DI Sumatera Barat ada istilah "pedagang pekan ke pekan", yaitu
pedagang-pedagang yang berjualan dari sebuah negari ke negeri
lain waktu hari pasar. Pedagang-pedagang ini umumnya tidak punya
modal sendiri. Ini menarik perhatian Gubernur Sumatera Barat drs
Harun Zain. Hingga, 4 tahun lalu ia memberi tugas kepada APDN
Bukittinggi untuk meneliti kemungkinan memberi bantuan kepada
pedagang-pedagang kecil di negari-negari itu. Drs Hasbi (kini
Direktur APDN Bukittinggi) dipercayakan menggarap
proyek-percontohan Lumbung Pitih Negari dengan modal Rp 5 juta.
Lalu ia mendirikan 10 buah LPN dengan modal pertama berupa
pinjaman Rp 500.000 dari Pemerintah Daerah Sumatera Barat, untuk
tiap UN.
Bagaimana hasilnya. Tampaknya LPN yang ditangani APDN
Bukittinggi tersebut berkenan di hati Harun Zain. Maka 30 Maret
1974 ditandatanganilah sebuah Surat Keputusan No. 431GSBI 1974
tentang pembentukan Lumbung Pitih Negari. Sejak itu jumlahnya
bertambah 130 buah LPN lagi.
Dan bila 10 buah LPN proyek APDN Bukittinggi sampai sekarang
masih dibina oleh APDN, 130 buah LPN yang baru tersebut langsung
dibina dan dikendalikan Kantor Gubernur. LPN memberi kesempatan
pada tiap anggotanya mendapatkan kredit sebanyak Rp 10.000,
bunga 10% dengan jangka waktu pinjaman 15 hari. Bunga yang 10%
disimpan pada LPN sebagai tabungan milik peminjam. Sanggupkah
mereka mengembalikan kredit tersebut? Menurut Sutan Basyaruddin
anggota Pembina LPN Tk I Sumatera Barat "umumnya peminjam
mengembalikan pinjaman pada waktunya". "Kalau ada juga yang
menunggak sedikit sekali dan cepat bisa diselesaikan".
Karena prosedurnya yang tidak ruwet, LPN bisa memenuhi keperluan
pedagang kecil di desa-desa. Ini diakui Bupati Pesisir Selatan
drs Abrar dan Bupati 50 Kota Burhanuddin PT. Menurut ke dua
Bupati itu, "banyak negari-negari yang meminta supaya dapat
mendirikan LPN". Menurut Bupati Burhanuddin PT, modal pertama
yang dipinjamkan Pemerintah Propinsi sebaiknya dinaikkan menjadi
Rp 1 juta. Ini ditanggapi Sutan Basyaruddin, "dana yang
disediakan untuk LPN ini dalam APBD terbatas". Dalam tahun 1976
hanya dapat didirikan 50 buah LPN baru. Dengan demikian sekarang
baru ada 190 buah negari yang punya LPN, sedangkan jumlah negari
di Sumbar 543 buah. Sementara itu ada pula negari yang sudah
mendirikan Lumbung Padi Negari.
Lebih Sukses
Banyak pejabat di Padang dan ibukabupaten mengatakan LPN lebih
sukses dibanding KUD/BUUD. "Barangkali karena Lumbung Pitih
sudah berakar dalam masyarakat, prosedur dan administrasinya
mudah serta keuntungannya jelas dirasakan", kata seorang Bupati.
Mungkin dia benar. Seperti dibuktikan di Negari Manggilang dalam
Kabupaten 50 Kota yang tahun ini dinyatakan sebaai LPN terbaik
di Sumbar. Dalam waktu 2 tahun LPN Manggilang telah berhasil
mengembalikan modal pertama Rp 500.000 yang dipinjamkan
Pemerintah Daerah dan sekarang punya modal sendiri Rp 1,2 juta
serta akan ditambah Rp 200.000 lagi hadiah dari Gubernur. Upaya
membina LPN ini rupanya menitikkan liur kalangan Bank
Pembangunan Daerah yang kini banyak punya anak perusahaan dan
dalam praktek berfungsi sebagai bank umum. "BPD ingin ikut",
ujar seorang penjabat di Kantor Gubernur, "tetapi masih
dicarikan perumusan bagaimana bentuk dan sifat ikutnya BPD itu".
Orang sana bilang ini namanya, "menunggang kuda pandai".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini