Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Sebagian Umat Katolik Disebut Merasa Kurang Pas Ibadah dari Rumah

Gereja Katolik sudah menegaskan untuk mengikuti anjuran pemerintah dalam membatasi ibadah karena wabah Covid-19.

11 April 2020 | 15.09 WIB

Keluarga umat Katolik mengikuti Misa Minggu Palma melalui media daring di Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu, 4 April 2020. Meskipun ditengah situasi wabah virus COVID-19, umat Katolik di Indonesia tetap merayakan Minggu Palma di rumah dengan menggunakan media daring. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
material-symbols:fullscreenPerbesar
Keluarga umat Katolik mengikuti Misa Minggu Palma melalui media daring di Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu, 4 April 2020. Meskipun ditengah situasi wabah virus COVID-19, umat Katolik di Indonesia tetap merayakan Minggu Palma di rumah dengan menggunakan media daring. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Caritas Indonesia (KARINA KWI) Fredy Rante Taruk mengatakan bahwa ada tantangan spiritual dan teknis yang dialami umat Katolik selama melakukan ibadah dari rumah di masa pandemi virus Corona.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Sebagian umat merasa kurang pas, kurang sempurna, dan sedih tidak dapat berkumpul di gereja, berdoa, bernyanyi, dan merayakan kemenangan iman,” kata Fredy dalam konferensi pers yang disiarkan akun Youtube BNPB Indonesia, Sabtu, 11 April 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun tantangan teknis yang dihadapi umat Katolik ketika mengikuti ibadah secara daring dari rumah adalah sinyal internet atau tidak memiliki fasilitas untuk mengikuti perayaan Paskah secara online.

Meski ada sejumlah tantangan dalam melakukan ibadah dari rumah, Fredy mengatakan bahwa hal ini sudah bisa diterima. Sebab, gereja Katolik sudah menegaskan untuk mengikuti anjuran pemerintah dalam membatasi ibadah karena wabah Covid-19.

Tantangan lain yang dihadapi, kata Fredy, yaitu adanya sebagian masyarakat yang memiliki stigma terhadap orang berstatus Orang Dalam Pemantauan maupun Pasien Dalam Pengawasan Corona. Mereka yang dalam pemantauan dan pengawasan ini kerap dikucilkan dan dicap kotor oleh masyarakat.

Atas situasi tersebut, Fredy mengatakan bahwa gereja sudah mengimbau pada umatnya untuk memperlakukan orang-orang dengan status ODP dan PDP dengan baik. “Penuh kasih sebagai sesama dan menolong, memberikan dukungan untuk menemukan kesembuhan,” ujarnya.

Friski Riana

Lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana pada 2013. Bergabung dengan Tempo pada 2015 di desk hukum. Kini menulis untuk desk jeda yang mencakup isu gaya hidup, hobi, dan tren. Pernah terlibat dalam proyek liputan Round Earth Media dari International Women’s Media Foundation dan menulis tentang tantangan berkarier para difabel.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus