Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Peristiwa Gejayan Berdarah 1998, Aksi Mahasiswa Yogyakarta Pemicu Reformasi

Peristiwa Gejayan berdarah 1998, pemicu gaung reformasi ke seluruh Indonesia. Ini kilas sejarah yang menewaskan mahasiswa Moses Gatutkaca itu.

8 Mei 2023 | 16.20 WIB

Pengunjung mengamati karya fotografi yang dipamerkan saat Pameran Foto Peristiwa 1998 di Fakultas Adab & Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 3 Mei 2018. ANTARA
Perbesar
Pengunjung mengamati karya fotografi yang dipamerkan saat Pameran Foto Peristiwa 1998 di Fakultas Adab & Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 3 Mei 2018. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Krisis moneter melanda perekonomian Indonesia pada 1997. Mengacu uny.ac.id, pada awal 1998, krisis tidak kunjung surut dan justru semakin memuncak sehingga mahasiswa mulai merapatkan dan merapikan barisan. Mahasiswa pun mendapatkan dorongan dari tokoh intelektual kritis yang membuat mereka lebih berani dan percaya diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Akhirnya, para mahasiswa Indonesia memberikan tuntutan reformasi kepada pemerintahan Indonesia kala itu. Seluruh mahasiswa di Indonesia membulatkan niat untuk menyelamatkan bangsa dengan menuntut reformasi, termasuk di Yogyakarta yang dikenal dengan Peristiwa Gejayan atau Tragedi Yogyakarta.

Pada 8 Mei 1998 di daerah Gejayan, Yogyakarta terjadi peristiwa bentrok berdarah dalam demonstrasi menuntut reformasi dan turunnya Presiden Soeharto. Bentrokan ini berlangsung sampai malam hari. Awalnya, mahasiswa dari beberapa universitas di Yogyakarta melakukan unjuk rasa, yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Sains dan Teknologi Akprind serta di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS), dan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW).

Ribuan mahasiswa tersebut melakukan demonstrasi dengan tertib yang menyampaikan pernyataan keprihatinan mahasiswa atas kondisi perekonomian saat itu karena krisis moneter, penolakan Soeharto sebagai presiden kembali, kenaikan harga, dan pudarnya reformasi.

Pada saat yang bersamaan, ratusan mahasiswa lainnya juga melakukan demonstrasi, yaitu mahasiswa Universitas Sanata Dharma (USD) dan IKIP Negeri. Kedua kampus ini memprotes kekerasan aparat pemerintah yang terjadi pada 5 Mei 1998 di lokasi tersebut. Lalu, menjelang sore hari mereka bergerak menuju kampus UGM untuk menggabungkan diri melakukan unjuk rasa dengan tujuan utama, menuntut reformasi. Namun, aparat keamanan tidak mengizinkan dan berhadapan langsung dengan mahasiswa dan juga masyarakat. Ketegangan di antara kedua pihak tersebut pun meletus pada pukul 17.00 WIB.

Merujuk p2k.stekom.ac.id, ratusan petugas keamanan membubarkan secara paksa dengan melakukan penyerbuan yang dibuka oleh panser penyemprot air dan tembakan gas air mata terhadap pengunjuk rasa di pertigaan antara Jalan Gejayan dan Jalan Colombo, tepatnya di depan Hotel Radisson.

Mahasiswa dan masyarakat melawan aparat dengan batu, petasan, dan bom molotov di sekitar Jalan Gejayan yang membentang dari perempatan Jalan Padjajaran (Ring Road Utara) hingga perempatan Jalan Adi Sutjipto dan Jalan Urip Sumoharjo. Tempat ini pun menjadi ajang pertarungan antara pengunjuk rasa dengan aparat yang mencegah mereka bergabung ke UGM.

Tanpa rasa kemanusiaan, aparat main tubruk memukuli setiap orang yang ada di lokasi, termasuk pedagang kaki lima dan warga setempat. Selama bentrokan berlangsung, aparat melakukan pengejaran terhadap mahasiswa sampai memasuki kompleks kampus USD dan IKIP Negeri. Bahkan, sejumlah fasilitas kampus rusak saat petugas memasuki kompleks kampus.

Ketegangan terus berlangsung sampai malam hari. Suasana mencekam dan letusan senjata api masih terdengar hingga pukul 22.00 . Sejumlah orang pun masih berlarian menyelamatkan diri dan sebagian lainnya tertahan kepungan polisi serta tentara. Massa yang terkepung ini diisolir secara ketat dengan menutup jalan-jalan yang menuju lokasi. Kemudian, pukul 00.15 WIB, sebuah kendaraan panser kembali menyerbu massa dengan menembakkan gas air mata. Massa mencoba membakar panser tersebut, tetapi gagal. Api hanya terlihat menyala sebentar, lalu berhasil padam kembali.

Kekerasan yang dilakukan aparat saat mahasiswa menuntut reformasi di Yogyakarta ini menyebabkan ratusan korban luka dan satu orang bernama Moses Gatutkaca meninggal dengan kondisi menyedihkan. Hampir sebagian besar korban aksi Peristiwa Gejayan ini ditolong oleh petugas PMI untuk dilarikan ke Rumah Sakit Panti Rapih dan beberapa titik posko PMI daerah sekitar.

Pilihan Editor: Mengenang Moses Gatutkaca Korban Peristiwa Gejayan Mei 1998

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus