Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu jenis ragam disabilitas yang cukup banyak dijumpai di Indonesia adalah disabilitas intelektual. Jenis ragam disabilitas ini berbeda dengan jenis ragam disabilitas mental psikososial. Peneliti dan psikiatris Jeremy Turk dalam buku ‘Intellectual Disabilities and Their Comorbidities’ memaparkan bahwa disabilitas intelektual mengacu pada gangguan umum pada fungsi intelektual yang muncul sejak dini dan terjadi dalam jangka panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Gangguan ini dapat berupa kelambatan dalam perkembangan dengan tingkat akhir fungsi intelektual (retardasi) yang jauh lebih rendah dari rata-rata dalam proses perkembangan yang disebut gangguan kualitatif,” tulis Turk, seperti yang dikutip dari buku Intellectual Disabilities Their Comorbidities, Selasa 19 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Disabilitas intelektual sering dikaitkan dengan gangguan fungsional dalam keterampilan sosial, adaptif, dan keterampilan hidup penting lainnya. Gangguan ini membuat individu bergantung pada orang lain, sampai pada tingkat tertentu.
World Health Organisation dan Asosiasi Psikiatris Amerika memberikan beberapa kriteria diagnosa yang dapat menunjukkan kondisi seseorang mengalami disabilitas intelektual. Pertama mengacu pada fungsi intelektual yang dapat diukur dari tes psikometrik standar. Menurut standar Psikometrik International Common Disease seseorang memiliki skor IQ tidak lebih dari 70 untuk disebut sebagai penyandang disabilitas intelektual atau keterbelakangan mental.
Lantaran itu, disabilitas intelektual dapat terbagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan pengukuran IQ kasar. Pembagian tersebut adalah disabilitas intelektual ringan (setara dengan perkiraan IQ 50–70), disabilitas intelektual sedang (perkiraan IQ 35–50), disabilitas intelektual parah (perkiraan IQ 20–35) dan disabilitas intelektual sangat parah (perkiraan IQ kurang dari 20 poin IQ).
Sebagian besar penyandang disabilitas intelektual memiliki karakter yang muncul dalam tampilan fisiknya. Beberapa karakteristik penampilan yang muncul antara lain, seperti karakteristik wajah pada penyandang down syndrome, wajah anggur port yang menunjukkan hemangiomata kavernosa intrakranial pada sindrom sturge, penampilan wajah seperti peri pada sindrom williams. Ada pula gaya berjalan ataksik tersentak-sentak dan mulut terbuka pada sindrom Angelman, serta kelonggaran ligamen yang meluas dan hipermobilitas sendi yang sering disaksikan pada sindrom X.
Kondisi disabilitas intelektual dikaitkan dengan berbagai peningkatan komplikasi dan kebutuhan. Ini termasuk aspek fisik, psikiatris, sosial, linguistik, finansial, ekonomi, politik dan yang paling penting aspek perkembangan saraf. Masalah sensorik juga lebih sering terjadi pada orang dengan disabilitas intelektual daripada mereka yang memiliki kecerdasan rata-rata, khususnya kesulitan visual dan pendengaran.
Pilihan Editor: Colin Farrell Dirikan Yayasan Sosial untuk Anaknya Penyandang Disabilitas Intelektual
CHETA NILAWATY