Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden Prabowo Subianto mengaku tak mengerti arti gemoy yang kerap disematkan kepadanya. "Saya sendiri enggak ngerti apa itu gemoy gemoy itu," ucap Prabowo dalam Dialog Publik PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jumat, 24 November 2023, seperti dipantau melalui kanal YouTube Muhammadiyah Channel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketua Umum Partai Gerindra itu bercerita, joget yang kerap dilakukannya dalam berbagai kesempatan berasal budaya wayang kakek dan orang tuanya. "Dulu kakek saya, orang tua saya zaman dulu enggak ada televisi, enggak ada TikTok. Yang ada hanya wayang jadi budaya kita," ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setiap kali mendatangi rumah kakeknya, Prabowo mengatakan dia disambut dengan budaya seperti itu. "Tiap saya datang ke rumah kakek saya, saya disambut seperti itu," tutur Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Kelamaan, Prabowo mengatakan joget itu kemudian masuk ke dalam alam bawah sadarnya. "Jadi mungkin di bawah sadar saya kalau saat ada berita gembira ya saya juga begitu," ucapnya.
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Cheryl Anelia Tanzil menjelaskan sebutan gemoy yang berarti menggemaskan untuk Prabowo Subianto merupakan julukan sayang dari para pendukungnya. Cheryl membantah julukan itu sebagai strategi kampanye yang diciptakan oleh tim sukses.
“Bagi generasi muda, Pak Prabowo muncul di ruang publik sebagai dirinya sendiri. Tampil beda dan apa adanya, yang mungkin tidak semua orang mengetahui sisi menggemaskannya itu," kata Cheryl dalam keterangan tertulis TKN di Jakarta, Sabtu, 18 November 2023.
Cheryl menilai istilah gemoy dan santuy — yang berarti santai — populer di kalangan Generasi Z (anak muda kelahiran 1997–2012) karena mereka bosan dengan sosok pemimpin yang berpura-pura. Para anak muda, yang nantinya juga menjadi pemilih dalam Pemilu 2024 menghendaki sosok pemimpin yang apa adanya.
Dari julukan gemoy itu, Cheryl berpendapat para anak muda melihat Prabowo sebagai sosok yang tampil apa adanya dan tidak berpura-pura.
“Pemilih hari ini sekarang bosan dengan pemilu yang dibawa ke arah saling serang, saling tuding. Istilah gemoy dan santuy jadi oase bagi pemilih sekarang bahwa berpolitik ternyata bisa dibuat asyik dan gembira” kata Cheryl.
Pilihan Editor: 5 Pesan Luhut Ke Prabowo, Ada Titipan untuk Gibran