Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BADAN Gizi Nasional (BGN) secara resmi memulai program makan bergizi gratis atau MBG di 26 provinsi pada Senin, 6 Januari 2025. Kepala Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat BGN Lalu Muhammad Iwan Mahardan mengatakan para siswa sekolah menjadi prioritas pertama pemberian MBG pada Januari 2025.
Ada sekitar 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG yang beroperasi untuk menyediakan makanan bergizi buat anak-anak sekolah dan ibu hamil dalam program unggulan Presiden Prabowo Subianto itu.
Pelaksanaan program yang menelan anggaran Rp 71 triliun hingga Juni 2025 itu mendapat beragam tanggapan dari berbagai kalangan.
Dewan Ekonomi Nasional: Efektivitas MBG Perlu Evaluasi
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan efektivitas program MBG masih membutuhkan evaluasi. Dia mengingatkan program ini baru berjalan sepekan, tetapi dia memastikan akan terus memantau perkembangan MBG, termasuk mengidentifikasi masalah agar bisa menemukan solusi yang tepat sasaran.
Luhut mencontohkan salah satu yang dievaluasi dari pelaksanaan MBG adalah upah bagi sumber daya manusia (SDM) yang terlibat dalam program itu. Di satu sisi, gaji pegawai tidak bisa dipatok terlalu tinggi mengingat kemampuan mitra pemberi kerja. Tetapi, di sisi lain, pegawai juga tidak bisa menerima upah yang terlalu rendah karena kebutuhan ekonomi mereka.
Dia juga menyebutkan produktivitas pegawai juga menjadi salah satu masalah yang perlu diatasi dalam implementasi program MBG. “Jadi ada masalah human capital (modal manusia), dan ini perlu kita perbaiki,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 9 Januari 2025.
Namun Luhut mengingatkan masyarakat bisa melihat keseimbangan dari program. Meski masih ada hal yang perlu dievaluasi, manfaat program juga tak bisa diabaikan. Misalnya, program MBG mendorong perputaran aktivitas ekonomi di desa, karena masyarakat setempat diberdayakan mengolah makanan yang akan dibagikan ke pelajar. Dia juga berpendapat siswa yang menerima MBG menikmati makanan yang disediakan.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota DEN Arief Anshory Yusuf menambahkan program ini sangat progresif dalam konteks redistribusi. Contohnya, setiap anak mendapat Rp 10 ribu per hari. Jika sebuah keluarga memiliki dua anak, maka totalnya Rp 20 ribu per hari. Jika dihitung untuk 20 hari, jumlahnya mencapai Rp 400 ribu.
Perhitungan itu pun berdampak pada ekonomi rumah tangga untuk jangka menengah. Rumah tangga yang sedang kesulitan ekonomi bisa terbantu dari penghematan pengeluaran yang ditopang oleh MBG.
“Walaupun ini sifatnya universal, sangat progresif karena secara langsung meningkatkan distribusi pendapatan (directly income distribution improve),” kata Arief.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin: MBG Upaya Tangani Satu dari Tiga Isu Kesehatan
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan beragam polemik atas program MBG sejak hari peluncuran perdananya wajar terjadi mengingat program itu baru saja diluncurkan.
“Kalaupun kurang-kurang sedikit, namanya juga baru launching pertama kali. Nanti kita perbaiki lah,” ucap Budi menanggapi pertanyaan wartawan ketika ditemui di kantornya di Jakarta Selatan, Kamis.
Budi mengatakan pihaknya mengapresiasi upaya pihak-pihak di luar kementeriannya dalam mengatasi tiga isu kesehatan di Indonesia, yaitu kecukupan gizi, polusi udara dan sanitasi.
Menurut Budi, BGN melalui program MBG turut membantu dalam meningkatkan gizi dengan memenuhi nutrisi masyarakat Indonesia. Budi juga menilai langkah-langkah yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) untuk mengurangi polusi dapat membuat udara lebih bersih dan meningkatkan status kesehatan.
“Kalau misalnya Menteri PU, sanitasinya bersih, saya juga akan lebih senang. Infeksinya, bakterinya kurang," kata Budi.
Mantan Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menyebutkan penyelesaian ketiga isu kesehatan tersebut di luar otoritas Kemenkes, sehingga dia mengapresiasi apabila pihak-pihak lain turut berkolaborasi sehingga kesehatan publik dapat meningkat.
Mendikdasmen Abdul Mu’ti: MBG Harus Jadi Bagian dari Pendidikan Karakter
Adapun Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti ingin memperkuat Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) lewat program MBG.
“Selain untuk pendidikan karakter, makan bergizi gratis ini di sekolah juga menjadi bagian dari upaya kami memperkuat program Usaha Kesehatan Sekolah atau sekolah sehat,” kata dia saat ditemui di Kantor Kemendikdasmen pada Selasa, 7 Januari 2025.
Abdul Mu’ti berencana menyelenggarakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk memantau kesehatan siswa. Di antaranya mengukur tinggi badan siswa, berat badan, dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik. Dia membuka peluang untuk kembali bekerja sama dengan BGN dalam menjalankan rencana ini.
“Mudah-mudahan ini bisa menjadi bagian dari ikhtiar kita bersama untuk membangun generasi yang sehat jasmani. Mungkin nanti setelah ini akan ada kegiatan yang mungkin bisa kita selenggarakan sendiri atau bersama dengan BGN untuk mengukur kesehatan mereka (siswa),” kata dia.
Abdul Mu'ti juga telah memperkenalkan kebijakan baru, Pagi Ceria, yang bertujuan mendukung kesehatan siswa. Kebijakan ini dia sampaikan saat melakukan kunjungan kerja dan menjadi pembina upacara di SMAN 3 Semarang pada Senin, 6 Januari 2025.
Kegiatan dari program Pagi Ceria ini meliputi Senam Anak Indonesia Hebat, menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, dan doa bersama. Berdasarkan pantauan yang dilakukan Kemendikdasmen, kata Abdul Mu'ti, lebih dari 8 ribu sekolah sudah melaksanakan Senam Indonesia Sehat.
Hanin Marwah, M. Rizki Yusrial, dan Antara berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini