Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Pasar Tanahabang, Jakarta Pusat, salah satu sentra ekonomi tempat tumbuhnya para preman, kutipan liar kepada para pedagang masih berlangsung. Bus, mikrolet, dan kendaraan umum lain yang lalu-lalang terus saja dimintai uang. Di berbagai tempat, jumlah “polisi cepek”—anak-anak muda yang mengutip uang jasa pengaturan lalu lintas—tak kunjung surut. Preman memang jadi problem klasik yang dihadapi Kota Jakarta. Dan Ibu Kota tak juga menjadi lebih aman kendati operasi pemberantasan preman oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta hampir sebulan berlalu.
Rentang aksi preman terbilang luas, dari teror dan kekerasan yang menyertai konflik politik, pencopetan, penodongan, hingga kutipan Rp 500-Rp 1.000 setiap kali preman “membantu” kita mencarikan taksi. Responden jajak pendapat TEMPO umumnya mengaku pernah diganggu preman.
Pada mulanya preman adalah kata yang bernilai netral (preman berasal dari kata freeman yang artinya orang bebas). Belakangan, seiring denga merosotnya ekonomi, preman telah menjadi profesi sendiri yang punya nilai ekonomi bagi pelakunya. Carut-marutnya sengketa utang-piutang yang diakibatkan oleh krisis ekonomi dan remuknya sistem perbankan melahirkan preman penagih utang yang mahir menebar teror. Para pejabat Orde Baru yang menjadi musuh publik tiba-tiba merekrut preman sebagai pengawal.
Ketika aksi demonstrasi menentang keluarga Soeharto sedang marak, para preman pula yang tampak berjaga-jaga di rumah Keluarga Cendana. Preman, dalam beberapa kasus, juga dipakai oleh para pengacara untuk memperkuat tekanan mereka terhadap lawan sengketa. Kunci penyelesaian preman sejatinya terletak pada penegakan hukum. Maka, lunglainya hukum—secara tak langsung—memberi pembenaran terhadap aksi main hakim sendiri oleh para preman.
Jika hal ini terus terjadi, akan lahir hukum rimba: yang menang adalah yang berotot. Menurut responden TEMPO, para preman tingkat bawah, yang gemar menakut-nakuti para pedagang sayur di pasar, mesti diberi kesempatan menjalankan profesi lain. Jika terus membandel, mereka harus ditindak. Di sini, peran pemerintah menjadi penting. Pembinaan preman secara sistematis dan penegakan hukum akan membuat para freeman tak perlu lagi bertumbangan di tangan para penembak misterius—seperti yang terjadi pada era 1980.
Bagaimanapun, preman adalah manusia: kejahatannya tetap perlu dibuktikan di muka hukum.
Arif Zulkifli
Apakah Anda pernah berurusan dengan preman? | |
Tidak pernah | 63,4% |
---|---|
Pernah% | 37,6% |
Selama ini apakah Anda merasa diuntungkan atau dirugikan oleh preman? | |
Dirugikan | 89,7% |
Diuntungkan | 9,3% |
Dalam kasus apa Anda diuntungkan oleh preman?* | |
Membantu saya di jalan raya | 66,7% |
Menjaga rumah/toko/ tempat usaha saya | 38,9% |
Menjadi pengawal pribadi/pengawal keluarga saya | 33,3% |
Membantu menagihkan piutang saya | 5,6% |
* Responden boleh memberikan lebih dari satu jawaban | |
Dalam kasus apa Anda dirugikan oleh preman?* | |
Preman menodong/mencopet/merampok saya................51,4% | 51,4% |
Mengganggu saya ketika berlalu lintas (polisi cepek dll.).....49,7% | 49,7% |
Mengganggu saya ketika berjalan kaki (dicolek, dilecehkan dll.).................33,5% | 33,5% |
Meminta uang untuk jasa keamanan.......................... 26% | 26% |
Preman dipakai orang lain untuk menagih utang pada saya | 1,2% |
* Responden boleh memberikan lebih dari satu jawaban | |
Siapakah preman itu sebenarnya? | |
Sampah masyarakat yang perlu dibasmi | 64,3% |
Korban ketimpangan ekonomi yang perlu diselamatkan | 34,7% |
Tidak tahu | 1% |
Bagaimana persoalan preman sebaiknya diatasi?* | |
Menjebloskan preman ke penjara sesuai dengan kesalahannya | 62,2% |
Memberi pelatihan dan pekerjaan tertentu kepada preman | 47,7% |
Memberi perlindungan kepada masyarakat dari gangguan preman | 23,8% |
Menerapkan penembak misterius (petrus) | 15% |
Apa pendapat Anda terhadap operasi pemberantasan preman yang dilaksanakan Pemda DKI? | |
Operasi serius untuk memberantas preman | 50,3% |
Operasi temporer untuk menghabiskan dana saja | 49,7% |
Metodologi jajak pendapat :
MONITOR juga ditayangkan dalam SEPUTAR INDONESIA setiap hari Minggu pukul 18.30 WIB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo