Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Jawa Barat periode 1970-1975 Solihin GP (Gautama Purwanegara) meninggal di Bandung pada Selasa dini hari, 5 Maret 2024 pukul 03.08 WIB. Pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) itu wafat di usia 97 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Beliau meninggal di Rumah Sakit Advent Bandung,” kata Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi DPKLTS Taufan Suranto, Selasa, 5 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia meninggal di Rumah Sakit Advent Bandung dan akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung pada Selasa, 5 Maret 2024 pukul 13.30 WIB.
Tokoh Jawa Barat yang juga merupakan salah satu kepercayaan Presiden Soeharto itu pernah menjabat sebagai anggota MPR pada 1998 tetapi lengser setelah Reformasi. Jabatannya yang paling terkenal adalah Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalopbang), sebuah jabatan yang masih dipertahankan di masa pemerintahan BJ Habibie setelah Soeharto lengser pada 1998. Ia menjabat sebagai Sesdalopbang dari 1977 hingga 1992.
Sebagai Sesdalopbang, tugasnya adalah membantu Sekretaris Negara dalam memberikan dukungan staf dan administrasi sehari-hari kepada Presiden dalam menyelenggarakan pengendalian operasional pembangunan, serta bertanggung jawab pada Sekretaris Negara.
Tugasnya juga meliputi mengawasi arah pembangunan nasional, seperti yang dilakukan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) di masa pemerintahan Presiden SBY.
Profil Solihin GP
Solihin GP lahir pada 21 Juli 1926. Ia lahir dari pasangan Haji Abdulgani Poerwanegara dan Siti Ningrum. Berasal dari keluarga menak atau priyayi Sunda, dia berkesempatan sekolah hingga tingkat menengah tinggi di Tasikmalaya.
Dia juga sempat menjadi pejuang semasa sekolah pada saat Agresi Militer Belanda pertama pada 1947. Selain berperang melawan Belanda, Solihin GP juga ikut serta dalam melawan pemberontakan PKI di Madiun pada 1948 dan kemudian DI/TII.
Saat menjadi Asisten II Kodam Siliwangi, dia pernah mengalami kejadian di mana dia dimarahi dan diludahi oleh warga karena dianggap tidak berhasil menghadapi DI/TII yang mengorbankan masyarakat. Kejadian itu menjadi bagian dari evaluasi kekalahan tentara Siliwangi, hingga strategi perangnya diubah menjadi perang rakyat semesta.
Ia memulai karirnya sebagai militer di Tentara Keamanan Rakyat pada masa revolusi. Setelah itu, ia melanjutkan dinas di TNI AD dan mencapai jabatan tertinggi sebagai Gubernur Akabri (1968-1970) setelah menjabat sebagai Pangdam Hasanuddin di Makassar dari 1964 hingga 1968.
Pada 1970 hingga 1975, Solihin GP menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, dan pada 1977 hingga 1992, ia dipanggil oleh Soeharto ke Jakarta untuk menjabat sebagai Sesdalopbang. Setelah itu, ia menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai 1977 dan kemudian masuk MPR.
Solihin GP juga dikenal sebagai pendiri lembaga nirlaba Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS).
Solihin GP kemudian diangkat sebagai Gubernur Akabri Darat pada 15 Juli 1968 pada usia 42 tahun. Sebelum pensiun dari jabatannya, Presiden Soeharto kemudian menunjuknya sebagai Gubernur Jawa Barat pada 1970. Saat itu, dia bersaing untuk membangun daerah dengan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, terutama di wilayah perbatasan sekitar Ibukota.
ANANDA BINTANG I YUDONO YANUAR I ANWAR SISWADI
Pilihan Editor: Solihin GP Wafat, Jusuf Kalla: Beliau Pejuang Bangsa