Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cahaya redup lampu menerpa sebuah motor matic berwarna putih yang tepat berada di tengah ruangan. Di sekitarnya, ada 26 gambar berukuran A3 dan A4 bergantung di dinding sebelah kiri. Ada gambar sepeda, bus, dan anak gadis bermata satu. "Ini gambar Mami, Papi, dan Bobel. Ini gambar gadis minion. Ini gambar cetakan kue. Ini gambar matahari tersenyum. Saya suka semua gambar ini. Gambar bus ini yang paling susah dan lama diberi warna." Jasmine Isobel Hanan Badriyah berceloteh menjelaskan gambar-gambar itu pada Senin lalu.
Gadis berusia 6 tahun yang disapa Bobel itu adalah kawan kolaborasi Kim Myungwoo-seniman asal Gwangju, Korea Selatan-dalam pergelaran Art Exhibition: Video Art and Drawing, bertema "r u like" yang berlangsung pada 1-3 Agustus di Kampung Buku Makassar. Dalam pameran ini, Myung-sapaan Kim Myungwoo menampilkan sebuah karya video berupa rekaman dengan durasi 4 menit.
Video itu bercerita tentang suasana di anjungan Pantai Losari, jalan raya, dan lorong-lorong di kota Makassar. Lokasi anjungan dengan latar sunset diputar dengan ritme lambat, diiringi lagu berjudul Dijurido, yang terdengar sangat teduh. Sedangkan video yang memperlihatkan jalan raya dan lorong-lorong menggunakan latar lagu FLCL, original soundtrack dari film animasi Come Down asal Jepang dengan irama yang cepat.
Denyut kota yang terus berkembang yang diperlihatkan Myung lewat permainan ritme cepat-lambat karya videonya. Menurut lulusan Art Teknologi Chung-Ang University yang menggeluti bidang seni video itu, Makassar dan tempatnya di Gwangju punya kesamaan dalam hal perkembangan yang semakin cepat.
Penggabungan televisi dan proyektor ini dinamakan seni multi channel video. Myung membutuhkan waktu tiga hari untuk menyelesaikan karya videonya. Tiga hari itu sudah termasuk pengambilan gambar dan editing.
Dalam proses pengambilan gambar, pria berkaca mata ini mengandalkan ponsel iPhone dan kamera jenis GoPro untuk mengambil gambar aktivitas di luar ruangan. Ia menyusuri Makassar dengan motor matic putih dan mengandalkan Internet sebagai penunjuk arah.
Myung mengaku perkenalan dengan Bobel memberinya banyak ide. Seperti pemberian tema pameran yang terinspirasi oleh pertanyaan Bobel kepada Myung apakah dia menyukai film Frozen, dengan berkata "Are you lie Frozen?" "Secara gramatikal ini salah, tapi saya bisa mengerti. Lalu saya berpikir untuk buat saja tema: r u like(are you like)," ucap pria berusia 32 tahun itu.
"Bobel dan saya punya kesamaan," kata Myung. Bobel seorang gadis belia berumur 6 tahun yang baru mengenali hal-hal baru di lingkungannya. Sebagai seorang pendatang, semua hal yang dialami Myung di Makassar juga menjadi hal-hal baru. Kesamaan inilah yang membuat Myung tertarik untuk berkongsi dengan Bobel. Kolaborasi anak kecil dengan seniman juga merupakan hal yang baru.
Seperti Myung, Bobel juga membuat gambarnya menjelang pameran berlangsung. Ia bahkan masih sempat menyelesaikan dua gambarnya, sesaat sebelum pameran resmi dibuka.
Sayangnya, konsep kolaborasi antara Myung dan Bobel belum menunjukkan keutuhan, lebih terlihat sebagai sesuatu yang terpisah antara gambar Bobel dan video Myung. Ibrahim Massidenreng, salah seorang pengunjung pameran, menduga persoalan waktu dan persiapan mungkin menjadi kendala bagi Myung, sehingga pamerannya belum maksimal.
Kedatangan Myung ke Makassar adalah bagian dari program Makassar-Gwuangju Connection yang digagas Miwan Andan, pengarah TanahIndie. Bersama sebuah komunitas seniman di Kota Gwangju, Andan bekerja sama untuk saling mengenalkan budaya dengan mengirim seniman dari daerah masing-masing. MUHCLIS ABDUH
Hadiah Gambar untuk Tamu
Jasmine Isobel Hanan Badriyah, menjadi teman kolaborasi Kim Myung-Woo, seniman video asal Gwangju, Korea Selatan, dalam perhelatan "Art Exhibition: Video Art and Drawing" bertema "r u like". Bobel--begitu sapaan gadis lucu itu--energetik dengan sejuta pertanyaan. "Melati yang dijanjikan Tuhan bersinar bagai dua rembulan" adalah arti nama gadis berusia 6 tahun itu. Ibunya, Fitriani A. Dalay, memberinya nama Jasmine. Sedangkan Isobel Hanan Badriyah adalah nama yang diberikan ayahnya, Anwar Jimpe Rachman. "Isobel adalah judul lagu band Bjork dan saya fan berat band itu," kata Jimpe.
Seperti anak perempuan pada umumnya, Bobel juga penyuka warna pink. Tapi ia mengaku mulai bosan dan suka warna lain. "Dulu saya suka warna pink, sekarang suka hijau, kuning, dan merah," ucap Bobel.
Selain warna, gadis kelahiran Makassar 6 Juni 2009 ini bercerita tentang kartun-kartun kesukaannya, di antaranya Dragonball, Frozen, dan Minions. Ia juga bercerita tentang kesukaannya pada kuda yang pertama dilihatnya saat berlibur ke Malino-kawasan pegunungan di Kabupaten Gowa. Saat ditanya mengenai cita-citanya kelak, spontan Bobel menjawab ingin menjadi pelukis dan dokter gigi.
Fitriani mengungkapkan, dirinya selalu mengajarkan putrinya untuk bisa berkata jujur dan mampu mengekspresikan diri. Kebebasan mengekspresikan diri, baik sedih maupun senang, kata Pio-sapaan akrab Fitriani-menumbuhkan rasa percaya diri untuk tampil di depan umum. Di sekolahnya, di TK, Bobel menjadi satu-satunya siswa yang angkat tangan saat ditanya guru tentang kesediaan tampil.
Tak hanya percaya diri, kata Jimpe, putrinya tergolong anak yang superaktif. Ia mencontohkan, saat ada tamu yang datang ke Kampung Buku, layaknya seorang tuan rumah, Bobel menyambut dan akan mengajak tamu itu ngobrol. Lalu saat tamu itu akan pulang, Bobel akan memberikan gambar hasil karyanya.
Sejak usia 4 tahun, kata Jimpe, Bobel mulai suka coret-coret. Dan baru setahun terakhir ini mulai menggambar. Ia mulai tekun menggambar di kertas-kertas bekas yang memang dibawakan oleh awak TanahIndie. "Saya pernah mendapat gambarnya. Bagus karena cukup detail," kata Jimpe. MUHCLIS ABDUH
AGENDA KOMUNITAS
SO SAIL Art Project Adi Gunawan
Mukhtamar Muhammadiyah
Festival Full Moon Ramang-ramang
Seminar Nasional Perteta "Peran Perteta dalam Mendukung Swasembada Pangan Nasional 2017"
Festival Kala Monolog 7
Seminar Pelatihan Jurnalistik dan Menulis Budaya Bersama Kang Maman Suherman
Membaca Arus Baru Sinema Asia Bersama Liew Seng Tat, Eddie Cahyono, dan Ifa Isfansyah
Pekan Raya Pemuda Seminar Nasional Kepemudaan Parlemen Muda Sulawesi Selatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo