Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

<font face=arial size=1 color=#FF0000>TEMPO DOELOE</font><br /><font face=arial size=3><B>Debus Masuk Diskotek</B></font>

18 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENJELANG pergantian tahun baru Hijriah pekan lalu, debus banyak digelar di sejumlah daerah, terutama jalur Aceh, Minangkabau, dan Banten. Konon, aksi kekebalan tubuh terhadap senjata tajam dan api ini berasal dari zaman Nabi Ibrahim. Para pemain debus di Asia Barat membawa pertunjukan ini ke Indonesia bersamaan dengan penyebaran Islam. Karena itu, selain disertai musik pengiring, debus kadang disertai bacaan "zikir".

Tapi pernahkah terbayang debus mengisi malam-malam di diskotek? Nah, pada pertengahan 1970-an, aksi mendebarkan ini ternyata sempat digandrungi para pencinta kehidupan malam. Majalah Tempo dalam rubrik Hiburan edisi 5 Juni 1976 menggambarkan atraksi tersebut hampir menyingkirkan striptis, tarian telanjang yang menjadi pemikat diskotek saat itu.

Ini bermula ketika seorang pemuda jebolan teater berinisiatif menyuguhkan acara berbau primitif di klub-klub malam Ibu Kota. Sekali atraksi pemuda ini berharga Rp 20 ribu, jumlah yang besar pada saat itu. Ia selalu ditemani istrinya. Dengan tubuh yang luwes, pasangan muda ini, Wirmansyah dan Nana Jurianah, menjelajahi hampir semua klub malam di Jakarta.

Keduanya tetap membawakan bumbu-bumbu gerakan yang merangsang berahi, tapi sasaran pokoknya adalah membuat isi ruangan yang dahaga akan hiburan itu terpukau dan kaget.

Awalnya, keduanya hanya menampilkan apa yang dinamakan dance and body painting.­ Mereka mengandalkan upaya menerbitkan berahi dengan cara bergerak mesra-mesraan, diakhiri aksi mencoret-coret tubuh Nana dengan kuas. Agar lebih memikat, Wirman tidak menampilkan diri begitu saja. Ia membuat kostum sedemikian rupa dan merancang sedikit plot yang bertolak dari alam primitif.

Memikul nama The Primitif, pasangan ini mencari hidup dengan sembunyi-sembunyi—kadang kala mengaku dari Filipina atau negara lain yang berkulit cokelat. Maklum, profesi ini belum diperkenankan dilakukan oleh putra dalam negeri. Tak jarang Wirman berhadapan dengan instansi resmi kalau kepergok.

Lala berkunjung ke Yogyakarta, Wirman bertemu dengan dedengkot perbuatan aneh-aneh bernama Jack Sampurno. Jack mempunyai grup yang juga bernama The Primitif. Wirman dan istrinya pun bergabung. Dari Jack, dia lalu belajar ilmu yang menghasilkan ulah serem-serem. Misalnya pipi ditusuk atau api dijilat tanpa meninggalkan cedera. "Untuk tusuk pipi, saya diajari semadi dulu sambil komat-kamit," ujar Wirman.

Tapi Wirman, yang lebih berat pada hal-hal yang rasional, merasa tidak cocok dengan semadi dan komat-kamit. "Tanpa itu, segalanya bisa dilakukan. Semuanya hanya trik," katanya. Penjelasan soal trik itu ia ketahui dari seorang dokter di Surabaya. Rupanya ada sifat khas pada kulit pipi yang membuat tusukan tidak berpengaruh.

Adapun atraksi menjilat bara lebih mudah lagi karena ada karunia Tuhan berupa bunga-bunga air di ujung lidah. Maka sebuah keris yang membara tak berarti apa-apa, tinggal teknik menempelkannya. Kalau salah, lidah memang bisa hangus. Ini semacam sulap juga. Penonton terkecoh oleh kepulan asap dan bunyi "josss" yang membuat bulu roma berdiri. "Trik itu kepandaian lepas tanpa melalui komat-kamit dan semadi. Seperti halnya menelan silet, kalau tahu rahasia silet, kita akan bisa menelannya," ucap Wirman.

Belakangan, lantaran perbedaan dalam pembagian keuntungan, Wirman dan istrinya berpisah dengan Jack. Menggunakan nama Duo Animnom, mereka kemudian berkelana dari klub ke klub di Jakarta, menawarkan tarian erotis bercampur atraksi magis.

Wirman juga mengembangkan apa yang dia namakan funny dance. Pengalaman teaternya, terutama gerak indah, banyak menolong. Di samping tetap memperhitungkan aksi yang merangsang, gerakan-gerakan mereka dalam setiap penampilan kadang kala manis dan cukup berisi.

Wirman lalu menyebut dirinya dedengkot muda magic dance. Dan, agar penampilan mereka tidak membosankan, suami-istri ini mulai menciptakan trik-trik baru. Misalnya tidur di atas bara atau bermain bola api.l

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus