Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presidium relawan Anies Baswedan, La Ode Basir, buka suara ihwal munculnya gerakan "Anak Abah Coblos 3 Paslon" di Pilkada Jakarta. Ia mengatakan gerakan tersebut tidak merepresentasikan sikap politik Anies Baswedan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Itu hak politik masing-masing. Tidak ada kaitan dengan sikap politik Mas Anies," kata La Ode saat dihubungi, Kamis, 3 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gerakan "Anak Abah Coblos 3 Paslon" merupakan gerakan yang mengkampanyekan pemilih untuk merusak surat suara atau memilih seluruh pasangan calon yang berlaga agar suara tidak layak untuk masuk penghitungan. Berbeda dengan gerakan "Golput", gerakan ini mengharuskan pemilih untuk datang ke tempat pemungutan suara dan melakukan pencoblosan.
Menurut La Ode, gerakan untuk memilih seluruh pasangan calon tidak memiliki dampak apa pun terhadap pilkada Jakarta, meski di sisi lain gerakan ini akan memberi makna terhadap upaya memperbaiki demokrasi di kemudian hari.
"Tetapi, kembali lagi pada substansinya ini adalah hak politik masing-masing," ujar dia.
Dalam pilkada Jakarta ini, La Ode bermanuver mendukung pasangan Pramono Anung dan Rano Karno. Alasannya, kata dia, Anies dikalahkan oleh strategi politik yang diterapkan oleh pihak pesaingnya sebelum kontestasi pilkada.
Pihak pesaing yang dimaksud, ialah pasangan Ridwan Kamil-Suswono yang diusung oleh partai politik di Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus. Dia mengatakan, pasangan Pramono-Rano dinilai selaras dengan Anies, sehingga laik untuk didukung dalam memenangkan kontestasi ini.
"Strategi politik harus dikalahkan dengan strategi politik juga. Itu alasan saya mendukung Pramono-Rano. Kami yakin pasangan ini yang akan menang," ucap dia.
Adapun Co-founder gerakan salam 4 jari, John Muhammad mengatakan lahirnya gerakan untuk memilih seluruh pasangan calon di pilkada Jakarta merupakan bentuk pembangkangan elektoral terhadap perhelatan pilkada yang dianggap sekadar rekayasa.
Gerakan ini, kata dia, lahir sebagai keinginan masyarakat untuk kembali memperbaiki muruah demokrasi dengan menjadikan masyarakat sipil sebagai oposisi permanen pemerintah yang tidak dapat dilemahkan kepentingan penguasa.
"Gerakan ini lahir sebagai bentuk pembangkangan elektoral, bukan karena gagalnya salah satu kandidat untuk berlaga," ujar John.