Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Perangkat AI Mahal bagi Mahasiswa, Nvidia Pakai Cara Ini untuk Masuki Pasar Kampus

Perusahaan teknologi Nvidia mengakui perangkat komputer atau device yang mengusung AI tergolong mahal, terutama bagi mahasiswa

2 Oktober 2024 | 08.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Perusahaan teknologi Nvidia berupaya membawa perangkat AI yang bisa diakses kampus tanpa ongkos tinggi. Country Consumer Business Lead Nvidia Indonesia, Adrian Lesmono, mengatakan perangkat yang menyokong teknologi kecerdasan buatan masih tergolong mahal bagi pelajar dan mahasiswa. Saat ini harga personal computer (PC) yang dilengkapi AI minimal sudah seharga Rp 9 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tapi yang paling laku malah yang Rp 12-13 jutaan, sedangkan yang di atas Rp 20 juta sedikit sekali yang beli," katanya dalam diskusi di Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, Selasa, 1 Oktober 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Harga perangkat yang mahal menjadi salah satu kendala pengenalan dan pengembangan AI di wilayah kampus. Untuk mengatasi hal itu, manajemen Nvidia mulai melibatkan distributor perangkat elektronik di daerah.

Di Yogyakarta, ada distributor yang tak sekedar menjual perangkat, namun juga memiliki akademi di bidang teknologi informasi. Mitra distributor ini bisa menjadi jembatan untuk membuka akses pemanfaatan AI di area kampus. “Misalnya untuk training, learning, bahkan membuka peluang bisnis," tuturnya.

Menurut Adrian, seisi kampus harus bisa menjajal dan membedakan kemampan perangkat AI dan non-AI. Pasalnya, lingkungan universitas belum menjadi bagian dari pasar utama yang menyambut teknologi AI. Padahal, layanan ini urgen menjadi bahan pembelajaran.

"Perangkat AI ini tetap masih tergolong baru bagi pasar,” ucap dia. “Belum banyak dilirik sehingga masih perlu ada terobosan agar dikenal dan diketahui manfaatnya dulu.”

Kepala Laboratorium Informatika Universitas Atmajaya Yogyakarta, Pranowo, menyebut pengembangan dan pemakaian AI di masyarakat masih terpecah. Ada yang mengganggap teknologi pintar itu menguntungkan, selebihnya menilai AI bakal merugikan. Teknologi AI ibarat pedang bermata dua.

"Perlu mendapat perhatian dari kalangan pakar hukum, untuk mengantisipasi penyalahgunaannya terutama perbuatan yang mengarah kriminalitas," kata dia.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus