Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Si Lembar Di Selat Lombok

Km lembar menggantikan kapal-kapal tua, menghubungkan lombok-bali. mataram akan dijadikan pangkalan ferry untuk lombok-ntt, lombok-sumbawa, lombok-ntt. di ntb, cuma 4 pelabuhan yang ber-skp menhub. (dh)

30 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAPAL ferry jenis roll on roll off bernama Km. Lembar yang tubuhnya bersusun tiga. Selain mampu mengangkut penumpang dalam jumlah di atas 100 orang kapal ini juga mampu memuat 12 mobil. Km Lembar sudah lebih satu bulan beroperasi menyibak laut selat Lombok. Dengan kehadiran ferry ini, kegiatan pelayaran lokal yang menghubungkan pulau Lombok dengan pulau Bali jadi makin ramai. Dalam suasana laut tidak bergelombang, jarak sejauh 32 mil antara Lombok - Bali ini mampu ditempuh Km. Lembar dalam tempo tak lebih dari 3 jam. Tapi kalau musim barat tiba dan perut laut tiap sebentar menggelembung, waktu yang 3 jam itu terpaksa mulur sampai 2 atau 3 jam lagi. "You tentunya memaklumi, betapa ganasnya gelombang laut di selat Lombok ini. Sudah berapa jumlah kapal yang terpaksa terkubur di dasar laut, atau hanyut ke samudera Indonesia karena tak mampu menentang gelombang. Jangan lagi bicara soal perahu dan sampan-sampan nelayan", kata seorang petugas pelabuhan yang sering berlayar di selat Lombok. Kapal-Kapal Tua Tadinya, sebelum ferry Km. Lembar yang berkecepatan 10,6 knot ini muncul. selat Lombok uma dihiruk-pikukkan oleh kapal-kapal tua berukuran mini terbuat dari kayu, motor boat, LCM yang juga sudah tua, dan sebuah ferry swasta bernama Km. Kuda Putih berukuran 150 ton yang sering-sering mogok. Kapal-kapal tua ini secara bertahap akan digeser ke selat Alas antara p. Lombok dan p. Sumbawa yang lebarnya lebih kurang 20 mil. "Untuk kemudian, nantinya kegiatan pelayaran antar-pulau di selat Lombok hanya akan dilakukan oleh kapal-kapal ferry saja", ucap Mayor (Laut) Oetji Sanusi kepada TEMPO. Selanjutnya, deputy Kedapel IV NTB itu mengatakan, bahwa pelabuhan Lembar yang letaknya 20 kilometer dari Mataram, nantinya akan ditetapkan sebagai pangkalan ferry, yang bukan saja untuk penyeberangan antara Lombok-Bali, tapi juga untuk menghubungkan Lombok - Sumbawa dan Lombok - NTT. Untuk itu, lanjutnya, pelabuhan Lembar akan terus dibenahi sambil melengkapi fasilitasnya. Saat ini jumlah pos penjagaan di pelabuhan ini masih sangat kurang. Begitu juga rambu-rambu suar yang ada selama ini cuma berfungsi sebagai penuntun kapal di siang hari saja. Belum ada untuk malam hari. Ditambah lagi belum dimilikinya peta alur pelab uhan selama ini. Akan halnya ferry Km. Lembar yang kini rajin hilir mudik di selat Lombok ini, menurut keterangan beberapa orang penumpang, masih terasa oleng, padahal suasana laut tenang-tenang saja. Mereka menilai kelebihan ferry Km Lembar ini daripada Km. Kuda Putih dalam soal perlengkapan dan fasilitasnya yang cukup aduhai. Di seluruh NTB sekurangnya terdapat 8 buah pelabuhan laut. Namun yang resmi ditunjuk berdasarkan SKP Menhub cuma 4: Ampenan dan Lembar di p. Lombok, dan Badas dan Bima di p. Sumbawa. Tapi di antara yang 4 dan ber-SKP Menhub itu kini cuma tinggal tiga, yaitu Lembar - Badas dan Bima. Sedangkan Ampenan, sejak beberapa tahun terakhir ini praktis sudah tak lagi berfungsi sebagai pelabuhan bongkar muat. Karena dalam setahunnya ia cuma mampu berfungsi selama 6 bulan saja, yaitu manakala angin musim barat yang juga beroperasi selama 6 bulan tiap tahun itu mengucapkan selamat tinggal kepada selat Lombok. Dengan kata lain, di musim barat kegiatan bongkar muat di pelabuhan Ampenan ini praktis lumpuh. Kini Ampenan berubah jadi sebuah pelabuhan yang sepi dari kegiatan pelayaran umum. Cuma sesekali saja disinggahi kapal, itu pun kapal milik Pertamina. Dan pantainya kini cuma diramaikan oleh perkampungan nelayan, sementara jembatan pelabuhan yang menjorok ke laut tinggal berupa kerangka besi tua yang dibiarkan berkarat. Di antara Lembar, Badas & Bima, yang paling memenuhi syarat sebagai pelabuhan bongkar muat untuk kegiatan perdagangan umum mulai dari antar pulau -- ekspor dan impor adalah Lembar yang dasar lautnya sudah dikeruk tahun 1971 yang lalu. Sedangkan pelabuhan Badas, cuma terbatas untuk kegiatan perdagangan antar pulau, sementara pelabuhan Bima dibikin khusus sebagai pelabuhan untuk pengiriman ternak dari pulau Sumbawa. Mengenai kegiatan bongkar muat di pelabuhan Lembar dalam semester I tahun 1976 ini, menurut Oetji Sanusi, tidak naik dan juga tidak turun. Yaitu sebanyak 2945 ton hasil bumi dan 530 ekor ternak. Penumpang yang turun sebanyak 1499 orang dan yang berangkat 997 orang. "Kegiatan perdagangan sedang lesu", kata Oetji Sanusi. Terutama perdagangan ekspornya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus