi dari alat pengintaian dasar menjadi senjata serbaguna dan mematikan selama beberapa dekade, dengan kemajuan signifikan pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Efektivitasnya pun kian meningkat seiring penyematan AI pada teknologi tersebut.
AI membuat analisis fusi data dan sensor drone jauh lebih efektif, memungkinkan algoritme kompleks dan pembelajaran mesin untuk menciptakan pemahaman yang jauh lebih baik tentang lingkungan sekitar drone. Selain itu, AI juga meningkatkan sistem komunikasi dan keamanan siber dari data penting yang diperoleh, ditafsirkan, dianalisis, dan dikirimkan oleh drone.
Kecerdasan kelompok dan otomatisasi
Dikutip dari Inkstickmedia.com, namun, AI tidak hanya memperkenalkan serangkaian kemajuan yang meningkatkan efektivitas drone. Teknologi ini juga mengubah pesawat tanpa awak menjadi jenis senjata yang berbeda secara fundamental. Dua inovasi revolusioner yang saat ini dipelopori AI dalam drone adalah kecerdasan kelompok dan otomatisasi.
Kecerdasan kelompok sebuah konsep dalam AI dan ilmu komputer yang mengacu pada sistem yang terdesentralisasi dan terorganisasi sendiri, alami atau buatan. Asal usul konsep ini berawal dari sebuah studi pada 1992 oleh Marco Dorigo terhadap koloni semut. Pengembangan algoritma memungkinkan interaksi yang dioptimalkan antara agen individu dari keseluruhan sistem.
Penerapan AI kecerdasan kelompok dalam drone memungkinkan UAV berfungsi secara terkoordinasi dan koheren dalam “kelompok” yang memungkinkan militer untuk meluncurkan rentetan drone dalam kapasitas ofensif. Serangan drone yang direncanakan dan dilaksanakan secara cermat dapat mengalahkan musuh dan melakukan tugas-tugas militer yang penting secara taktis dan strategis.
Adapun otomatisasi bertenaga AI merupakan teknologi baru yang paling transformatif untuk merevolusi UAV dalam militer. Apa yang dulunya merupakan konsep imajiner kini telah menjadi cara baru berperang, menghasilkan jenis senjata mematikan baru yang sekarang dikenal sebagai “robot pembunuh” atau Sistem Senjata Otonom Mematikan (LAWS) yang dapat berbasis darat, berbasis udara, atau berbasis air.
Pada 2023, beberapa negara sudah berlomba untuk memanfaatkan kekuatan otomatisasi pada drone. Termasuk Amerika Serikat, tempat pesawat eksperimental Valkyrie sedang dikembangkan sebagai prototipe pertama drone yang sepenuhnya dioperasikan oleh AI. Otomatisasi sudah diterapkan dalam konflik di Ukraina, tempat Rusia diduga telah menggunakan amunisi Kalashnikov ZALA Aero KUB-BLA yang dilengkapi AI.
Novali Panji Nugroho berkontribusi dalam penulisan artikel ini.