Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Sebagian peserta di Pusat Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Institut Teknologi Bandung (ITB) ikut ujian dalam keadaan sakit. Menurut Koordinator Pelaksana Pusat UTBK ITB Achmad Rochliadi, pihaknya bisa memfasilitasi peserta UTBK yang dalam kondisi sakit. “Kalau peserta belum ujian dan mendapat izin dokter untuk bisa ikut ujian,” ujarnya di Sekretariat Pusat UTBK ITB, Rabu 15 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syarat lainnya, sakit peserta bukan tipe penyakit yang menular agar tidak membahayakan peserta ujian lain. “Pernyataan itu juga harus dari dokter,” kata Achmad. Kemudian peserta membuat surat pernyataan bahwa segala risiko akibat ikut ujian dengan sakitnya akan ditanggung sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejauh ini, sejak UTBK mulai digelar 30 April lalu, ada tiga orang peserta ujian yang datang dalam kondisi sakit. Kejadian terbaru pada hari kedua gelombang dua sesi pagi pada Rabu 15 Mei 2024, seorang peserta datang dengan penyakit Gastroesophageal reflux disease atau GERD. “Sebetulnya syarat ikut UTBK itu juga harus sehat,” ujarnya.
Pada kasus lain, ada orang tua yang melaporkan ke panitia bahwa anaknya sakit setelah waktu ujiannya telah lewat. “Datanya sudah dianggap tidak hadir,” kata Achmad.
Pusat UTBK ITB menggelar ujian dengan jumlah pendaftar sebanyak 15 ribuan orang dalam dua gelombang 30 April - 7 Mei dan 14-20 Mei 2024. Total jumlah ujian sebanyak 20 sesi. Pengawas ujian menurut Achmad berasal dari kalangan dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa S2 dan S3, serta guru sekolah mitra lokasi ujian.
“Tempatnya kami tukar, guru mengawasi ujian di kampus ITB, yang dari ITB mengawas di sekolah,” ujarnya.
Dari hasil perekrutan secara internal, total jumlah pengawas di Pusat UTBK ITB sebanyak 939 orang. Rinciannya yaitu 815 orang pengawas utama dan 124 orang pengawas cadangan. Selain itu ada 535 orang yang bertugas sebagai Teknisi Ruangan yang bertugas juga mengawasi pelaksanaan ujian.