BERBEDA dengan PDI, Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
nampaknya sudah dapat mengatasi masalah-masalah intern partai.
Sikap partai ini dalam menghadapi isyu-isyu politik
setidak-tidaknya mencerminkan adanya kekompakan -- menyusul fusi
tiga tahun lalu. Ini disebabkan keempat partai yang berfusi
menjadi PPP itu sama-sama memiliki dasar yang sama, yaitu Islam.
Meskipun demikian PPP tidak berarti sudah bebas dari
pertikaian. Masalah eperti kongres, pengalihan kepemimpinan
dari generasi tua ke generasi muda, dan perebutan pengaruh
antara keempat bekas unsur partai, setiap saat bisa muncul ke
permukaan. Menghadapi hal tersebut, mereka rupanya sepakat untuk
"sementara ini mengendapkannya". Sebab sasaran yang lebih besar
menghadapi pemilihan umum -- lebih meminta perhatian PPP
tinimbang menyelesaikan soal-soal intern tersebut.
Hal tersebut jelas terasa akhir-akhir ini. Sejak bulan lalu
Dewan Pimpinan Partai yang berkantor di Jalan Diponegoro itu
kewalahan juga menerima undangan dari wilayah maupun
cabang-cabang. Tentu saja undangan itu tidah menyebut-nyebut
buat kepentingan kampanye sebab waktu untuk itu belum tiba. Tapi
bagi petugas partai yang datang dari pusat, kesempatan seperti
ini dimanfaatkan guna menjelaskan dan menjawab persoalan yang
dihadapi PPP, termasuk hambatan yang datangnya dari petugas
pemerintah setempat.
Lalu bagaimana sikap PPP menghadapi pemilu'? Team TEMPO lebih
lanjut melakukan wawancara dengan pimpinan PPP. Bertempat di
sekertariat Jalan Diponegoro, TEMPO diterima oleh Nurdin Lubis,
H. Imam Sofwan dan drs. Chalid Mawardi. Ketiga-tiganya silih
berganti menjawab wawancara. Di bawah ini jawaban mereka
* KEINGINAN MUTLAK
Tanya: Target apa yang ingil dicapai PPP dalam pemilihan umum
1977? kemenangan mutlak atau peningkatan jumlah kursi?
Jawab: Yang mutlak diinginkan tidak kepada kemenangan dan
kursinya. Tapi berhasilnya pemilu itu dilaksanakan -- mulai
dari pra-kampanye, kampanye, pelaksanaan pemilu dan
penghitungan secara benar demokratis, aman dan tertib. Untuk itu
sesungguhnya cukup kalau undang-undang pemilu dilaksanakan
benar-benar. Kami yakin bila ini dilaksanakan, golongan yang
beroleh kemenangan akan merasa lega dengan kemenangannya itu.
Bagi golongan yang tidak menang juga akan merasa lega dalam
menerima hasilnya. Sebaliknya kalau tidak jujur, golongan yang
memang bisa tetap merasa tidak kuat. Demikian juga golongan yang
memperoleh sedikit kursi, tidak puas.
T: Optimiskah PPP bahwa pelaksanaan ynlg demokratis, jujur, dan
bersih dapat dihasilkan pada pemilu mendatang?
J: Optimis atau tidak tergantung terutama pada pihak pemerintah.
Dari ucapan-ucapan kalangan pemerintah di tingkat pusat
akhir-akhir ini kelihatannya ada kemajuan. Ucapan Menteri Dalam
Negeri sendiri selaku pengendali pelaksana Pemilu cukup baik.
Hanya terus terang semakin jauh suatu daerah dari pusat,
pelaksanaan ucapan tadi makin lain. Apakah ini dikarenakan belum
sampai instruksi-instruksi tersebut, kami sendiri belum
mengetahuinya.
T: Adakah keluhan dari daerah tentang masih adanya tindakan yang
belum demokratis?
J: Bahkan mulai bermunculan. Misalnya pembentukan komisaris
partai Di Kalimantan Selatan -- kecamatan Hulu Sungai -- ada
petugas partai yang mengalami penahanan dua malam. Setelah kami
usut pihak polisi mengatakan penahanan bukan karena soal
persiapan pembentukan komisaris, melainkan karena soal lain.
Kalau pada tingkat propinsi petugas partai dan pemerintah masih
bisa mencari pemecahan soal-soal seperti ini, dengan saling
pendekatan. Tapi di daerah kecamatan dan desa antara keduanya
sukar berbicara. Pada umumnya petugas partai lebih banyak
diliputi rasa takut.
T: Apa ada kemungkinan PPP akan mengalami kenaikan jumlah pemi-
lih? Apakah penelitian sudah diadakan untuk itu?
J: Hal ini tergantung pada pelaksanaan pemilu, apakah bersih.
jujur atau tidak. Kalau kontestan hanya tiga saja, kami
optimis. Tapi kalau kita harus berhadapan dengan ABRI dan
pemerintah, itu bukan lawan yang seimbang. Apalagi bila mereka
ini apriori harus memenangkan Golkar, jelas kami tidak mungkin
menyaingi.
T: Hal-hal apa yang akan jadi tema kampanye nanti: soal
penyelundupan, ekonomi lemah, kenakalan remaja, kerukunan
beragama atau apa?
J: Kami belum sampai ke situ. Yang penting PPP akan keluar dalam
pemilu nanti untuk menegakkan demokrasi.
T: Sejauh mana fisi dalam PPP hingga saat ini? Masih adakah
perbedaan dalam arti yang prinsipil?
J: Sebagaimana saudara ketahui, fusi ini dalam bidang politik.
Pengalaman dalam tiga tahun ini menunjukkan hal-hal positif.
Artinya benar-benar satu pendapat di dalam masalah politik.
Misalnya dalam sikap menghadapi pemilu, perundang-undangan,
maupun dalam menanggapi pemerintah. Kalau masih ada
tindakan-tindakan tidak bersatu. Jelas itu tidak dalam soal
politik.
T: Ada perasaan di luar seolah-olah antara ummat dan pimpinan
partai terdapat keseniangan (gap). Partai Persatuan atau
pimpinannya tidak cepat menanggapi suara dari kalangan bawah.
Sehingga timbul tanda tanya apakah kepemimpinan sekarang
betul-betul seperti yang diharapkan ?
J: Kepemimpinan dari fusi ini memang belum seperti yang
diharapkan, dan bukan lewat sebuah kongres. Jadi kalau masih
terjadi anggapan demikian masalahnya karena belum mendapatkan
penjelasan yang kongkrit. Tapi kalau diukur dari musyawarah
nasional Dewan Partai yang lalu, PPP sudah berhasil mencetuskan
putusan-putusan yang di dalamnya juga mencakup soal-soal
politik. Kalau pun kesenjangan masih ada, kadarnya kami lihat
sudah menipis.
* UMAT TIDAK PUAS?
T: Adanya demonstrasi pemuda-pemudi Islam tentang RUU
Perkawinan di tahun 1973, apakah ini tidak menunjukkan ketidak
puasan umat kepala wakil-wakilnya yang dalam menanggapi soal
ini di DPR ?
J: Sesungguhnya kami sudah menanggapinya. Demonstrasi pemuda
Islam itu bukan karena kelambatan DPP menanggapi RUU tersebut.
Mereka justru melihat dan khawatir bahwa tanpa dorongan dari
luar, golongan Islam yang minoritas di Dewan Perwakilan Rakyat
--posisinya lemah. Demonstrasi itu sendiri terjadi tatkala
pemerintah memberi jawaban. Jadi ditujukan kepada pemerintah
bukan kepada DPR atau partai.
T: Kemungkinan kongres: bisakah dilaksanakan sebelum pemilu?
J: Munas yang lalu juga membicarakan hal ini dan menyerahkan DPP
untuk menentukan waktunya. Tentang kemungkinan dilaksanakan
sebelum pemilu tergantung apakah pemilu demokratis atau tidak.
T: Bagaimana mengukur pemilu demokratis atau tidak sebelum
terlaksana?
J: 'Kan pemilu memerlukan persiapan, seperti pendaftaran
pemilih, calon dan pengajuan-pengajuan calon serta kampanye.
Sekarang juga sudah kami lihat seperti pembentukan-pembentukan
komisaris saja mendapat kesulitan. Karena itu kami akan melihat
pelaksanaan pemilu itu tahap demi tahap. Kalau tidak demokratis,
kami lihatlah apakah persoalannya harus diselesaikan lewat
kongres. Kalau bisa diselesaikan sendiri perlu apa lagi kongres
diadakan.
T: Jadi ada kemungkinan memutuskan ikut atau tidak dalam pemilu?
J: Belum sampai ke situ. Sampai sekarang kami bertekad dan
berusaha sekuat tenaga untuk pelaksanaan dan pensuksesan
pemilu. 'Belum ada terbetik dalam benak kami untuk memikirkan
tidak ikut pemilu nanti. Kami ingatkan bahwa salah satu
keputusan munas adalah bahwa PPP akan mensukseskan pemilu yang
bebas, adil dan jujur.
T: Menurut anggapan PPP, apakah pemerintah lebih menyukai bila
kongres diadakan sebelum pemilu?
J: Kami belum mendengar hal itu. Kongres tidak sedikit
mengeluarkan biaya dan tenaga. Sehingga banyak pertimbangan yang
belum dapat menetapkan apakah kongres dilangsungkan sebelum atau
sesudah pemilu. Sekiranya tidak ada pertimbangan-pertimbangan
ini, kongres memang seharusnya diadakan sebelum pemilu.
T: Berapa banyak dana yang diperkirakan oleh PPP menghadap ke
pemilu ? Apakah pemerintah juga akan membantu kampanye?
J: Anggaran belanja untuk pemilu kami belum susun. Kami tidak
memusatkan pembiayaan di tingkat pusat. Bantuan pemerintah juga
belum ada. Dalam UU Parpol dan Golkar memang disebutkan salah
satu sumber keuangan partai dan Golkar adalah bantuan pihak
pemerintah.
T: Pemilih yang akan datang sebahagian besar terdiri dari
kalangan muda. Generasi muda sendiri nampaknya bersikap masa
bodoh terhadap kehidupan parpol atau kepada tokoh pimpinannya.
Bagaimana menghadapi ihi menurut PPP?
J: Konsep PPP yaitu akan mengajak mereka dan bilamana perlu kita
adakan diskusi bersama tentang bagaimana cara yang
sebaik-baiknya menghadapi pemilu. Kalau ada sikap apatis, itu
bisa dipahami. Sebab kadang-kadang parpol dulu tidak berfungsi
sebagai pejuang keinginan rakyat pada lembaga yang sudah
disediakan. Tapi kalau partai sudah berfungsi, kami kira tidak
ada alasan untuk bersikap miasa bodoh. Misalnya kasus KUU
Perkawinan di mana pemuda, tanpa dipanggil -- kebetulan suaranya
sama dengan fraksi PPP -- berdemonstrasi.
T: Apakah PPP yakin bisa menarik simpati mereka?
J: Kami optimis. Persoalannya menyangkut cara pendekatan dari
golongan tua terhadap golongan muda. Kalau pendekatan ini bisa
diperbaiki kami kira tidak ada masalah.
T: Kira-kira apa kehendak golongan muda tersebut? Lalu bagaimana
kontak dengan mereka diadakan?
J: Sesungguhnya tidak banyak permintaan mereka. Dalam
memikirkan masalah-masalah politik ini mereka ingin diajak
serta. Kami kira itu wajar. Selama ini pun mereka tidak
ditinggalkan. Tapi karena partai tidak berbentuk wadah federasi,
memang tidak ada wakil-wakil resmi -- misalnya dari IMI atau
PMII duduk di partai. Namun dalam kepemimpinan sekarang ada di
antara mereka yang berasal dari organisasi-organisasi golongan
pemuda ini. Kami pun sering mengadakan pertemuan dengan mereka.
Tapi hubungan cara organisatoris tidak ada.
T: Sikap dalam menghadapi RUU Perkawinan antara lain juga
disebabkan karena perasaan kuat beragama Islam. Apa ini juga
akan jadi salah satu alasan menarik mereka dalam pemilu?
J: Itu tergantung pada apa yang diperbuat partai saat ini.
Apakah orang bisa menaruh harapan pada partai atau tidak. Sebab
orang memilih tidak karena Islam saja, tapi dia juga yakin bahwa
ia menaruh harapan pada partai pilihannya.
T: Menurut penilaian PPP apakah pemuda akan bersikap apatis
atau tidak pada pemilu nanti?
J: Kami belum tahu, sebab penelitian tidak pernah dilakukan
untuk itu.
* BUNUH DIRI
T: Bagaimana sistim pencalonan ? Mungkinkah timbul
perbedaan-perbedaan, atau sudah diatur menurut persentase
besarnya unsur-unsur dalam PPP?
J: Kemungkinan timbulnya perbedaan itu tetap ada. Kami kira
masing-masing toh sudah mengetahui keadaannya. Misalnya di
daerah di mana punya mayoritas pemilih. Kalau diajukan daftar
nama A untuk daerah tersebut, itu kan namanya bunuh diri. Hal
ini -- yang belum bisa dihindarkan -- akan menjadi perhatian
kami, meskipun bukan merupakan titik-tolak utama. Namun
demikian calon yang diajukan hendaknya tidak terlepas dari soal
mutu, sikap perjuangannya, dan bisa diterima oleh semua.
T: Apa ini tidak lebih repot dibanding tahun '71?
J: Memang ini kerepotan yang tak bisa dihindarkan. Tapi lebih
kecil dibanding kerepotan sewaktu masing-masing -- NU, PSII,
Perti, dan PMI -- maju sendiri. Waktu itu kami saling hantam di
forum terbuka.
T: Apakah tidak akan timbul keluarnya peraturan berisi daftar
sejumlah tokoh-tokoh yang tidak boleh dipilih?
J: Itu mungkin saja terjadi. Ini juga kita bicarakan sewaktu
membahas RUU pemilu. Sudah menjadi konsensus bahwa yang berhak
menyaring calon itu hanya partai sendiri. Dan seorang calon
apabila sudah memenuhi syarat sebagaimana tertera dalam UU,
tidak ada alasan dibatasi untuk tampil.
T: Kelihatannya bapak-bapak ini tenang-tenang saja. Apa ini
menunjukkan optimisme?
J: Yang kita menangkan sebetulnya prinsip sebagaimana kami
katakan dari awal wawancara ini. Dengan kata lain PPP tidak
menginginkan lagi, bahwa rakyat Indonesia -- yang baik hati ini
mengalami nasib seperti menghadapi Pemilu '71.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini