ALI Sadikin sekali ini tidak marah. Bahkan dengan bersemangat
Gubernur Jakarta itu menganggap peristiwa baku hantam antara
pelajar yang akhir-akhir ini sering terjadi sebagai gejala yang
"menggembirakan". "Kenakalan remaja seperti adanya perkelahian
itu adalah wajar, malah dengan itu mereka telah menyemarakkan
kehidupan", ucap Gubernur, di depan peserta Musyawarah Remaja
untuk Peningkatan Da'wah, 11 Mei kemarin. "Pujian" Gubernur
terhadap kegiatan kaum remajanya itu masih ditambah lagi.
Katanya: "Bahkan adanya kebergajulan itu malah menunjukkan
dinamikanya anak muda". Selanjutnya Ali juga mengatakan sikapnya
yang tidak senang terhadap pemuda yang diam saja, yang tidak
banyak bergerak. Tentu ada tetapinya. Katanya, perkelahian yang
dianggap wajar adalah yang berani berhadapan satu lawan satu,
bukan pengeroyokan. Yang main keroyokan dan melempar batu adalah
anak-anak pengecut.Dan yang demikian itu merusak serta sudah
masuk ke dalam tindak kriminil. "Jahat dan tidak bisa
ditolerir", katanya dalam nada menaik.
Ali Sadikin yang menilai perkelahian itu tanpa menuduh
macam-macam, sempat menggambarkan masa remajanya yang banyak.
diisi dengan perkelahian satu lawan satu. Seperti flash-back
dalam film, Letjen Marinir itu membalik sejarah masa remajanya.
"Ayah saya akan tertawa kalau saya pulang babakbelur, tetapi
menang berkelahi. Sebaliknya kalau saya kalah, kepala saya
dijitaknya", katanya sambil menirukan gerak ayahnya. Karena itu
Ali menganjurkan kepada para remaja di kotanya agar kalau
berkelahi jangan main keroyokan. Kalau ada seorang murid dari
satu sekolah rebutan pacar dan sakit hati dengan murid dari
sekolah lain, melapor saja ke ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah). Nanti biar para ketua OSIS masing-masing berhubungan
dan mengatur perkelahian antara murid yang bersengketa itu.
Boleh dengan saksi. Bahkan Gubernur akan mengizinkan Gelanggang
Remaja dipakai untuk arena perkelahian. "Tetapi kalau
perkelahian sudah selesai, persoalannya harus sudah dianggap
selesai, tidak ada buntut keroyokan", katanya.
Meskipun nampaknya seperti bergurau, sikap Ali Sadikin memang
sangat menarik. Apalagi peristiWa baku-hantam ramai-ramai itu
menurut drs. H.AM Fatwa, Ketua Umum Kordinator Da'wah Islam
(KODI) telah menunjukkan angka naik yang sangat menyolok. Kalau
selama 1975 terjadi tak kurang dari 40 peristiwa perkelahian
remaja, maka jumlah yang sama telah terjadi pada triwulan
pertama tahun ini. Yang perlu dilakukan, demikian Fatwa, adalah
mencari sebab-sebab perkelahian dan-tidak bijaksana kalau
cepat-cepat mencari kambing hitam dengan menyatakan
penunggangan oleh fihak-fihak tertentu. "Pernyataan serupa itu
adalah pernyataan putus asa dan tidak bertanggung jawab", ucap
Fatwa.
Sehari setelah Ali Sadikin bicara, Menteri P & K yang juga
pernah mengutarakan sikapnya terhadap peristiwa perkelahian
itu.(TEMPO, 8 Mei), ikut sependapat dengan sikap Gubernur. Hanya
tanpa menceriterakan pengalaman remajanya, Sjarif Thajeb ketika
ditanya wartawan selesai menghadap Presiden di Cendana,
mengemukakan bahwa bila perkelahian dilakukansatu lawan satu
memang wajar dan biasa. "Tapi kalau sampai melibatkan banyak
murid sekolah itu namanya ada yang mengatur", katanya mengulang
pernyataannya beberapa minggu sebelumnya. Mzeralat anggapan
seolah-olah dia menuduh ada penunggangan dalam soal perkelahian
remaja itu, Menteri P & K mengatakan: "Saya cuma mengatakan ada
yang mengatur". Sambil menyebut angka 61 kali peristiwa yang
melibatkan 200 sekolah, Sjarif Thajeb tetap pada sikapnya.
"Demikian banyaknya masak tidak ada yang mengatur, tidak mungkin
jalan sendiri", katanya. Kalau begitu siapa?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini