Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tolak Proyek Bandara NYIA Kulon Progo, Massa Bakar Pos Polisi

Unjuk rasa menolak pembangunan Bandara NYIA di Yogyakarta berakhir rusuh. Massa membakar pos polisi.

1 Mei 2018 | 18.06 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sekelompok massa membakar kantor polisi di pertigaan UIN Sunan Kalijaga Yogya dalam unjuk rasa menolak bandara baru, 1 Mei 2018. TEMPO/Pribadi Wicaksono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa menolak pembangunan Bandar Udara New Yogyakarta International Airport atau NYIA di simpang Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa, 1 Mei 2018, berakhir rusuh.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Unjuk rasa yang dilakukan Gerakan Aliansi Mahasiswa 1 Mei (Geram) itu diikuti seratusan massa. Mereka memblokade lalu lintas Jalan Solo-Yogyakarta sejak pukul 15.00. Massa kemudian membakar dan merusak pos polisi, yang persis berada di persimpangan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Massa juga merusak berbagai fasilitas rambu jalan, mematahkannya, lalu membuangnya ke tengah jalan.

Tak hanya itu, massa yang rata-rata mahasiswa itu mencoba melemparkan bom molotov ke arah toko waralaba KFC dan pusat handphone di pertigaan itu, yang akhirnya membuat warga kampung Papringan, Kelurahan Catur Tunggal, Depok, Sleman, yang ada di belakang pertokoan itu, mulai keluar. Warga marah karena takut terimbas unjuk rasa itu.

“Kami meminta pemerintah segera menghentikan bandara baru, pembangunan bandara menyengsarakan rakyat,” ujar seorang aktivis yang tak mau disebut namanya. Bandara NYIA yang sedang dibangun di Kulon Progo itu menuai penolakan dari masyarakat terdampak. Lahan yang terkena proyek Bandara NYIA itu sebagian merupakan lahan pertanian milik petani. Petani sangat bergantung pada bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Meski protes telah dilakukan, pemerintah tetap meneruskan rencana pembangunan Bandara NYIA. Menurut peserta aksi tadi, pembakaran pos polisi itu dinilai sebagai bentuk protes atas pembangunan Bandara NYIA, yang selama ini tak pernah didengarkan.

Selama aksi itu, kelompok massa menantang polisi yang mulai berdatangan. Mereka tak gentar dan malah melemparkan petasan ke arah polisi sambil terus menyulut molotov untuk membesarkan api yang membakar kantor polisi.

Sampai akhirnya seorang dari massa melemparkan molotov ke arah pertokoan lagi dan hampir mengenai warga kampung.

Dengan membawa tongkat gebuk mendahului polisi anti huru-hara yang belum mendapat komando membubarkan, para warga mulai merangsek mengejar kelompok massa yang terus melemparkan molotov itu. Massa aksi pun kocar-kacir ke arah selatan dan sebagian masuk ke kampus UIN Sunan Kalijaga.

Warga tetap mengejar ke dalam kampus dan menangkap satu mahasiswa, kemudian menyeretnya ke dalam kantor pos polisi, yang bekas dibakar, lalu memukulinya. Sejumlah polisi pun menghalau warga agar tak main hakim sendiri.

“Kami tak tahu ini kelompok mana karena aksi hari ini seharusnya demo buruh dan semua aman. Kenapa tiba-tiba muncul aksi ini?” ujar Kepala Polda DIY Brigadir Jenderal Polisi Ahmad Dofiri di lokasi.

Dofiri mengatakan pasukannya bahkan belum sempat bergerak ketika warga kampung mengamuk ke peserta aksi yang dinilai anarkis itu.

“Silakan demo, tapi kalau anarkis, mengganggu warga, ya, wajar warga marah. Apalagi yang mau dibakar pertokoan yang belakangnya kampung padat,” ucapnya. Ia menuturkan akan mengusut dan menindak tegas para pelaku.

Juli Hantoro

Juli Hantoro

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus