HARI H sudah ditentukan. Penyerbuan itu direncanakan akan dimulai pekan depan. Sang komandan, Laksamana Sudomo, pun sudah siap. Pasukan Brigade 357 yang akan dikomandoinya sudah menyatakan siaga satu. Mereka ini pasukan istimewa: siap menghadapi setiap kemungkinan yang bersifat mendadak, masalah banjir, penanggulangan sampah, menertibkan antre karcis di Stasiun Gambir atau yang lain. Jangan salah paham, ini bukan cerita perang. Brigade berkekuatan 600 personel itu bukan pasukan tempur yang berani mati. Tapi pasukan yang disiapkan khusus oleh Departemen Tenaga Kerja guna mengajak masyarakat tertib dan disiplin. Misalnya dalam hal naik-turun kendaraan umum. Mereka akan menyerbu dan mengamankan Stasiun Senen, Gambir, beberapa terminal bis dan halte-halte sepanjang Jalan Jenderal Sudirman-Thamrin-Gatot Subroto, awal pekan depan. Otak di balik rencana penyerbuan itu, tentu saja, Menaker Sudomo. Bekas Pangkopkamtib itu sekarang bertekad meningkatkan disiplin nasional. "Kami akan mencoba memperkenalkan budaya tertib dan disiplin kepada masyarakat," kata Pandji Deny, Kepala Pusat Produktivitas Nasional, Depnaker. "Palin tidak, yah, selama masa kampanye ini. Sebagai bakti sosial." Sudomo yakin, disiplin termasuk unsur penting yang mengarah pada produktivitas seseorang. Untuk peningkatan itu, Depnaker mencanangkan bulan produktivitas nasional pada Agustus ini. Kegiatan lain adalah peninjauan ke berbagai perusahaan dan mengadakan seminar manajemen dengan mengetengahkan ihwal Gugus Kendali Mu tu (GKM) atau bisa juga disebut Pusat Pengendalian Kualitas. Untuk membangkitkan keikutsertaan masyarakat itulah kampanye produktivitas itu diadakan secara nasional. Presiden Soeharto sendiri, dalam amanatnya di depan peserta konvensi nasional Gugus Kendali Mutu dan kampanye produktivitas nasional di Istana Negara, Kamis pekan lalu, menegaskan, peningkatan produktivitas akan meningkatkan hasil produksi secara keseluruhan, dan itu akan semakin mendorong lajunya pembangunan. Menurut Kepala Negara, peningkatan produktivitas harus dilihat sebagai tanggung jawab bersama dan perlu diyakini sebagai kepentingan bersama. Ini menyangkut pengembangan manusia sebagai sumber daya dan pembangunan bangsa dalam arti luas. Untuk itu, upaya mesti dilakukan di segala bidang, termasuk sikap yang menghargai tinggi terhadap kerja, disiplin diri yang kuat, dan semangat berprestasi yang tidak pernah kendur. Upaya meningkatkan disiplin, kata Sudomo, bisa dimulai dari bawah. Misalnya dengan antre naik bis. "Ini merupakan pencerminan sikap disiplin," katanya. Apakah kampanye produktivitas nasional nanti itu akan dengan serta merta bisa membuat manusia Indonesia tertib antre, misalnya? "Kampanye sekarang ini mungkin hasilnya baru bisa dirasakan dua puluh sampai tiga puluh tahun mendatang," jawab Sudomo. Agus Basri, Laporan Putut Tri Husodo (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini