Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ramainya Kampus Sepinya Riset

25 Mei 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ironis. Di antara suburnya perkembangbiakan perguruan tinggi belakangan ini, minat akan penelitian masih seperti titik cahaya di kejauhan. Hasil survei Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat pada 2014 menunjukkan, dari 3.000-an perguruan tinggi di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, hanya 14 yang kinerja penelitiannya sudah bagus.

Dari kinerja penelitiannya, direktorat ini menggolongkan empat kelompok perguruan tinggi: mandiri, utama, madya, dan binaan. Kelompok mandiri merupakan perguruan tinggi yang paling berpotensi menjadi universitas riset. "Kinerja penelitian itu otonom. Yang 14 perguruan tinggi ini kami anggap layak diberi otonomi seluas-luasnya," ujar Agus Subekti, Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Di bawah kelompok mandiri ada kelompok utama, dengan 36 perguruan tinggi. "Kinerja penelitian kelompok utama sudah bagus, tapi masih di bawah mandiri," ujar Agus. Di bawahnya lagi ada kelompok madya, dengan 79 perguruan tinggi. Dan terakhir adalah kelompok binaan.

Agus mengakui banyak perguruan tinggi mengklaim sudah menjadi universitas riset meski kinerjanya belum cukup bagus. Padahal, untuk menjadi universitas riset, perguruan tinggi harus memiliki rasio dosen-mahasiswa yang bagus, fasilitas penelitian, hasil penelitian memadai, dan pandai memanfaatkan hasil penelitian. Maksudnya, hasil penelitian bisa diindustrialisasi dan dikomersialkan. "Seberapa banyak yang sudah menghasilkan uang itu yang menjadi dasar kami untuk menghitung kinerja," ujarnya.

Kinerja perguruan tinggi dievaluasi direktorat setiap tiga tahun sekali. Menurut Agus, dari evaluasi sebelumnya, terjadi peningkatan jumlah kelompok mandiri. "Dulu 10, sekarang 14. Dulu tidak ada (perguruan tinggi) swasta, sekarang sudah ada," ujarnya. Namun sebagian besar kelompok mandiri ada di Pulau Jawa. "Luar Jawa baru Universitas Andalas dan Universitas Hasanuddin."

Dengan ribuan perguruan tinggi dan sumber dayanya yang melimpah, potensi perguruan tinggi di Indonesia untuk menjadi universitas riset luar biasa. "Cuma kemauan untuk meneliti, insentif untuk meneliti, dan fasilitas penelitian perlu didukung pemerintah dan swasta," ujarnya.

Buat mendorong kemauan dosen untuk meneliti, kata Agus, pemerintah memberi imbalan kenaikan pangkat. "Untuk promosi jenjang karier dosen dari asisten ahli, lektor, hingga guru besar harus mensyaratkan hasil penelitian," ujarnya.

Pemerintah juga memberi penghargaan lain bagi para peneliti Indonesia yang berprestasi. "Pemerintah memberi penghargaan Rp 250 juta dalam anugerah intelektual luar biasa tahun lalu bagi 15 kelompok yang penelitiannya kita anggap luar biasa. Ini dari universitas dan kalangan swasta," tutur Agus.

Macam-macam insentif juga tersedia bagi yang berminat. "Kami memberikan insentif kalau dosen bisa membuat karya ilmiah terindeks Scopus, itu kami hargai Rp 5 juta," ujar Rory A. Hutagalung, Wakil Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Jakarta. Indeks Scopus adalah database yang berisi abstrak dan sitasi penelitian ilmiah berskala internasional. Universitas swasta yang memiliki minat riset besar ini memang tengah berusaha mendongkrak dirinya: dari kelompok binaan menjadi mandiri.

Erwin Zachri

****

Kelompok Penelitian Perguruan Tinggi Mandiri 2014
1.Institut Teknologi Bandung????????
2.Universitas Gadjah Mada
3.Universitas Indonesia
4.Universitas Padjadjaran
5.Institut Pertanian Bogor
6.Universitas Sebelas Maret
7.Universitas Hasanuddin
8.Universitas Diponegoro
9.Universitas Brawijaya
10.Universitas Airlangga
11.Institut Teknologi Sepuluh Nopember
12.Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
13.Universitas Muhammadiyah Malang
14.Universitas Andalas
SUMBER: DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus