Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Satu lawan satu, boleh

Gubernur dki, ali sadikin, memuji perkelahian antar pelajar sebagai wajar, asal satu lawan satu-bukan pengeroyokan. menteri p dan k menuduh perkelahian selama ini ada yang mengatur. (pdk)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ALI Sadikin sekali ini tidak marah. Bahkan dengan bersemangat Gubernur Jakarta itu menganggap peristiwa baku hantam antara pelajar yang akhir-akhir ini sering terjadi sebagai gejala yang "menggembirakan". "Kenakalan remaja seperti adanya perkelahian itu adalah wajar, malah dengan itu mereka telah menyemarakkan kehidupan", ucap Gubernur, di depan peserta Musyawarah Remaja untuk Peningkatan Da'wah, 11 Mei kemarin. "Pujian" Gubernur terhadap kegiatan kaum remajanya itu masih ditambah lagi. Katanya: "Bahkan adanya kebergajulan itu malah menunjukkan dinamikanya anak muda". Selanjutnya Ali juga mengatakan sikapnya yang tidak senang terhadap pemuda yang diam saja, yang tidak banyak bergerak. Tentu ada tetapinya. Katanya, perkelahian yang dianggap wajar adalah yang berani berhadapan satu lawan satu, bukan pengeroyokan. Yang main keroyokan dan melempar batu adalah anak-anak pengecut.Dan yang demikian itu merusak serta sudah masuk ke dalam tindak kriminil. "Jahat dan tidak bisa ditolerir", katanya dalam nada menaik. Ali Sadikin yang menilai perkelahian itu tanpa menuduh macam-macam, sempat menggambarkan masa remajanya yang banyak. diisi dengan perkelahian satu lawan satu. Seperti flash-back dalam film, Letjen Marinir itu membalik sejarah masa remajanya. "Ayah saya akan tertawa kalau saya pulang babakbelur, tetapi menang berkelahi. Sebaliknya kalau saya kalah, kepala saya dijitaknya", katanya sambil menirukan gerak ayahnya. Karena itu Ali menganjurkan kepada para remaja di kotanya agar kalau berkelahi jangan main keroyokan. Kalau ada seorang murid dari satu sekolah rebutan pacar dan sakit hati dengan murid dari sekolah lain, melapor saja ke ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Nanti biar para ketua OSIS masing-masing berhubungan dan mengatur perkelahian antara murid yang bersengketa itu. Boleh dengan saksi. Bahkan Gubernur akan mengizinkan Gelanggang Remaja dipakai untuk arena perkelahian. "Tetapi kalau perkelahian sudah selesai, persoalannya harus sudah dianggap selesai, tidak ada buntut keroyokan", katanya. Meskipun nampaknya seperti bergurau, sikap Ali Sadikin memang sangat menarik. Apalagi peristiWa baku-hantam ramai-ramai itu menurut drs. H.AM Fatwa, Ketua Umum Kordinator Da'wah Islam (KODI) telah menunjukkan angka naik yang sangat menyolok. Kalau selama 1975 terjadi tak kurang dari 40 peristiwa perkelahian remaja, maka jumlah yang sama telah terjadi pada triwulan pertama tahun ini. Yang perlu dilakukan, demikian Fatwa, adalah mencari sebab-sebab perkelahian dan-tidak bijaksana kalau cepat-cepat mencari kambing hitam dengan menyatakan penunggangan oleh fihak-fihak tertentu. "Pernyataan serupa itu adalah pernyataan putus asa dan tidak bertanggung jawab", ucap Fatwa. Sehari setelah Ali Sadikin bicara, Menteri P & K yang juga pernah mengutarakan sikapnya terhadap peristiwa perkelahian itu.(TEMPO, 8 Mei), ikut sependapat dengan sikap Gubernur. Hanya tanpa menceriterakan pengalaman remajanya, Sjarif Thajeb ketika ditanya wartawan selesai menghadap Presiden di Cendana, mengemukakan bahwa bila perkelahian dilakukansatu lawan satu memang wajar dan biasa. "Tapi kalau sampai melibatkan banyak murid sekolah itu namanya ada yang mengatur", katanya mengulang pernyataannya beberapa minggu sebelumnya. Mzeralat anggapan seolah-olah dia menuduh ada penunggangan dalam soal perkelahian remaja itu, Menteri P & K mengatakan: "Saya cuma mengatakan ada yang mengatur". Sambil menyebut angka 61 kali peristiwa yang melibatkan 200 sekolah, Sjarif Thajeb tetap pada sikapnya. "Demikian banyaknya masak tidak ada yang mengatur, tidak mungkin jalan sendiri", katanya. Kalau begitu siapa?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus